Kalapas harus bicara kebenaran, apapun taruhannya. Mungkin jabatan ataupun nyawanya akan hilang. Tetapi kebenaran harus ia ungkapkan. Itu adalah resiko yang harus diambilnya, jika karenanya ia kehilangan nyawa, maka nyawanya tidak hilang dengan sia sia, dibanding ia menyimpan kebenaran, maka nyawanya selamat, tetapi perasaannya akan terus menyiksa sepanjang hidupnya.
Benar, karena itu kita perlu doakan agar beliau mampu bicara kebenaran.
Agak jengkel juga menyaksikan adanya pernyataan petinggi negeri ini yang mencoba mengalihkan dugaan masyarakat akan kelompok tertentu sebagai pelaku pembantaian itu. Jika itu benar, bahwa pelaku itu bukan dari kelompok tertentu, pertanyaannya ialah, apakah senjata api dan amunisinya sudah sedemikian bebas beredar di negeri ini? Pernyataan si petinggi itu justru melecehkan negara dengan aparatnya, seolah negara dan aparatnya tidak dapat berbuat apa-apa dengan peredaran senjata api dan amunisi.
Sebenarnya segala yang beredar di media, berbagai analisis mengenai siapa sebenarnya "kelompok misterius" di balik peristiwa Lapas Cebongan cuma sekedar sandiwara. Kita semua sebenarnya tahu siapa mereka. Tapi adakah mereka yang berani benar-benar menuding kelompok tersebut, mengingat mereka terlalu sering diposisikan sebagai di atas hukum?
Banyak orang, dalam hal ini masyarakat Indonesia, mendukung tindakan kelompok tersebut dan setuju bahwa para preman dan penjahat tersebut sebaiknya dihabisi saja. Tetapi itu bukanlah apa yang diajarkan Kristus. Kristus datang justru untuk orang-orang yang "sakit" untuk membawa kesembuhan bagi mereka. Dan renungkan juga apa yang diajarkan Kristus di bawah ini:
(Mat 25:41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.
(Mat 25:42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;
(Mat 25:43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan
dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.
(Mat 25:44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?
(Mat 25:45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.