nah, kebetulan ada ahli Purgatory
7. APAKAH MEREKA YANG BERADA DI PURGATORIUM MENGALAMI PENDERITAAN BADAN?
Purgatorium adalah pemurnian setelah kematian, bagi jiwa-jiwa yang mengasihi Kristus namun belum mencapai kesempurnaan kasih, sehingga oleh karena itu, mereka belum dapat memandang Allah dan bersatu dengan-Nya di Surga. Jadi, yang dimurnikan di dalam Purgatorium adalah jiwa, bukan badan (badan mereka telah terpisah dari jiwa oleh karena kematian). Dengan demikian, tidak ada penderitaan badan di Purgatorium, karena hanya jiwa-jiwa yang berada di sana. Namun demikian, dengan cara yang hanya diketahui oleh Tuhan, mungkin saja terjadi penderitaan rasa (pain of sense) yang sangat riil, seperti yang dialami oleh indera tubuh, pada jiwa. Bagaimana hal ini dapat terjadi, hanya Tuhan yang mengetahuinya.
Kesaksian Sr. Faustina :
Suatu hari, seorang suster yang telah meninggal dua bulan sebelumnya datang kepadaku. Ia adalah suster dari paduan suara pertama. Aku melihatnya dalam keadaan yang mengerikan, sepenuhnya dilahap api dan wajahnya rusak ngeri. Hal ini berlangsung hanya sekejap saja, lalu ia pun lenyap. Kegentaran hebat merayapi jiwaku sebab aku tidak tahu apakah ia ada di api penyucian atau di neraka. Walau demikian, aku melipatgandakan doa-doaku untuknya. Keesokan malam ia datang kembali; aku melihatnya dalam keadaan yang lebih mengerikan, di tengah-tengah api yang bahkan lebih berkobar-kobar, keputusasaan terpancar jelas di setiap guratan wajahnya. Aku terperanjat melihatnya dalam keadaan yang lebih buruk sesudah doa-doa yang aku panjatkan baginya, maka aku bertanya, “Tidakkah doa-doaku menolongmu?” Ia menjawab bahwa doa-doaku tak menolongnya dan bahwa tak suatu pun yang akan dapat menolongnya. Aku bertanya, “Dan doa-doa yang dipersembahkan seluruh komunitas bagimu; tidakkah doa-doa itu menolongmu sama sekali?” Ia mengatakan tidak; doa-doa itu telah menyelamatkan jiwa-jiwa lain. Jadi kataku, “Jika doa-doaku tidak menolongmu, Suster, tolong janganlah datang lagi kepadaku.” Ia pun lenyap seketika. Walau demikian, aku terus berdoa untuknya.
Selang beberapa waktu ia datang kembali kepadaku pada waktu malam, tetapi penampilannya telah berubah. Tak ada lagi api seperti sebelumnya; wajahnya bercahaya, matanya bersinar-sinar penuh sukacita. Ia mengatakan bahwa aku memiliki kasih sejati bagi sesama dan bahwa banyak jiwa-jiwa lain mendapatkan manfaat dari doa-doaku. Ia mendorongku untuk tak henti-hentinya berdoa bagi jiwa-jiwa di purgatorium; ia menambahkan bahwa ia sendiri tak akan lama lagi tinggal di sana. Betapa mencengangkannya keputusanmu, Tuhan! (58)
sumber :
http://www.indocell.net/yesaya/pustaka/id510.htmKungPho, mohon penjelasannya point 7, koq agak berbeda dengan pengalaman Sr. Faustina...