Seorang pengusaha properti yang kaya raya suatu hari memanggil dua karyawannya yang bekerja padanya sebagai arsitek. Kepada kedua arsitek itu, sang pengusaha meminta agar masing-masing merancang dan mengawasi pembangunan sebuah bangunan tempat tinggal. Ia meminta agar kedua arsitek melakukan pekerjaan itu disamping pekerjaan utama mereka. Disampaikan juga bahwa mereka tidak akan dibayar, namun segala kebutuhan demi terselesaikannya bangunan itu akan disediakan dengan budget tidak terbatas.
Arsitek pertama mengerjakan bangunan itu dengan menggerutu, merasa bahwa waktunya terbuang percuma untuk sesuatu pekerjaan yang ia tidak digaji. Apalagi sang pengusaha sangat cerewet menuntut yang terbaik, dengan spesifikasi yang terbaik. Karena merasa toh ia tidak diawasi, maka si arsitek bekerja asal-asalan. Ia bahkan mengkorupsi biaya pembangunan, dengan mengganti material bangunan dengan material yang murah dan berkualitas rendah. Ia menggaji pekerja-pekerja yang murah meskipun tidak terampil, dengan harapan mendapatkan keuntungan dari upah mereka. Bangunan yang dibuatnyapun selesai. Tidak begitu bagus dan dalamnya rapuh..!!
Arsitek kedua merasa bersyukur atas kebaikan Boss-nya yang telah memberinya kesempatan dan kepercayaan untuk menangani pekerjaan itu. Ia merancang suatu bangunan yang terindah dengan segenap kreatifitasnya. Dirancangnya taman-taman yang indah dengan segala fasilitas penunjang kebutuhan rumah itu. Dipilihnya bahan bangunan yang terbaik dan pekerja-pekerja terbaik, yang ahli dalam bidang masing-masing. Intinya ia ingin menyenangkan hati Boss-nya, dengan mempersembahkan karya terindah yang bisa dibangunnya. Maka selesailah bangunan rumah yang kokoh dan indah.
Ketika kedua arsitek menyerahkan hasil pekerjaan mereka kepada atasannya, berkatalah sang pengusaha kaya: "Terima kasih atas pekerjaan kalian. Terima kasih juga bahwa kalian telah bekerja padaku selama ini. Sebagai ucapan terima kasih aku ingin memberikan rumah yang kalian bangun itu kepada kalian untuk kalian tempati bersama keluarga kalian."
Alangkah senang dan bahagianya arsitek yang jujur dan tulus hati; dan alangkah sedih dan menyesalnya arsitek yang malas dan curang itu.
Apa yang kita kerjakan bagi Tuhan, apa yang kita persembahkan bagi Tuhan, sebenarnya bukanlah untuk kepentingan Tuhan. Tuhan terlalu kaya untuk menerima pemberian kita. Sebenarnya apa yang kita kerjakan bagi Tuhan adalah untuk kebaikan dan kepentingan kita sendiri. Tuhan telah merancangkan yang baik - meskipun kita sering tidak mampu menyelami pikiran-Nya - namun segalanya bergantung kepada keputusan dan tindakan kita sendiri. Betapa mudahnya kita terlena oleh pikiran-pikiran dan keinginan kita sendiri, lalu lalai mengerjakan apa yang menjadi kehendak Tuhan.
"Sebab aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan-rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11)