Menebang Pohon Dewa Thor
HIDUPKATOLIK.com - Ada kemiripan situasi yang dihadapi Santo Bonifasius di Geismar, Heese, Jerman dengan umat Paroki St Bonifasius Ubrub, salah satu paroki terpencil dari Keuskupan Jayapura.
Santo Bonifasius menghadapi umat yang memiliki tradisi pe nyembahan
berhala di Geismar. Pada waktu itu, penduduk di sana mempunyai kebiasaan menyembah sebuah pohon Ek raksasa. Mereka yakin, pohon itu merupakan tempat bersemayam Dewa Thor, dewa guntur dan perang. Mereka percaya, orang yang tidak menghormati pohon tersebut berarti tidak menghormati
Dewa Thor. Jika ini terjadi, Sang Dewa akan marah.
Bonifasius dengan berani menebang pohon itu. Orang-orang menjadi marah
kepadanya. Saat Bonifasius menebang pohon itu, datang angin kencang yang
menerjang pohon hingga patah menjadi empat bagian yang sama panjangnya.
Ternyata apa yang dikhawatirkan orang-orang tidak terjadi. Akhirnya, mereka
percaya pada ajaran yang diwartakan Bonifasius.
Sedangkan umat Paroki St Bonifasius Ubrub, Jayapura, menghadapi isu black
magic yang mempengaruhi kehidupan menggereja dan memasyarakat. Orang di sana menyebutnya sinas. Hal ini diakui Uskup Jayapura, Mgr Leo Laba Lajar OFM. “Ya isu magic hitam memang banyak (di sana).”
Mungkin situasi terisolasi dari tempat lain membuat isu seperti itu bisa berkembang dengan cepat. Paroki yang berada di perbatasan Papua dengan Papua Nugini ini dipenuhi hutan rimba, seperti halnya beberapa daerah lain di Papua.
Paroki Ubrub masuk Dekenat Keerom. Topografinya berupa dataran rendah yang rawan banjir, lereng-lereng pegunungan, kondisi tanah yang labil, dan mudah longsor. Umat Dekenat Keerom sangat heterogen yang diwarnai dengan adanya transmigran lokal maupun nasional, transmigran umum maupun transmigran khusus atau pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR).
Mata pencaharian masyarakat meramu dan bertani kebun. Mereka biasa berpindah-pindah. Wilayah Keerom belum lama ini ramai dibicarakan media massa karena terjadi bentrokan antarsuku yang melibatkan pemerintah.
Ubrub dan Yuruf adalah paroki-paroki yang terpencil dan terisolasi. Transportasi dari satu tempat ke tempat lain menggunakan kendaraan bermotor seperti mobil atau motor. Tetapi di musim hujan, jalan menjadi
sangat berlumpur. Tanah begitu lengket sehingga perlu tenaga ekstra agar
bisa sampai tujuan. Berkaitan dengan wilayah Ubrub, Mgr Leo Laba sekilas
mengungkapkan, “Komunikasi langsung ke Ubrub belum ada.”
Jumlah umat di Paroki Ubrub pada 2006, diperkirakan 5.550 jiwa. Sebagian
besar penduduk asli. Mayoritas penduduk asli Ubrub beragama Katolik yang
juga tersebar di Paroki Waris, dan Yuruf. Penduduk yang sama juga ditemukan
di stasi Towe Hitam, perbatasan antara Oksibil dan Ubrub.
Saat ini, Paroki Ubrub dipimpin Pastor Willibaldus Jampa dari Ordo Sancti Augustini (OSA). Sejak 1953, OSA melayani dan berkarya di daerah Papua.
Rasul Tangguh
Bonifasius dilahirkan dalam keluarga Kristen di kota Crediton, Inggris. Nama
aslinya Winfred. Pertemuan dengan para misionaris sudah dialami sejak masa
kecil nya. Para misionaris ini biasanya singgah di rumah orangtuanya dan
banyak bercerita tentang pengalaman mereka di seberang Laut Utara. Cerita-cerita para misionaris ini membangkitkan keinginan dalam hatinya untuk mengikuti jejak mereka.
Ketika beranjak dewasa, Winfred masuk biara di Nursling. Di biara ini, ia
dididik dan dilatih untuk menjadi seorang rasul yang tangguh. Ia ditahbis kan
menjadi imam pada usia 30 tahun dan diutus ke Frisia. Lalu, ia pergi ke Roma.
Paus Gregorius II (715-731) menerima Winfred dengan baik, dan memberi
nama baru Bonifasius, yang berarti “yang mujur”. Dari Roma, ia diutus ke
Jerman. Tahun 722, atas permintaan Paus Gregorius II, Bonifasius pergi ke Roma dan di sana ia diangkat sebagai uskup.
Setelah ditahbiskan menjadi uskup, Bonifasius kembali ke Jerman sebagai
utusan Sri Paus untuk melayani gereja di sana. Ia mendirikan banyak gereja dan biara, serta mengadakan pembaharuan hidup rohani umat dan para imamnya. Banyak misionaris baru, imam maupun suster didatangkan dari Inggris, diantaranya Sr Tekla, Sr Walburga, dan Sr Lioba. Bahkan ada dua orang imam yang kemudian menjadi orang kudus: Santo Lulus dan Santo Eobanus.
Semasa hidupnya, Bonifasius teguh menjalankan misi. Ia melanjutkan karyanya
dengan mendirikan biara-biara di Jerman. Salah satu yang terkenal adalah biara di Fulda yang hingga kini dikenal sebagai salah satu pusat Katolik di Jerman Tengah.
Sebagai seorang uskup, Bonifasius menjadi semakin bersemangat untuk
memperluas kegiatan-kegiatan misinya bagi orang-orang Jerman. Dalam
usahanya menyebarkan kekristenan, ia mendapat perlindungan raja dari suku
Franka, yakni Karel Martel yang terkenal hebat dalam bidang militer.
Bonifasius membuat berbagai aturan yang harus dipahami oleh siapa saja
yang ingin menjadi seorang Kristen. Bersama sahabat-sahabatnya, Bonifasius
perlahan-lahan mulai mengajarkan beberapa cara hidup Kristen, seperti
mengajarkan orang-orang untuk membedakan kebaikan dan kejahatan, tentang penghakiman yang akan datang, dan pentingnya orang melakukan puasa dan memperhatikan sesama dengan memberikan derma kepada orang miskin atau tidak mampu.
Untuk tetap memelihara hidup rohani nya, Bonifasius mempergunakan beberapa minggu dalam setahun untuk beristirahat dan berdoa di kota Fulda.
Kota Fulda ketika itu menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Dengan cara ini, Bonifasius menjadi seorang uskup yang saleh dan suci.
Pada usianya yang lanjut, Bonifasius sekali lagi pergi ke Frisia bersama beberapa imam untuk menerimakan Sakramen Krisma. Saat sedang berkemah di lembah sungai Borne sambil menanti kedatangan orang-orang yang hendak menerima sakramen, mereka diserang segerombolan orang. Mereka bertekad melawan. Melihat hal itu Bonifasius berkata: “Anakanakku, janganlah berperang! Hari yang sudah lama kutunggu dengan penuh kerinduan akhirnya tiba juga. Biarlah Tuhan berperang melawan mereka.”
Bonifasius dengan para imam yang menyertainya dalam perjalanan itu dibunuh
karena imannya, bersamasama 53 orang lainnya. Peristiwa ini terjadi pada
754. Jenazah Bonifasius dibawa ke Fulda. Bonifasius dikenal sebagai perintis
pewartaan Injil di Jerman dan dihormati sebagai pelindung negeri Jerman. Gereja Katolik mewajibkan perayaan memperingati wafatnya martir St Bonifasius setiap tanggal 5 Juni.
Sylvia Marsidi
http://www.hidupkatolik.com/2012/07/26/menebang-pohon-dewa-thor