... ... ...
Dalam pemahaman saya, Allah dan Anak Allah itu adalah serupa tapi tidak sama, artinya .. Anak Allah itu lebih tinggi drajat kwalitasnya dari pada sebutan Tuhan ataupun Kristus, sebab jika berbicara Anak Allah, maka artinya kita berbicara Sang Hakikat, sebaliknya jika kita berbicara Tuhan ataupun Kristus, maka kita berbicara tentang Eksistensi dari pada Sang Hakikat, artinya adalah : Tuhan ataupun Kristus itu, bukan Hakikat dari Sang Hakikat tetapi Tuhan ataupun Kristus itu adalah Eksistensi dari Sang Hakikat, artinya.. Jika Anak Allah sebagai Sang Hakikat itu tidak dilahirkan kedunia ini oleh Maria, maka Eksistensi Tuhan dan Kristus itu, tidak akan pernah ada.
Itulah sebabnya, ... ... ... , penggunaan Ti-Theotokos pada maria adalah tidak tepat, sebab yang dilahirkan maria, bukanlah Eksistensi Sang Hakikat tetapi Sang Hakikat itu sendiri yang dilahirkan menjadi manusia dan disebut Anak Allah Yang Maha Tinggi.
Mengapa ?? Eksistensi Tuhan ataupun Kristus itu, tidak serta merta melekat pada diri Yesus, pada saat Yesus itu dilahirkan oleh maria, tetapi setelah proses waktu sejak kelahiran itu terjadi, maka Anak Allah yang bernama Yesus itu, disebut sebagai Tuhan dan bahkan setelah kebangkitan-Nya dari kematian, Ia diberi Gelar Kristus. Jadi, jika kita mengakui Maria adalah Bunda dari Tuhan ataupun Kristus ( Ti-Theotokos ), hal ini juga tidak dapat dibenarkan, sebab penggunaan Ti-Theotokos itu ada, setelah Yesus itu dewasa dan bangkit dari kematian-Nya, sehingga jika kita menggunakan istilah Ti-Theotokos ( bunda Tuhan ), hal ini akan dapat membawa pergeseran terhadap Ke-Allahan Yesus, sehingga manusia bisa salah meneterjemahkannya dan bisa menimbulkan anggaban, bahwa Yesus itu bukan Allah yang sejati. ( Perlu anda ketahui, penggunaan istilah Ti-theotokos ini, telah melahirkan banyak sekte atau bidad yang keliru dalam memahami Ke-Ilahian Yesus, dimana mereka anggab Yesus adalah Ciptaan pertama dan Bukan Allah yang Sejati ), itulah sebabnya kami lebih menggunakan Istilah Theotokos untuk maria dari pada Ti-Theotokos.
Jadi, dalam pemahaman kami .. penggunaan Theotokos pada maria dimaksutkan bahwa Maria itu adalah Bunda Anak Allah, sebab dalam pemahaman kami, Anak Allah itu adalah Sama dengan Allah tetapi tidak serupa, itulah sebabnya kami lebih senang menggunakan istilah theotokos untuk maria dan tidak menterjemahkannya, karena takut terjadi kekeliruan dalam memahaminya.
Bro Jesuit_dm,
Okay, aku tidak akan permasalahkan lagi mengenai terjemahan theotokos dalam bahasa Indonesia.
Aku tidak akan permasalahkan lagi kata “ti-theotokos”, karena kata ini memang tidak ada dalam bahasa Yunani, dan tidak pernah pula digunakan atau diterjemahkan dalam bahasa lain oleh Gereja Barat (Roma) ataupun Gereja Orthodox Timur. Aku anggap kata “ti-theotokos” adalah istilah yang Anda sendiri.
Tapi aku masih mau mempertanyakan pemahaman Anda mengenai konsep theotokos ini.
Anda mengatakan bahwa ”Anak Allah sebagai Sang Hakikat” itu berbeda dengan ”Tuhan atau Kristus yang dilahirkan oleh Maria”.
IMHO, pemahaman Anda ini sudah bertentangan dekrit konsili Efesus:
Second letter of Cyril to Nestorius
[Declared by the council of Ephesus to be in agreement with Nicaea]
So we shall confess one Christ and one Lord. We do not adore the man along with the Word, so as to avoid any appearance of division by using the word "with". But we adore him as one and the same, because the body is not other than the Word, and takes its seat with him beside the Father, again not as though there were two sons seated together but only one, united with his own flesh. ... ... ....
... ... ... So have they dared to call the holy virgin, mother of God, not as though the nature of the Word or his godhead received the origin of their being from the holy virgin, but because there was born from her his holy body rationally ensouled, with which the Word was hypostatically united and is said to have been begotten in the flesh. Silakan diperhatikan definisi iman dari Konsili Efesus (kalimat yg aku bold merah) yang menyatakan bahwa:
"Kita menyembah dia sebagai (Kristus) yang satu dan sama, karena Tubuh / Kristus tidak lain dan tidak bukan adalah Sang Sabda (istilah Anda: Anak Allah sebagai Sang Hakikat), dan (Tubuh / Kristus) menduduki takhta dengan Dia (Sang Sabda / Anak Allah sebagai Hakikat) di sisi Allah Bapa, sekali lagi bukan berarti ada dua anak (Kristus dan Hakikat) bertakhta bersama-sama tetapi hanya ada Satu (Hakikat) yang bersatu dengan TubuhNya sendiri (Kristus)".Jika Anda membedakan ”Anak Allah sebagai Sang Hakikat” dengan ”Kristus yang dilahirkan oleh Maria” (seperti kalimat Anda yg aku bold merah), maka Anda telah melawan kebenaran yang ditetapkan oleh konsili Efesus.
AFAIK, Konsili Efesus justru mendefinisikan theotokos untuk memberantas pemahaman bidaat seperti ini, dan Konsili Efesus menegaskan bahwa hanya ada satu LORD, satu Tuhan yang sama sebelum dan setelah inkarnasi, makanya Maria layak disebut theotokos, karena Kristus (atau menurut istilah Anda: ”Eksistensi Sang Hakikat”) adalah LORD yang sama dengan Allah Putra (Anak Allah sebagai Sang Hakikat) yang telah ada sejak awal jaman, bersama dan di dalam Allah Bapa.
Ya, aku tidak akan mempermasalahkan lagi mengenai terjemahan ”theotokos”. Anda mau tetap menggunakan istilah ”theotokos”, ”ti-theotokos”, ”Bunda Allah”, ”Bunda Tuhan”, dsb, tidak ada masalah jika Anda tetap mengikuti definisi iman dari Konsili Efesus. Tetapi masalahnya, aku masih melihat bahwa sekalipun Anda menerima kesetaraan Allah Putra dengan Allah Bapa, tetapi definisi Anda mengenai hypostatic union masih tidak sesuai dengan iman Konsili Efesus.
Jika Anak Allah sebagai Sang Hakikat itu tidak dilahirkan kedunia ini oleh Maria, maka Eksistensi Tuhan dan Kristus itu, tidak akan pernah ada.
IMHO, pernyataan Anda ini juga tidak sesuai dengan iman Konsili Efesus.
Konsili Efesus menyatakan bahwa kita menyembah Kristus sebagai Allah yang sama baik sebelum maupun sesudah inkarnasi. Jadi Eksistensi Tuhan dan Kristus itu tetap ada seandainya tidak dilahirkan ke dunia oleh Maria. Begitu juga setelah dilahirkan, Eksistensi Tuhan ini tetap sama, makanya Konsili Efesus mendekritkan bahwa kita layak menyebut Maria sebagai ”theotokos”.
=============
Inti dari argumenku:Setelah Inkarnasi, wujud dari Anak Allah itu berubah, dari yang semula murni sebagai roh, menjadi sosok seorang manusia yang memiliki proporsi yang sempurna antara roh, jiwa, dan raga.
Tetapi Hakikat / Eksistensi dari Anak Allah adalah tetap sama, baik sebelum maupun sesudah inkarnasi, dan Maria melahirkan Kristus yang memiliki Hakikat / Eksistensi yang tidak berubah ini (meskipun wujud dari Anak Allah telah berubah), sehingga Konsili Efesus menyatakan bahwa Maria adalah benar2 theotokos.
Tidak masalah jika theotokos diterjemahkan sebagai ti-theotokos / bunda Allah / bunda Anak Allah / bunda Tuhan, selama kita menerima bahwa Kristus adalah Tuhan yang sama dan seutuhnya sebagai Anak Allah baik sebelum maupun sesudah inkarnasi.
Namun sebaliknya, Anda justru membedakan antara Anak Allah setelah berinkarnasi (Kristus) dengan Anak Allah sebelum berinkarnasi (Anak Allah sebagai Hakikat).
Oleh karenanya, Anda kemudian keberatan jika theotokos diterjemahkan sebagai "bunda Allah" karena menurut Anda Maria hanya melahirkan Kristus, dan Kristus ini berbeda dengan Hakikat / EksistensiNya sebelum berinkarnasi.
Sekali lagi, IMHO, pemahaman Anda ini berlawanan dengan iman Konsili Efesus.