Author Topic: Electric-Man: Lahirnya The Crime Buster  (Read 1377 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline alex77

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 32
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Bruce Haters
Bab 13
« Reply #15 on: August 31, 2013, 07:18:55 PM »
Pertarungan pun terjadi, namun tidak seimbang. Ricky memang hebat, sedangkan Janus selalu mendapat pukulan dan tendangan yang keras. Bahkan bantingan yang cukup hebat. Kadang Janus harus mencoba menggunakan benda-benda yang di sekitarnya untuk melawan Ricky. Namun semua itu tidak ada arti, malahan benda-benda itulah yang menghantam dirinya. Ia terpelanting jauh ke dinding akibat tendangan Ricky.

“Hhhh....”, Janus kecapean dan merasa kesakitan. “Hhh, baru kali ini kulawan orang yang tangguh...”, ia terkesima atas kehebatan Ricky.

Roy dan teman-temannya kembali lega, termasuk Roselina. Gadis pun itu datang kepadanya dengan membawa sapu tangan, lalu menghapus peluh yang membasahi wajah Ricky.

“Plok...plok...plok...”.

“Hebat sekali...”, Jarot akhirnya keluar dari pengintaiannya sambil menepuk tangan. “Sang pangeran telah berhasil melawan musuh, dan sang puteri pun datang menghibur”, kata-kata Jarot bukanlah memuji tetapi mengejek.

Para anak buah Jarot pun menolong Janus dan membantunya untuk berdiri.

Mereka kembali ketakutan, dan ketakutan mereka lebih parah dari yang sebelumnya karena mereka didatangi oleh bos mafia yang lebih seram dan kekar serta didampingi oleh beberapa anak buahnya. Roselina berharap agar Ricky bisa melawannya. Apalagi para anak buahnya yang lain sudah kembali siuman dan mengambil senjata mereka.

Sebenarnya Jarot iri melihat Ricky, tetapi keiriannya itu bukan dikarenakan oleh kehabatan Ricky. Melainkan iri melihat Ricky yang sedang didampingi oleh gadis cantik. Ia terkesima melihat kecantikan wajah dan postur Roselina.

“Apa kau ingin seperti dia...”, tantang Ricky sambil menunjukkan Janus yang sedang meringis kesakitan.

“Baik anak muda, kita boleh bermain-main sebentar...”, sambut Jarot dengan tenang. “Ups, aku hampir lupa. Hei, kalian semua...! Senjatanya tolong diturunkan...”, perintahnya kepada semua anak buahnya.

“Kita bertarung secara jantan, oke...”, tantangnya.

“Oke...”, jawab Ricky dengan santai.

Jarot melepaskan jaket dari tubuhnya dan memberikannya kepada anak buahnya. Dua pistol yang masih tersarung di kedua ketiaknya dilepaskan dan diletakkan ke lantai. Bajunya pun ikut dibuka sehingga tampaklah lekuk-lekuk tubuh yang kekar, padat dan berisi. Ricky tak mau kalah. Ia juga membuka kaos oblongnya dan memberikannya ke Roselina. Roy, Roselina, dan juga teman-temannya kagum melihat postur tubuh Ricky yang tak kalah hebat dibanding postur tubuh Jarot.

Akhirnya, pertarungan pun dimulai. Jurus pertama, keduanya masih seimbang. Tak ada yang menang dan tak ada yang kalah. Semua orang yang ada di sekitarnya merasakan berdebar-debar.

Ternyata itu adalah ide Jarot untuk mengetahui sampai di mana kehebatan Ricky. Dia membiarkan Ricky menyerangnya. Namun dipatahkan Jarot, dan Jarot pun membalasnya dengan serangan yang sedikit hebat, dan memang bisa dipatahkan Ricky. Akhirnya Jarot tahu di mana kelemahan. Tapi, Jarot sadar bahwa dia tidak boleh berlama-lama melawannya. Ia merasa khawatir para polisi akan segera menyerang hotel. Dan memang benar polisi telah berada di luar hotel dengan menyerukan agar Jarot mengeluarkan para sandera.

“Bah, hebat juga yang satu ini”, Ricky kesulitan melawan Jarot.

“Hiaat....”,

Dengan mengerahkan segala tenaga Ricky mencoba menyerang dengan sebuah tinju. Namun Jarot bisa merasakan bahwa tinju Ricky sangat berbahaya meski belum mengenai dirinya.

“Trap...”

“Aduh...”

“Bugh...”

Ternyata Jarot menyambut tinju tersebut dengan menangkap tangannya. Tentu dibarengi juga dengan tenaga dalam. Kepalan Ricky dikunci lalu tubuhnya didaratkan sebuah tinju. Kemudian Ricky disiksa kembali dengan sebuah tendangan keras, mirip dengan tendangan sepak bola.

“Dugh...”

“Gedebugh..., gubrak...”

“Goolll....”

Ricky terpelanting dan mendarat di belakang meja pendaftaran chek in. Ia meringis kesakitan dan berusaha untuk berdiri. Namun ia tak sanggup. Akhirnya, ia dibantu Roselina dan Roy untuk berdiri dan keluar dari tempat tersebut.

“Oke, bawa semuanya ke lantai lima...”, perintahnya sambil memakaikan baju dan jaketnya kembali serta menyarungkan pistol ke ketiaknya.

Roy dan teman-temannya dipaksa naik melalui tangga menuju lantai lima. Termasuk Ricky yang sedang dibantu Roselina untuk berjalan.

Sebenarnya peristiwa itu tidak diketahui oleh pihak kepolisian namun akhirnya dapat diketahui setelah salah seorang anggota Polisi yang ditugaskan menjaga Diamond Tapanuli Hotel berhasil melarikan diri meski pun tubuhnya telah bersimbah darah.

Kini situasi di luar telah dipadati oleh aparat Kepolisian dilengkapi dengan persenjataan berat. Polisi khusus pun dikerahkan untuk mencari tempat yang bisa dimasuki dengan aman. Para tim dari Dinas Kebakaran pun juga ikut berpartisipasi untuk mewaspadai terjadinya kebakaran, dan juga dibantu oleh tim Satuan Polisi Pamong Praja (Sat. Pol. PP.) Wilayah Kota Tarutung. Para pers dari berbagai media pun ikut ambil bagian untuk meliput situasi tersebut, Bonapit TV pun tak mau ketinggalan.

“Kapten Posman...”, panggil sang komandan ke salah satu bawahannya. “Tolong, jaga sekeliling hotel ini dengan anak buahmu...”, perintahnya dengan sedikit berdebar.

“Siap, pak kolonel...”, segera memanggil dan memerintahkan anak buahnya.

“Oke, semuanya jaga sekeliling hotel...”, perintahnya.

Para anak buah Posman pun segera mengamankan sekitar hotel dari berbagai arah. Dan dari arah lain, sebuah mobil dinas, mobil nomor satu di wilayah Tarutung berhenti, dan keluarlah seorang pejabat dari mobilnya. Ia berjalan mendekati komandan kepolisian tersebut yang sedari tadi sibuk mengatur para pimpinan satuan dan unit yang masih di bawah komandonya.

“Kolonel Yanto...! Apa bisa kira-kira kita selesaikan situasi ini...”, tanyanya kepada komandan.

“Eh, pak walikota....”, sedikit agak terkejut. “Mudah-mudahan saja, pak...”, jawabnya sedikit gemetar.

“Saya tidak yakin anda bisa menyelesaikan situasi ini...”, sanggah walikota. “Jangan kuatir, saya sudah mengubungi Tim KOPASUS TNI-AD dan Pusat Intelejensi Indonesia...”, sambungnya.

“Eh...! Apa....”, Kolonel Yanto Terkejut.

“Kenapa...”, tanyanya.

“Tidak apa-apa, pak...”, jawabnya gelisah.

Seketika itu juga para Tim KOPASUS TNI-AD berdatangan dan mengambil posisi titik-titik tertentu di sekitar hotel tersebut dengan membawa Tank dan senjata berat. Yanto mengernyitkan keningnya melihat kedatangan mereka.

Dari udara, dengan tiga helikopter, Para pasukan tim dari Pusat Intelenjensi Indonesia (PIN) pun turut ambil bagian. Mereka mendarat di lapangan luas yang tidak jauh dari hotel.

Komandan Kopasus dan PIN langsung menemui walikota, dan mereka menyalamnya.

“Syukurlah, akhirnya kalian cepat...”, sambut walikota.

“Itu sudah tugas kami, pak...”, balas komandan kopasus.

“Ya, benar...! Tapi, saya rasa lebih baik Kolonel Yanto dan timmu istirahat saja...”, sambung komandan tim PIN.

“Sial...”, gumam Yanto kesal.

“Semua pasukan mundur...”, Yanto menghubungi pasukannya melalui HT.

Para anggota Tim Polisi khusus terkejut mendengar perintah kolonel Yanto.

“Jangan ada yang masuk atau menembak sebelum saya perintah...”, perintah komandan KOPASUS TNI-AD kepada pasukanya via HT.

http://id.wikibooks.org/wiki/Electric-Man/13

Offline alex77

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 32
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Bruce Haters
Bab 14
« Reply #16 on: August 31, 2013, 07:19:30 PM »
Di tempat lain di jalan tol, pak Anto bersama istrinya yang akan menuju Diamond Tapanuli Hotel dengan mengendari Kijang Jantan untuk menemui direktur untuk memperbaharui instalasi listrik hotel.

Mengingat dirinya sudah terlambat, Pak Anto mengendari mobilnya dengan kencang, sehingga tanpa disadari bahwa di depannya adalah merupakan tikungan untuk belok ke kiri. Akhirnya dia terpaksa menginjak rem namun rem mobil blong. Pak Anto resah dan mencoba membantu stirnya ke kiri namun terlambat. Mobil pun menabrak gerbang pembatas jalan tol dan jatuh. Pak Anto dan istri panik, mereka berteriak dan tutup mata.

“BRMMMM.....”

“BRAK......!!!”

Mobil pun jatuh dari jalan tol, namun E-Man sedang melayang-layang di langit melihat kejadian tersebut dari segara menolong. Bak Superman, E-Man menangkap moncong mobil Kijang tersebut.


Semua orang yang di sekitar jalan tol dan juga di bawah tol takjub melihat E-Man menangkap mobil tersebut. Sebenarnya E-Man sangat keberatan mengangkat mobil tersebut karena kekuatannya tidak sehebat Superman. Namun dengan penuh perjuangan E-Man akhirnya berhasil mendaratkan mobil tersebut ke tanah.

Pak Anto dan istrinya seolah bermimpi di siang bolong, yang sempat merasakan bahwa mereka tidak akan selamat. Pak Anto teringat akan mimpinya bahwa ia akan diselamatkan oleh E-Man dan juga teringat akan kostum yang dipakainya.

“Hore....! Plok...plok...plok”, semua orang kagum dan bertepuk tangan.

Pak Anto dan istrinya membuka pintu mobil dan keluar untuk menemui E-Man, sedangkan orang-orang di sekiar TKP langsung mengabadikan momen tersebut. Ada yang memakai seluler yang berkamera dan juga dengan kamera digital.

“Oh..., E-Man...! Electric-Man”, ucapnya pak Anto dengan kuat. “Terima kasih atas pertolonganmu...”.

“E-Man...! Electric-Man...!!!”

Orang-orang yang kagum itu pun ikut mengucapkan nama E-Man.

“Iya, kalau tidak karena engkau kami tidak akan selamat...”, sambung istri pak Anto dengan mata berbinar-binar.

“Terima kasih kembali pak, itu semua adalah pertolongan dari Tuhan...”, balas E-Man.

“JEPREET...!”

“JEPRET...!”

Orang-orang di lokasi kejadian sibuk mengambil foto E-Man dengan mengambil berbagai macam sudut.

“Bapak dan ibu hendak ke mana...”, tanya E-Man kepada pasutri tersebut.

“Kami mau ke Diamond Tapanuli Hotel, E-Man”, jawab pak Anto.

“Jangan ke sana, pak....”, larang seseorang pria berkemeja putih. “Hotel Diamond lagi dikuasai para teroris.”

“Hahhh...”, E-Man terkejut.

“Iya, pak. Polisi, dan tentara serta PIN sudah ada di sana...”, sambung pria yang lain yang berpakai kaos oblong warna merah. “Sebaiknya E-Man harus ke sana, karena sampai sekarang hotel tersebut belum berhasil diamankan.”

E-Man tersadar, dia teringat Roselina dan teman-temannya menuju hotel tersebut. Ia sempat melihat mereka dari langit. Tanpa pamit E-Man langsung terbang menuju angkasa biru.

“Whuuuussss.....!”

“Wowww....!!!”

Orang-orang sekitarnya termasuk pak Anto dan istri terheran-heran dan kagum melihat E-Man terbang melambung tinggi ke langit.

Di tempat yang berbeda di Tarutung Plaza Center yang tidak jauh dari lokasi, Christine mencoba mengambil selulernya untuk menghubungi Rogan, kekasihnya. Namun seluler Rogan tidak aktif. Dengan penuh sabar Christine kembali menghubungi kekasihnya, tetapi sulelur yang dihubungi “tulalit”. Christine pun kesal.

“Ukhh, dasar cowo...”, Christine kesal.

“Kenapa saat dibutuhkan hpnya tak aktif”, gumamnya dengan kesal. “Kalau hpku tak aktif dia suka-sukanya marah samaku.”

“Gagal dech recanaku belanja...”, gumamnya kembali. “Hmmm, aku coba aja menelepon Mario, siapa tahu dia bisa menemaniku belanja...”, Christine teringat Mario bagaikan dapat ide cemerlang.

Christine membuka nomor kontak selulernya dan mencari nama Mario, namun tak jadi dihubunginya sebab ia disapa seorang perempuan cantik yang berpakain seksi dengan memakai lensa.

“Tin....! Christine...!”

“Hei, Eva...”, balas Christine.

Mereka berpelukan sambil cium pipi kiri dan kanan seolah-olah lama tak bersua.

“Apa kabar tin...”, tanya Eva.

“Baik, va...”, Jawabnya.

“Mana Rogan...”, tanya Eva kembali.

“Udah ah! Nggak usah dibahas. Dia nggak pernah ada di saat aku butuh”, jawab Christine kesal.


“Sabar tin..., mungkin dia lagi ada kerjaan”, hibur Eva.

“Makasih eva...”, balas Christine.

“Oh ya, apa kamu tidak tahu bahwa Diamond Tapanuli Hotel telah dibajak teroris...”, kata Eva memberi informasi terbaru.

“Apa...? Dibajak...”, Christine spontan panik.

“Kenapa, va...”, tanya Eva penasaran.

“Pamanku ada di sana...”, jawab Christine gusar. “Oh my God...”, Eva kaget.

“Kapan dibajak...”, tanya Christien sambil mencari nomor-nomor keluarga di selulernya.

“Tadi pagi, tin”, jawab Eva.

“Ohhh, aku harus menghubungi ayah, bibi dan keluarga lain...”, Christine segera menghubungi ayah dan keluarganya yang lain.

Satu per satu keluarga yang dihubungi oleh Christine spontan kaget, dan mereka akan segera ke tempat kejadian.

“Oke va, kita ke sana aja, plis...”, pinta Christine sambil selulernya ke tas jinjingnya.

“Yup, dari tadi itu mau kubilang samamu...”, pungkas Eva.

Mereka berdua pun segera berangkat ke lokasi hotel tersebut, sementara para pasukan Tim KOPASUS TNI-AD dan PIN sibuk mengatur situasi, serta komandan mencoba memberi perintah kepada teroris dengan menggunakan Toa pengeras suara.

“Kami pasukan TNI-AD dan PIN telah mengepung anda semua, harap menyerah sebelum kami memaksa”, perintah komandan KOPASUS.

“Hahahahahahaha....”, di lantai 10 Jarot tertawa keras dan menarik seorang sandera, pria yang memakai jas warna abu-abu menuju jendela hotel, namun sebelumnya dia memanggil anak buahnya.

“Rogan...”, panggilnya.

“Siap, bos...”, jawab Rogan sambil mendatangi Jarot.

“Ambil HT...”, perintah Jarot.

Rogan pun mengambil HT dan memberikannya kepada Jarot, lalu Jarot mencari sinyal radio HT para pasukan KOPASUS dan PIN.

“Srrrr....”, Jarot melacak sinyal.

“Semua tim, apakah sudah dapat titik lemahnya...”, tanya komandan KOPASUS yang ternyata telah berhasil dilacak Jarot.

“Halo semuanya, apa kabar...”, Jarot berbicara.

“Hahhh...”, Komandan KOPASUS tersontak kaget, termasuk komandan PIN dan semua pasukan yang ada di lokasi kejadian.

http://id.wikibooks.org/wiki/Electric-Man/14

Offline alex77

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 32
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Bruce Haters
Bab 15
« Reply #17 on: August 31, 2013, 07:20:14 PM »
“Hehehe, kaget ya...”, dengan tertawa sinis Jarot mengejek.

“Apa maumu...”, bentak Komandan KOPASUS.

“Lepaskan para sandera...”, teriak komandan PIN lewat HT.

Kolonel Yanto tak mau kalah, langsung ditariknya HT dari tangan komandan KOPASUS TNI-AD.

“Apa-apan ini...”, teriaknya dengan kesal.

“Hei kamu, menyerahlah. Lepaskan para sandera...”, teriak Yanto ke HT dengan penuh kemarahan.

“Sabar, sabar. Satu-satu dong ngomongnya...”, jawab jarot dengan santai. “Perhatikan baik-baik ke jendela hotel lantai 10, ya. Hehehe...”. Sambunganya dengan santai sambil berjalan menuju jendela dengan menarik lengan kanan sandera sambil menodongkan pistol 45 Mm ke kepalanya.

Tanpa diperintah, Rogan dan Janus membuka jendela yang berkaca. Komandan KOPASUS segera melihat ke jendela hotel di lantai 10.

“Sial...! Semua anggota Tim Jangan ada yang menembak...”, perintahnya kepada semua pasukan pengaman lokasi. “Dia mengancam kita dengan menodongkan pistol ke sandera, yang penting tetap pada posisi”, sambung komandan KOPASUS.

Akhirnya walikota meminta HT dari komandan KOPASUS tersebut dan komandan tersebut memberikan HT-nya.

“Saudaraku, saya walikota Tarutung akan mengabulkan apa yang saudara inginkan asalkan anda lepaskan para sandera”, melalui HT pak walikota memohon dengan sangat kepada Jarot.

Komandan KOPASUS, PIN dan Yanto kaget mendengar permohonan sang walikota. Aksi itu direkam para juru kamera TV, namun dilarang para anggota PIN.

“Oh ya...”, jawab Jarot tersenyum sinis.

“Iya...”, sambung walikota.

“Hmmm, apa bapak bisa mengabulkan permintaanku. Kalau tidak akan kubunuh satu-satu per satu para sandera yang di hotel ini”, ancaman Jarot, sementara sandera yang di sampingnya gemetaran.


“Kumohon, pak. Lepaskan aku. Istri dan anak-anakku masih membutuhkanku...”, pinta sandera dengan memelas.

“Plak..!!!”

“Akhh...!”

“Diam kau...”, bentak Rogan setelah menendang kaki sandera.

Sandera diam seribu bahasa dengan menahan sakit di kakinya, sementara Jarot memandang walikota dari hotel.

“Apa yang kau mau, katakanlah..”, tanya walikota dengan memelas. “Apa kamu bisa menyediakan uang sebanyak 100 miliyar rupiah...”, jawab Jarot kurang yakin terhadap pernyataan walikota.

“100 miliyar rupiah...!!!”

Walikota dan yang lainnya kaget mendengar permintaan Jarot, dan walikota membalas permintaannya : “Itu terlalu banyak. Apa tidak bisa dikurangi?”

“Dikurangi??? Enak saja. Emang ini jualan ya? Pake menawar segala...”, balas Jarot menolak dengan keras.

“Tolonglah...”, walikota kembali memelas.

“Baiklah, akan kuberi pelajaran pertama untuk kalian semua...”, tanpa basa-basi Jarot menjatuhkan sandera dari jendela hotel lantai 10.

“Eh..., jangan...”, walikota berteriak melihat Jarot menjatuhkan sandera, namun apa hendak dikata, sandera sudah keburu dijatuhkan.

Sandera hanya bisa berteriak keras dan berdoa kepada Tuhan supaya dia mendapat keajaiban.

Pak walikota beserta yang lainnya hanya bisa pasrah dan berharap terjadi suatu keajaiban.

“Whuuussss.....”, tiba-tiba dari langit E-Man melesat begitu cepat menyelamatkan sandera dan membawanya ke darat tepat di lokasi bapak walikota berdiri.

“Anda tidak apa-apa...”, tanya E-Man kepada sandera setalah mendarat.

“Eeee, iiiya....”, sandera menjawab dengan seolah-olah dia baru saja mendapat keajaiban dari langit.

Sekita suasana berubah menjadi bahagia melihat seorang penyelamat berhasil menolong sandera. Yanto, walikota, dan yang lainnya mendekat ke arah E-Man.

“Terima kasih, anda telah menyalahkan sandera”, ucap walikota sambil menyalam E-Man.

“Sama-sama, pak...”, balasnya dengan menyalam. “Maaf, aku harus ke atas...”, sambungnya, langsung terbang dan berdiri di atas udara sekitar 10 meter jaraknya dari jendela hotel lantai 10.

Christine dan Eva juga terpana melihat kejadian tersebut yang sudah dari tadi berada agak jauh di belakang lokasi kejadian, di luar batas garis polisi. Sama halnya dengan ayah Christine, keluarganya yang lain beserta pak Anto dan isrinya. Mereka benar-benar terpana melihat kehebatan E-Man.

“Boss...”, panggil Rogan dengan menyadarkan Jarot yang sedari tadi tersontak kaget dan terpana melihat E-Man menyelamatkan sandera yang dia jatuhkan barusan.

“Ukhhh...”, Jarot langsung sadar.

“Bahaya boss...! Ada superman yang akan menyerang kita...”, teriak Janus gemetaran.

“Superman...”, gumam Roselina dalam hati dengan penuh penasaran, demikian juga Ricky, teman-teman mereka, dan para sandera yang lainnya ikut penasaran. Mereka sepertinya mulai lega melihat para teroris tersebut agak gemetaran.

“Janus! Rogan! Siap-siap dalam posisi untuk menembak makhluk aneh yang satu ini...”, perintah Jarot kepada anak buah.

Janus dan rogan segera mengajak anggota komplotan yang lain menembak E-Man dan sisanya 2 orang lagi menjaga para sandera.

“E-Man...! Selamatkan para sandera...”, teriak pak Anto dengan gembira.

“E-Man...”, ujar Kolonel Yanto, sama halnya dengan walikota dan yang lainnya.

E-Man mendengar hal itu, walau jarak jauh karena dia memiliki kemampuan mendengar jarak jauh.

Akibat teriakan pak Anto, para wartawan dan anggota pers lainnya langsung mewawancarai pak Anto. Pak walikota dan yang lainnya tak mau kalah, langsung menerobos kerumunan para wartawan.

“Apa E-Man...”, tanya walikota.

“Bukan apa, tapi siapa...”, pak Anto memperbaiki pertanyaan walikota.

“E-Man, katanya Electric-Man...ee....”, jawab istri pak Anto namun terputus karena lupa arti E-Man.

“Electric-Man adalah manusia listrik...”, sambung pak Anto memperbaiki jawaban istrinya.

“Euy...! Manusia listrik...”, semua orang yang di sekitar pak Anto terheran-heran mendengar penjelasan pak Anto.

Para komplotan teroris itu sudah berada di posisi yang tepat untuk menembak E-Man. Ada dua orang teroris penembak jitu di lantai terakhir (lantai 11). Jarot, Janus, Rogan dan 5 anggota Rojan Gan’k yang lainnya berada di lantai 10 dekat jendela. Satu di antara 5 anggota Rojan Gan’k tersebut menggunakan bazooka. Walau demikian, 10 orang anggotanya menjaga lantai satu dari berbagai posisi supaya para tim pengaman tidak bisa masuk.

“Hmmm, benar-benar penjagaan ketat. Bagiku tidak...”, gumam E-Man yang ternyata sudah mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Rojan Gan’k.

“Tembaak.....”, perintah Jarot dengan berteriak keras.

“Dor...dor..dor...!”

“Kaboom...!”

“Drrrrrrreeet...!”

“Whusss....whuss...!” E-Man langsung berkelit di udara menghindari tembakan bagaikan pemain akrobat saja. Dan E-Man pun segera mengeluarkan sinar listrik dari tangan kanannya untuk mengahancurkan peluru bazooka supaya tidak mengenai para warga yang sedang melihat kejadian.

“Duarrrr....!”

Peluru bazooka pun hancur, dan orang-orang yang melihat pun langsung takjub, namun tembakan tidak berhenti di situ saja.

http://id.wikibooks.org/wiki/Electric-Man/15

Offline alex77

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 32
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Bruce Haters
Bab 16
« Reply #18 on: August 31, 2013, 07:20:50 PM »
“Dor...dor..dor...!”

E-Man pun tak ingin diserang terus, maka sambil berkelit di udara sambil menghindari tembakan ia pun mencampakan bola listrik ke semua para teroris yang menembakinya.

“Hiaaaat...! Rasakan ini..!”

“Zrreeettt....zreet...”

“Whuss...whuusss...”

“Zret...zret...zret...zret...!”

“Arghhhhkkk...!”

“Akhhh...!”

“Aghhhhkk....!”

Semua para anggota Rojan Gan’k yang menembak E-Man terlempar ke belakang dan meringis kesakitan, termasuk Jarot, Janus dan Rogan.

Penyerangan yang dilakukan oleh E-Man dianggap Komandan KOPASUS dan PIN sebagai kesempatan untuk masuk ke dalam hotel. Mereka pun sepakat untuk menyerang dari pintu masuk, dan segara memerintahkan pasukan masing-masing.

Di saat para pasukan pengamanan masuk, mereka ditembaki oleh para anggota geng.

“Dor...dor...dor...!”

“Oh...”, Komandan KOPASUS tersontak kaget.

“Mundur semua...”, perintahnya segera.

Pasukan KOPASUS dan PIN itu pun mundur sambil menghidari peluru-peluru para geng tersebut, yang diduga tidak dijaga namun ternyata sebaliknya.

Dua orang anggota geng yang berada di ruang monitor sistem keamanan melihat aksi E-Man dan segera memberi kode ke semua anggota geng untuk menyerangnya. Dari segala sudut, seluruh anggota pun segera melaksanakan kode tersebut.

Dengan gesit, E-Man pun masuk ke hotel melalui jendela yang terbuka, namun di saat bersamaan para anggota geng yang sudah mendengar kode tersebut langsung menembaki E-Man secara bertubi-tubi. Tembakan pun tidak dapat dielakkan oleh E-Man.

“Dor...dor..dor...!”

“Dreeet...drreet...!”

“Argghhh....”, E-Man tertembak sebanyak lima kali, satu di bagian dada, dua di bagian perut, dan tiga di bagian punggung.

Alhasil E-Man terjatuh ke luar dari jendela hotel dan menabrak bagian atas mobil sedan.

“Braaak...!”

“Gedebukkk...!”

“Akhhhh...”, E-Man kesakitan.

E-Man jatuh menabrak mobil begitu keras sehingga, dan terpental ke jalan raya. Orang-orang sekitar hotel pun terkejut melihat E-Man jatuh dari ketinggian lantai 10.

Sekitar 30 detik, sambil menahan kesakitan E-Man pun kembali bangkit untuk berdiri. Peluru-peluru itu tidak masuk ke tubuhnya, hanya menembus sedikit kulit tubuhnya, sehingga peluru yang lengket dapat dilihat dari bagian luar tubuhnya. E-Man pun merenggangkan dan menggoyang tubuhnya, dan saat itu juga peluru lengket di tubuhnya berjatuhan, tubuhnya sedikit terluka dan berdarah namun tidak parah.

Sementara, para anggota geng yang telah menembaki E-Man mencoba menyadarkan dan membangkitkan ketua geng dan yang lainnya. Di saat itu juga E-Man langsung kembali terbang ke lantai 10 dan masuk melalui jendela.

“Wussshhh....!”

“Wow! Hebat sekali...”, gumam Christine setelah melihat E-Man berhasil bangkit kembali masuk ke hotel, begitu juga dengan yang lainnya.

“Plok...plok...plok...!”

“Hebat...! Tembakan kalian cukup membuatk jatuh dan kesakitan...”, puji E-Man setelah berada di depan para anggota geng dan sandera.

“Hahhh....”, mereka benar-benar terkejut, tak terkecuali Roselina dan yang lainnya.

Tanpa basa-basi mereka langsung menembak E-Man, kecuali Jarot, Rogan dan beberapa anggota lainnya masih menahan sakit akibat sengatan bola listrik dari E-Man.

“Dor..dor..dor...!”

“Dreeet...dreeet...!”

“Whusss...whuss...whuss...!

“Dor...dorrr...dorr....!”

E-Man berkelit dengan gesit menghidari peluru-peluru yang mengarah ke padanya, dan dia pun membalas serangan mereka, kali ini dengan cambuk listrik.

“Zrrrrreeeet.....!”

“Tasshhh....tash...!”

“Whuuisssh....!”

Bagaikan seorang Matador, E-Man pun mencambuk mereka satu per satu dengan begitu cepat.

“Zrrrrreeet.....starhhh...!”

“Akh...!”

“Zrrrrreeeet.....!”

“Tasshhh....tash...!”

“Whuuisssh....!”

“Starss...tarss...tarssh...!”

“Auughhh.....”, mereka tidak menghidar dan satu per satu pun langsung roboh.

Suasana ruangan pun benar-benar berubah berantakan akibat tekanan cambuk listrik dari E-Man, namun ada juga akibat dari tembakan para anggota geng tesebut.

E-Man berjalan menuju Jarot dan mengambil HT-nya dan berbicara kepada mereka, para pengaman yang ada di lokasi hotel.

“Saya E-Man, hotel sudah aman dan terkendali. Segeralah mengamankan para sandera...”, ucap E-Man lewat HT.

Mendengar berita baik tersebut, komandan KOPASUS dan PIN segera memerintahkan pasukannya untuk masuk ke hotel. Kedua komandan tersebut pun ikut masuk, serta diikuti oleh pak walikota.

E-Man meletakkan HT di samping Jarot yang masih sedang kesakitan, dan berjalan menuju Roselina yang berdekatan dengan Ricky dan sandera lainnya.

“Apa kalian tidak apa-apa...”, tanya E-Man.

“Iya, terima kasih ya...”, balas Roselina dengan lega.


“Iya, terima kasih E....”, sambung Ricky merasa cemburu namun perkataannya putus yang ternyata tidak tahu sambungan “E”, karna hanya melihat gambar “E” di dada E-Man sebagai logonya.

“E-Man, atau Electric-Man...”, kata E-Man melengkapi ucapan Ricky.

“E-Man...”, Ricky merasa agak heran mendengar nama itu, Roy dan yang lainnya pun ikut merasa heran.

Tanpa disadari E-Man, Jarot telah pulih kembali dan menarik lengan kanan Roselina sambil menodongkan pistol ke kepalanya.

“Aaaa...”, Roselina terkejut.

“Jangan ada yang bergerak...”, perintah Jarot keras sambil mengacungkan pistolnya ke arah E-Man dan para sandera.

Rogan pun telah pulih dan diam-diam mengisi peluru bazooka.

“Kaboom...”, sebuah peluru bazooka melasat ke arah E-Man, yang ditembakkan oleh Rogan setelah pulih dari rasa sakitnya.

E-Man sebenarnya masih bisa menghindar namun ia tetap pada posisinya karena para sandera masih berada di dekatnya, dan dengan cepat serta sekuat tenaga mendorong semua para sandera. Peluru pun tak terhindar dan mengenai dirinya, kali ini dia malah menangkap dan memeluk peluru supaya ruangan tidak ikut meledak.

“Duarrr...!”

“Aghhhh...”, E-Man roboh dan tersungkur di lantai hotel, dan kesakitan.

Ruangan pun penuh asap, dan tubuh E-Man dipenuhi bekas-bekas ledakan bazooka, di saat itu jugalah pak walikota, komandan KOPASUS dan PIN beserta pasukan pengaman masuk ke ruangan tersebut.

“Haaah...”, pak walikota terkejut melihat Jarot menahan Roselina sambil menodongkan pistol ke kepala Roselina dan juga terkejut melihat E-Man tergeletak di depannya.

“Maaf, pak. Tolong turunkan senjata kalian berdua”, perintah komandan KOPASUS kepada Jarot dan Rogan.

“Jarot...! Oh, Jarot...”, komandan PIN lebih terkejut lagi melihat Jarot yang ternyata masih sepupunya.

http://id.wikibooks.org/wiki/Electric-Man/16

Offline alex77

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 32
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Bruce Haters
Bab 17
« Reply #19 on: August 31, 2013, 07:23:39 PM »
“Jangan ada yang bergerak. Kalau tidak akan kutembak wanita ini”, ancaman Jarot kepada mereka yang baru saja masuk, dan sedikit agak tergugah atas kehadiran sepupunya, sang komandan PIN.

“Mundur kalian semua...”, bentak Jarot dengan memegang lengan kanan Roselina sambil mencoba bergerak ke luar ruangan. Rogan pun ikut mengambil kesempatan sambil menodongkan senjata magazine ke arah mereka.

“E-Man...! Bangunlah...”, teriak Roselina menyadarkan E-Man dari pingsannya di saat dia ditarik Jarot melewati E-Man yang sedang tergeletak.

“E-Man...! Dia sudah mati. Hehehe...”, sambung Jarot sambil menginjak perut E-Man yang terluka bakar. “Hmmm, manusia yang satu ini koq tidak hancur tubuhnya kena bazooka, ya...”, gumamnya dalam hati dengan sedikit penasaran.

Ricky agak tergugah mendengar panggilan Roselina menyebut nama E-Man. Tampaknya dia cemburu.

Saat Jarot hendak memindahkan injakan kakinya dari tubuh E-Man, E-Man telah tersadar dan langsung menangkap kakinya, serta melemparkannya ke arah jendela. Pegangan Jarot pun terlepas dari lengan Roselina, dan pistolnya pun ikut terjatuh.

“Hiiaaat....!!!”

“Akhhh...!”

“Gubraak....!”

“Arggghhh...sakit...”, Jarot terlempar ke dinding dekat jendela dan pingsan serta tak sadarkan diri.

Melihat kejadian tersebut benar-benar tersentak kaget dan Rogan pun mencoba menembak E-Man, namun sungguh di luar dugaan.

“Hiaaat....”, E-Man langsung bangkit dengan melayang dan menendang ke arah Rogan.

“Dughh...!”

“Akhh...”, Rogan terlempar ke dan tubuh Roselina pun ikut tertarik tangan Rogan sehingga ke duanya terlempar bersamaan ke luar dari jendela.

Orang-orang yang dalam pun terkejut, termasuk E-Man dan Ricky. E-Man segera menolong keduanya.

Di saat Jarot terlempar, Janus sudah siuman dan dia mencoba menghalangi E-Man dan bersiap-siap menembak E-Man, namun Kolonel Yanto mengacungkan pistolnya untuk menghalangi tindakan Janus.

“Dor...dor...!”

“Akhh...”, Janus tertembak jatuh dan nyawanya pun melayang, serta kepalanya bersimbah darah akibat tembakan Janus, sedangkan yang lainnya terlambat menembak.

Komandan KOPASUS memerintahkan anak buahnya menangkap para anggota teroris dan sebagian mengeluarkan para sandera.

Sementara E-Man sudah ke luar dari jendela hotel dan berhasil menyelamatkan Roselina, sedangkan naas bagi Rogan. Dia tidak sempat diselamatkan sehingga jatuh begitu keras membentur ruas jalan dekat pintu masuk hotel.

“Gedebuk...!”

“Ahhkkkhh...”, tubuhnya remuk dan nyawanya pun hilang.

Para pasukan yang masih tersisa di luar hotel pun langsung mendekati mayat yang tergeletak, Christine dan yang orang-orang sipil dan pers pun tak mau ketinggalan. Mereka pun berlari ke arah mayat tersebut.

Salah satu anggota PIN membuka topeng atau kedok yang dipakai Rogan, dan para pers mengabadikan gambar wajah mayat tersebut. Sementara Christine terkejut setengah mati dan merasa tidak percaya setelah melihat wajah Rogan, yang ternyata adalah kekasihnya.

“Tidak...! Dia bukan Rogan...”, mata Christine berkaca-kaca seakan-akan tidak percaya, sama halnya dengan ayah Christine.

Di waktu yang sama E-Man malah membawa Roselina terbang ke langit sambil memeluk bagian belakangnya, dan melesat hingga melewati awan-awan. Roselina terkagum-kagum dan merasa bahagia karena E-Man membawanya terbang dalam pelukan E-Man. Ia ingin selamanya dalam pelukan E-Man.

“Terima kasih, E-Man...”, Ungkap Roselina dengan lembut. “Aku tidak bisa membalas kebaikanmu padamu...”, sambungnya.

E-Man berhenti di atas awan cumulus dan membalikan pelukannya sehingga wajah mereka berhadap-hadapan. E-Man alias Mario tidak berkedip memandang wajah Roselina yang cantik dan tersenyum.

“Ada apa, E-Man...”, tanya Roselina dengan membalas senyumannya.

“Tidak ada...”, jawabnya dengan memalingkan wajahnya, namun jantungnya berdetak tak beraturan.

“Maaf, E-Man. Aku tidak tahu apakah dirimu punya kekasih atau tidak. Tapi hanya ingin membalas kebaikanmu”, jelas Roselina sambil mencium bibir E-Man.

E-Man benar-benar kelabakan akan tindakan Roselina terhadapnya. Dia diam saja, sementara Roselina terus mengecup bibir E-Man dengan penuh nikmat.

“Wooooow, keren! Pahlawan super bercinta”, ternyata para penumpang pesawat Anduhur Arways melihat aksi mereka berdua dari kaca pesawat.

Pesawatnya tidak begitu jauh dari mereka, malah ada salah juru foto mengambil kamera Nikonnya yang berskala tinggi dan mengabadikan aksi tersebut.

Kericuhan yang ada di pesawat dan termasuk suara pesawat membuat E-Man tersadar. Para penumpang pesawat terkagum-kagum sambil melambaikan tangan ke arah mereka. E-Man tak membalas, sedangkan Roselina tak perduli. Malah ingin lebih lama lagi mencium bibir super hero yang satu ini.

E-Man merasa tak tenang, ia langsung turun ke bum sambil memeluk Roselina. Sebelum sampai ke darat orang-orang yang ada di sekitar lokasi hotel menyambut kehadiran mereka dengan tepuk tangan dan bersuit-suit.

“Horeee...! E-Man, hebat....!”

“Plok...plok...plok...!”

“Suiit...suiit...!”

Setelah E-Man mendarat dan melepaskan pelukannya, para wartawan atau pers langsung mendekati E-Man dan mengambil gambar atau video mereka berdua. Ada pula yang berusaha ingin mewancarai E-Man dan Roselina. Namun hal itu dihalangi oleh komandan KOPASUS dan PIN, serta walikota.

“Terima kasih, E-Man. Engkau telah menyelamatkan kami”, ucap direktur lebih dulu menyambut E-Man dengan menyalamnya.

“Sama-sama, pak...”, balasnya sambil menyambut salaman dari direktur hotel. Dan juga menyambut salaman dari walikota, Komandan KOPASUS, PIN dan Kolonel Yanto.


Ricky, dan teman-temannya senang melihat Roselina selamat dari maut, namun Ricky juga agak cemburu akan kehadiran E-Man dan dia sangat menyesalkan dirinya karena tak dapat menyelamatkan Roselina.

Tanpa sengaja Christine melihat Roselina dan E-Man, namun paling utama melihat Roselina yang berada di samping E-Man, sehingga membuat dirinya buyar dari kesedihannya.

“Rose...! Roselinaaa....”, Christine berteriak memanggil Roselina dari kejauhan sambil melambaikan tangannya, dan Roselina pun mendengarnya.

“Chris...! Christine...”, sambutnya dengan melambaikan tangan, dan berusaha keluar dari kerumunan para wartawan.

E-Man pun mengikutinya, dan para wartawan juga mengikuti mereka berdua sambil merekam dan mengambil foto. Sedangkan walikota, Komandan KOPASUS, PIN dan Yanto tidak ikut. Mereka akhirnya mengambil kesibukan lain untuk melihat para anggota geng yang sedang dimasukkan ke dalam mobil tahanan polisi.

“Christine...”, ucap E-Man setelah melihat Christine yang ternyata ia kenal.

“Kau mengenalku, E-Man...”, tanya Christine penasaran.

“Eh, kau mengenal Christeine”, sambung Roselina bertanya juga penasaran.

“E..e..., tidak..”, bantah E-Man nyaris gagap. “Aku tidak mengenal Christine. Aku tahu namanya setelah dirimu memanggil Christine tadi”, sambung E-Man dengan menjelaskan.

“Oh, kukira...”, penasaran Roselina hilang.

“Tak apa-apa...”, sambung Christine dengan tidak penasaran lagi.

E-Man pun merasa lega karena mereka berdua tidak lagi mempertanyakan. Dan memohon pamit untuk meninggalkan lokasi.

“Maaf, saya pergi dulu, ya...”, tanpa basa-basi E-Man langsung terbang bagaikan kilat.

“Whusss...!”

“Eh! Tunggu...”, mereka tak dapat menahan kepergian E-Man.

Ternyata E-Man tidak pergi jauh, hanya berubah menjadi manusia biasa. Dia hanya mencari tempat yang tak dapat dilihat semua orang agar bisa mengganti pakaiannya.

http://id.wikibooks.org/wiki/Electric-Man/17

Offline alex77

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 32
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Bruce Haters
Bab 18
« Reply #20 on: August 31, 2013, 07:24:08 PM »
Christine menceritakan semua kesedihan kepada Roselina dan menyatakan bahwa kekasihnya Rogan adalah penjahat atau anggota teroris. Roselina hanya bisa menghibur hati Christine. Ayahnya pun ikut menghibur putrinya.

Saat Roselina hendak berjalan menuju bus mereka Ricky dan yang lainnya mendekat dan menyalaminya.

“Rose, kau tak apa-apa, kan”, tanya Ricky.

“Hmmm..., aku baik-baik saja...”, jawab Roselina cuek.

“Oooiii..., semuanya...”, sorak Mario yang baru saja keluar dari persembunyiannya. “Apa yang terjadi di sini”, tanya Mario pura-pura tidak tahu.

“Panjang ceritanya...”, jawab Roselina setengah senang dan setengah cuek.

“Kau dari mana saja, Mario”, tanya Roy.

“Ada panggilan dari kantor, tadi...”, jawab Mario berbohong.

“Eh, Mario...”, Christine merasa senang atas kehadiran Mario.

“Eh, Chris...”, menoleh ke arah Chirstine dan langsung menyalamnya.

Akibat tindakan Mario, Roselina jadi cemburu karena di hatinya masih rasa terhadap Mario meski pun hatinya mulai terpaut kepada E-Man. Roselina pura-pura tak acuh, dan mengajak teman-temannya masuk ke bus. Mario merasa sedikit kesal atas tindakan Roselina yang tidak perduli padanya.

“Teman-teman, kita balik saja...”, ajaknya kepada Roy dan teman-temannya.

“Mario, apa kamu tidak ikut...”, tanya Roy setelah dia berada di pintu kedua bus.

“Oh...! Maaf, aku harus ke kampung karena ada yang harus kukerjakan...”, jawab Mario berbohong namun sedikit kesal.

“Okelah kalau begitu...”, balas Roy agak kesal dengan jawaban Mario.

Mereka pun akhirnya masuk ke bus, dan bus meninggalkan lokasi hotel. Namun kekesalan Mario juga belum hilang karena Roselina tidak perduli dengannya. Sementar Christine dan ayahnya senang bertemu kembali dengan Mario.

Di dalam bus, Roselina dibayang-banyangi oleh E-Man yang telah menyelamatkannya, namun dia juga dibayangi oleh Mario.

“Ukhhh..., kenapa wajah Mario ikut membayangi pikiranku...”, gumamnya dengan resah. “E-Man...! Mario...! Keduanya berbeda...! E-Man! Ya, dia lebih baik”, sambungnya dalam hati dengan membandingkan E-Man dengan Mario.

Christine juga dibayangi oleh E-Man dan melihat wajah Mario. Dia juga membandingkan keduanya, namun dia ternyata lebih memilih Mario.

“Rose..., andai kau tahu bahwa akulah E-Man, kurasa dirimu akan tergila-gila padaku”, gumam Mario kesal. “Tapi aku tidak mau membongkar jati diri E-Man kepadamu. Aku tak mau dirimu menjadi korban kejahatan untuk mengalahkanku”, sambungnya dalam hati.

Mario sadar bahwa dirinya dipandang-pandangi terus oleh Christine. Mario jadi kikuk.

“Eee..., koq kamu memandangi aku terus...”, tanya Mario agak grogi.

“Aku suka, kenapa...”, jawabnya dengan membalas pertanyaan Mario sambil tersenyum.

“Hehehe, tidak apa-apa...! Jadi malu aja...”, jawab Mario malu-malu kucing.

“Aku suka E-Man, tapi aku lebih menyukaimu...”, tiba-tiba Christine mengungkap isi hatinya.

Ayahnya malah tersenyum-senyum mendengar ucapan Christine, sementara jantung Mario semakin berdetak keras, tapi dia belum bisa pastikan apakah ungkapan Christine itu benar atau tidak.

“Andai bang Mario adalah E-Man, aku akan semakin sangat suka kepada abang...”, sambung Christine, kali cukup menggetarkan hati Mario.

“Ukhh...”, hati Mario sedikit tersentak.

“Ehem-ehem....! Sudah sudah, ajak pamanmu supaya kita pulang...”, kata Ayah Christine pura-pura tidak tahu situasi yang dialami oleh Mario dan Putrinya.

“Kami pulang dulu, nak...”.

“Kami pulang, bang...”, sambung Christine.

“Iya, silahkan...”.

“Iya...! Aku adalah E-Man...”, ujar Mario dalam hati sambil melihat Christine dan ayahnya menemui paman Christine (adik istri ayahnya) dan masuk ke dalam mobil.

Waktu menunjukkan pukul 20.15 WIB, Mario sedang duduk sambil menim kopi di sebuah kedai di desa Hutagalung. Sambil minum kopi atau teh, para tamu yang ada ada warung serius menonton berita. Sementara Mario sedang melamun.

“Selamat malam! Kami akan menyampaikan berita terkini melalui layar kaca pemirsa yang ada di rumah. Sekitar pukul 10.00 WIB, tadi pagi, para geromboloan teroris atau organisasi yang bernama Rojan Gan’k telah membajak Diamond Tapanuli Hotel. Hal itu dibenarkan Kepala Polisi Kepala Kepolisian Wilayah Kota Tarutung, dan juga Bapak Walikota Tarutung. Komandan KOPASUS TNI-AD dan PIN juga ikut membenarkan peristiwa naas tersebut, yang saat itu beserta pasukannya segera mengamankan TKP. Para teroris menyandera direktur beserta anak buahnya dan juga para tamu yang ada di hotel. Pimpinan teroris sempat meminta tebusan sebanyak 100 miliyar rupiah. Situasi akhir terkendali setelah E-Man atau Electric-Man alias Manusia datang menyelamatkan para sandera dan merobohkan semua para teroris. Perincian korban, satu orang tewas tertembak yang bernama Letnan Parto anggota Polwil. Kota Tarutung, dua orang anggota polisi luka-luka ringan. Sedangkan dari pihak teroris, dua orang tewas yakni Rogan dan Janus, satu orang luka-luka berat yakni Jarot pimpinan teroris, dan beberapa anggota geng sedikit luka-luka berat. Semua itu dilakukan oleh E-Man, kecuali Janus yang ditembak oleh Bapak Kol. Yanto, Kepala Kepolisian Wilayah Kota Tarutung. Sementara para sandera baik-baik saja kecuali satu orang yang bernama Ricky, mendapat luka-luka ringan. Tidak diketahui secara pasti bagaimana para teroris bisa masuk, sebab pemangamanan di hotel sangat ketat. Namun direktur beserta karyawannya mengucapkan terima kasih sedalam-dalam kepada E-Man. Yang menjadi pertanyaan utama, siapakah E-Man? Kemungkinan anda yang sedang menonton berita ini. Kami belum dapat mengungkapkan siapa E-Man yang sebenarnya. Saya Meliyanti dari studio Tarutung TV, melaporkan. Sekian dan terima kasih!”

Para tamu warung terheran-heran dan membicarakan berita yang baru saja mereka tonton. Salah satu pun meminta sang pemilik warung untuk mengganti saluran, dan ternyata berita itu juga yang disiarkan dari saluran yang berbeda. Mereka tidak sadar E-Man ada di antara mereka

“Rose...”, Mario teringat Roselina kembali. “Aku masih mencintaimu. Tapi Christine juga aku cintai...”.

“Oh tidak...! Aku mencintai dua wanita...”, dia sadar bahwa mencintai dua hati adalah salah. “Tidak, aku tidak akan memilih satu pun...”, ia membuat keputusan bulat.

http://id.wikibooks.org/wiki/Electric-Man/18

Offline alex77

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 32
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Bruce Haters
Bab 19
« Reply #21 on: August 31, 2013, 07:25:19 PM »
Di pagi hari yang cerah dihiasi oleh indahnya suara-suara burung jalak yang digantungkan dekat jendela rumah Ricky. Seorang tukang loper koran melempar koran ke rumah Ricky. Ia pun mengambil koran, dan duduk sambil membaca koran. Spontan ia kaget melihat gambar E-Man sambil memeluk Roselina pada halaman pertama dengan judul besart “E-Man Sang Pahlawan”.

“Brakk.....”, Ricky melemparkan koran yang telah dibacanya. E-Man....! Gara kau, aku tak bisa mendekati Roselina...”, Ricky geram dan penuh kebencian terhadap E-Man.

Di tempat yang tidak jauh dari rumah Ricky, Roselina terbelalak melihat sampul majalah PELANGI CINTA, gambarnya terpampang begitu jelas sedang mencium bibir E-Man pada sampul utama majalah. Roselina heran bukan karena dia berciuman dengan E-Man, namun yang menjadi penasaran baginya bagaimana bisa orang lain mengabadikan aksi tersebut di atas awan. Akhirnya ia sadar, dan berpikir bahwa itu pasti diabadikan salah satu penumpang dari pesawat Anduhur Airways dengan menggunakan kamera yang berskala tinggi.

Majalah Pelangi Cinta tidak hanya dibaca oleh Roselina, Christine juga membacanya seraya berbaring di sofa ruang tamu. Dia sedikit kaget dan cemburu.

“E-Man, Roselina...! Hmmm..., kenapa aku cemburu ya...”, ujar Christine dalam hati.

“Tidak. Aku tidak boleh cemburu...”, katanya dengan tegas. “kan ada Mario..., tapi...”, Christine cemberut.

“Apakah dia mau samaku. Aku sudah mengatakan isi hatiku semalam...”, sambungnya agak resah. “Mmmm, tak apalah. Mungkin ini masih awal, secara aku masih sedih atas kepergian Rogan dan juga tindakannya”, gumamnya dalam hati teringat akan almarhum kekasihnya.

Sepertinya Christine penasaran dengan suara E-Man yang mirip dengan suara Mario.

“Hmmm, suara E-Man mirip dengan Mario...”, ujarnya dalam hati. “Cara E-Man memanggil namaku mirip dengan cara memanggil Mario”, ia teringat akan E-Man dan Mario memanggil namanya.

“Ah, tidak mungkin...”, Christine memastikan bahwa Mario bukan E-Man.

Di jalan raya tidak jauh dari Diamond Tapanuli Hotel, sambil membaca koran, Roy berbicara tentang E-Man kepada Boby.

“Hmmm, hebat ya E-Man ini. Siapa sebenarnya dia ya...”, tanyanya kepada Boby.

“Manalah kutahu, bro. Kalau kutahu, aku pun ikut terkenal...”, jawab Boby sambil berjalan dengan memandangi hotel tersebut yang masih dibatasi dengan garis polisi.

Roy dan Boby berhenti setelah mereka berjumpa dengan Andi, Jenny, dan Ani. Mereka semua masuk ke sebuah restoran yang sederhana.

Seketika itu juga berita tentang aksi Electric-Man menyebar begitu cepat dan menjadi topik utama pembicaraan masyarakat, baik di berbagai media elektronik, media cetak, dan juga media dunia maya.

Walikota sendiri, komandan KOPASUS TNI-AD, PIN dan Kolonel Yanto masih penasaran akan kehadiran E-Man, namun mereka senang atas aksi kepahlawanan yang dilakukannya dan kagum akan kehebatannya.

Sementara E-Man sibuk melakukan aksi heriok di setiap kota Tarutung untuk menumpas berbagai jenis kejahatan, dan juga beraksi memantau kota-kota atau daerah-daerah lainnya. Aksi-aksi E-Man pun semakin banyak diberitakan setelah melakukan berbagai tindakan heroik.

“Whusss....whuss...!”

“Whuss...whuss...!”

E-Man terbang tinggi melesat menembus langit malam, dan bersorak keras : “Aku adalah E-Man, Electric-Man. Si manusia listrik...!”

“DGUDUGG...! DUAR...!”

Dengan tenaga listrik, tubuh E-Man mengeluarkan suara halilantar yang menggelegar.

TAMAT

http://id.wikibooks.org/wiki/Electric-Man/19