Author Topic: Logical Fallacy - Kesalahan berlogika yang harus dihindari dalam berdiskusi  (Read 2203 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Semua argumentasi memiliki struktur dasar: Jika A, maka B.
Dimulai dengan satu klausul (A) yg merupakan fakta atau asumsi  yg menjadi dasar dari argumentasi, lalu diberlakukan prinsip logika untuk sampai pada kesimpulan (B).
Logical fallacy adalah prinsip berlogika yg salah atau tidak tepat. Oleh karenanya, sebuah argumentasi yg berdasar pada logical fallacy menjadikan argumentasi tersebut gugur / tidak berlaku.

Logical fallacy adalah kesalahan berlogika yg tidak seharusnya dipraktekkan dalam berdiskusi.
Berikut ini adalah contoh2 logical fallacy yg umum ditemukan dan dipraktekkan, baik secara sadar ataupun tidak sadar:

Ad hominem

Ad hominem adalah usaha2 untuk mematahkan argumentasi lawan, tapi bukan dengan menghadapi argumentasinya melainkan  dengan “menyerang” orang yang menyampaikan argumentasi tersebut.

Contoh ad hominem sering ditemukan dalam diskusi antara seorang atheist dengan seorang theist, di mana atheist akan mengatakan bahwa orang2 yg percaya pada Tuhan adalah orang2 yg tidak waras atau bodoh, sedangkan seorang theist akan mengatakan bahwa orang2 yg tidak percaya pada Tuhan adalah orang2 yg berpikir sempit.

Contoh lain yg sering ditemukan adalah argumentasi2 tentang teori konspirasi, di mana mereka berargument bahwa pihak tertentu berbohong (tidak menyampaikan fakta) karena mereka memiliki reputasi buruk dalam kejujuran.

Perlu dicatat, menuding seseorang dengan tuduhan tidak menjadikan tuduhan itu sebagai logical fallacy. Logical fallacy adalah hanya ketika tuduhan tersebut digunakan untuk menyimpulkan bahwa argumentasinya salah.
Contoh: mengatakan “Jenova pembohong” bukan lah logical fallacy, tetapi mengatakan “Argumentasi Jenova tidak benar karena Jenova pembohong” merupakan logical fallacy.

Ad ignorantiam
Pada prinsipnya, untuk dapat menarik kesimpulan yang sahih harus disertakan bukti2 positif.
Fallacy jenis ini mengabaikan ketiadaan bukti untuk menyimpulkan suatu hal yang pada dasarnya tidak/belum dapat dibuktikan.

Contoh: ”Ada struktur biologis di dunia ini yang tidak dapat dijelaskan secara sempurna oleh teori evolusi, maka pasti ada kekuatan supranatural yang menciptakan mereka”.

Begging the Question

“Begging the question” biasanya disalah-gunakan untuk menimbulkan kecurigaan/pertanyaan baru yang digunakan untuk menarik kesimpulan / definisi tambahan dari suatu topic.

Contoh klasik dari fallacy ini adalah pertanyaan apakah si A telah menghentikan kebiasaan memukul istrinya. Dari pertanyaan ini, si penuduh menimbulkan kecurigaan / tuduhan tambahan dengan mengasumsikan bahwa si A sering melakukan kekerasan kepada istrinya.

No True Scotsman
Merupakan salah satu bentuk dari “circular reasoning”, di mana fallacy ini menyertakan konklusi dari sesuatu dalam pernyataan2nya. Fallacy ini merupakan argument semantik (mengandalkan tata bahasa).

Contoh sederhana, jika si A mengatakan “orang2 Skotlandia adalah pemberani”, dan si B menunjukkan bahwa si C adalah seorang penakut yang berwarga negara Skotlandia.
Si A melakukan “No True Scotsman” fallacy jika dia mempertahankan argumentasinya dengan berkata “Si C bukan orang Skotlandia sejati”.


Straw Man
Argumentasi ”straw man” menggunakan taktik menempatkan lawan diskusi pada posisi yg bukan merupakan posisi sebenarnya yg diambil oleh orang tersebut. Dengan demikian dia menciptakan suatu karakter ”straw man” (manusia jerami) untuk disalah-gnakan.

Contoh: Jendral Jono mengatakan agar dana pembelian senjata dialihkan untuk keperluan militer lainnya (karena pasukan telah memiliki cukup senjata). Straw man argumentasi akan menggunakan kesempatan ini untuk menempatkan Jendral Jono pada posisi yang tidak tepat dengan mengatakan bahwa Jendral Jono bermaksud menjadikan pasukannya tidak memiliki kemampuan tempur.

Tu quoque
Secara harafiah berarti “Anda juga”. Fallacy ini digunakan untuk membenarkan suatu kesalahan hanya karena kesalahan itu juga dilakukan oleh orang lain.

Contoh: ”Bukti2 yang kami berikan memang tidak sah, tetapi bukti2 Anda juga tidak sah”.

-----------------------------------------------------------------------------------

Belajar dari contoh2 di atas, semua member FIK diwajibkan untuk menghindari penggunaan secara sengaja kesalahan2 berlogika dalam diskusi2 di forum ini.

Catatan:
Contoh2 di atas hanya merupakan sebagian kecil dari bentuk2 logical fallacy, sehingga logical fallacy yg dilarang digunakan di FIK tidak terbatas pada jenis2 di atas saja.
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)