“Hehehe, kaget ya...”, dengan tertawa sinis Jarot mengejek.
“Apa maumu...”, bentak Komandan KOPASUS.
“Lepaskan para sandera...”, teriak komandan PIN lewat HT.
Kolonel Yanto tak mau kalah, langsung ditariknya HT dari tangan komandan KOPASUS TNI-AD.
“Apa-apan ini...”, teriaknya dengan kesal.
“Hei kamu, menyerahlah. Lepaskan para sandera...”, teriak Yanto ke HT dengan penuh kemarahan.
“Sabar, sabar. Satu-satu dong ngomongnya...”, jawab jarot dengan santai. “Perhatikan baik-baik ke jendela hotel lantai 10, ya. Hehehe...”. Sambunganya dengan santai sambil berjalan menuju jendela dengan menarik lengan kanan sandera sambil menodongkan pistol 45 Mm ke kepalanya.
Tanpa diperintah, Rogan dan Janus membuka jendela yang berkaca. Komandan KOPASUS segera melihat ke jendela hotel di lantai 10.
“Sial...! Semua anggota Tim Jangan ada yang menembak...”, perintahnya kepada semua pasukan pengaman lokasi. “Dia mengancam kita dengan menodongkan pistol ke sandera, yang penting tetap pada posisi”, sambung komandan KOPASUS.
Akhirnya walikota meminta HT dari komandan KOPASUS tersebut dan komandan tersebut memberikan HT-nya.
“Saudaraku, saya walikota Tarutung akan mengabulkan apa yang saudara inginkan asalkan anda lepaskan para sandera”, melalui HT pak walikota memohon dengan sangat kepada Jarot.
Komandan KOPASUS, PIN dan Yanto kaget mendengar permohonan sang walikota. Aksi itu direkam para juru kamera TV, namun dilarang para anggota PIN.
“Oh ya...”, jawab Jarot tersenyum sinis.
“Iya...”, sambung walikota.
“Hmmm, apa bapak bisa mengabulkan permintaanku. Kalau tidak akan kubunuh satu-satu per satu para sandera yang di hotel ini”, ancaman Jarot, sementara sandera yang di sampingnya gemetaran.
“Kumohon, pak. Lepaskan aku. Istri dan anak-anakku masih membutuhkanku...”, pinta sandera dengan memelas.
“Plak..!!!”
“Akhh...!”
“Diam kau...”, bentak Rogan setelah menendang kaki sandera.
Sandera diam seribu bahasa dengan menahan sakit di kakinya, sementara Jarot memandang walikota dari hotel.
“Apa yang kau mau, katakanlah..”, tanya walikota dengan memelas. “Apa kamu bisa menyediakan uang sebanyak 100 miliyar rupiah...”, jawab Jarot kurang yakin terhadap pernyataan walikota.
“100 miliyar rupiah...!!!”
Walikota dan yang lainnya kaget mendengar permintaan Jarot, dan walikota membalas permintaannya : “Itu terlalu banyak. Apa tidak bisa dikurangi?”
“Dikurangi??? Enak saja. Emang ini jualan ya? Pake menawar segala...”, balas Jarot menolak dengan keras.
“Tolonglah...”, walikota kembali memelas.
“Baiklah, akan kuberi pelajaran pertama untuk kalian semua...”, tanpa basa-basi Jarot menjatuhkan sandera dari jendela hotel lantai 10.
“Eh..., jangan...”, walikota berteriak melihat Jarot menjatuhkan sandera, namun apa hendak dikata, sandera sudah keburu dijatuhkan.
Sandera hanya bisa berteriak keras dan berdoa kepada Tuhan supaya dia mendapat keajaiban.
Pak walikota beserta yang lainnya hanya bisa pasrah dan berharap terjadi suatu keajaiban.
“Whuuussss.....”, tiba-tiba dari langit E-Man melesat begitu cepat menyelamatkan sandera dan membawanya ke darat tepat di lokasi bapak walikota berdiri.
“Anda tidak apa-apa...”, tanya E-Man kepada sandera setalah mendarat.
“Eeee, iiiya....”, sandera menjawab dengan seolah-olah dia baru saja mendapat keajaiban dari langit.
Sekita suasana berubah menjadi bahagia melihat seorang penyelamat berhasil menolong sandera. Yanto, walikota, dan yang lainnya mendekat ke arah E-Man.
“Terima kasih, anda telah menyalahkan sandera”, ucap walikota sambil menyalam E-Man.
“Sama-sama, pak...”, balasnya dengan menyalam. “Maaf, aku harus ke atas...”, sambungnya, langsung terbang dan berdiri di atas udara sekitar 10 meter jaraknya dari jendela hotel lantai 10.
Christine dan Eva juga terpana melihat kejadian tersebut yang sudah dari tadi berada agak jauh di belakang lokasi kejadian, di luar batas garis polisi. Sama halnya dengan ayah Christine, keluarganya yang lain beserta pak Anto dan isrinya. Mereka benar-benar terpana melihat kehebatan E-Man.
“Boss...”, panggil Rogan dengan menyadarkan Jarot yang sedari tadi tersontak kaget dan terpana melihat E-Man menyelamatkan sandera yang dia jatuhkan barusan.
“Ukhhh...”, Jarot langsung sadar.
“Bahaya boss...! Ada superman yang akan menyerang kita...”, teriak Janus gemetaran.
“Superman...”, gumam Roselina dalam hati dengan penuh penasaran, demikian juga Ricky, teman-teman mereka, dan para sandera yang lainnya ikut penasaran. Mereka sepertinya mulai lega melihat para teroris tersebut agak gemetaran.
“Janus! Rogan! Siap-siap dalam posisi untuk menembak makhluk aneh yang satu ini...”, perintah Jarot kepada anak buah.
Janus dan rogan segera mengajak anggota komplotan yang lain menembak E-Man dan sisanya 2 orang lagi menjaga para sandera.
“E-Man...! Selamatkan para sandera...”, teriak pak Anto dengan gembira.
“E-Man...”, ujar Kolonel Yanto, sama halnya dengan walikota dan yang lainnya.
E-Man mendengar hal itu, walau jarak jauh karena dia memiliki kemampuan mendengar jarak jauh.
Akibat teriakan pak Anto, para wartawan dan anggota pers lainnya langsung mewawancarai pak Anto. Pak walikota dan yang lainnya tak mau kalah, langsung menerobos kerumunan para wartawan.
“Apa E-Man...”, tanya walikota.
“Bukan apa, tapi siapa...”, pak Anto memperbaiki pertanyaan walikota.
“E-Man, katanya Electric-Man...ee....”, jawab istri pak Anto namun terputus karena lupa arti E-Man.
“Electric-Man adalah manusia listrik...”, sambung pak Anto memperbaiki jawaban istrinya.
“Euy...! Manusia listrik...”, semua orang yang di sekitar pak Anto terheran-heran mendengar penjelasan pak Anto.
Para komplotan teroris itu sudah berada di posisi yang tepat untuk menembak E-Man. Ada dua orang teroris penembak jitu di lantai terakhir (lantai 11). Jarot, Janus, Rogan dan 5 anggota Rojan Gan’k yang lainnya berada di lantai 10 dekat jendela. Satu di antara 5 anggota Rojan Gan’k tersebut menggunakan bazooka. Walau demikian, 10 orang anggotanya menjaga lantai satu dari berbagai posisi supaya para tim pengaman tidak bisa masuk.
“Hmmm, benar-benar penjagaan ketat. Bagiku tidak...”, gumam E-Man yang ternyata sudah mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Rojan Gan’k.
“Tembaak.....”, perintah Jarot dengan berteriak keras.
“Dor...dor..dor...!”
“Kaboom...!”
“Drrrrrrreeet...!”
“Whusss....whuss...!” E-Man langsung berkelit di udara menghindari tembakan bagaikan pemain akrobat saja. Dan E-Man pun segera mengeluarkan sinar listrik dari tangan kanannya untuk mengahancurkan peluru bazooka supaya tidak mengenai para warga yang sedang melihat kejadian.
“Duarrrr....!”
Peluru bazooka pun hancur, dan orang-orang yang melihat pun langsung takjub, namun tembakan tidak berhenti di situ saja.
http://id.wikibooks.org/wiki/Electric-Man/15