Apa Salah Tuhan?: Renungan Senin, 23 Juli 2012
HIDUPKATOLIK.com - Pekan Biasa XVI; Mi 6:1-4, 6-8; Mzm 50; Mat 12:38-42
”Siapa yang jujur jalannya akan menyaksikan keselamatan yang dari Allah.” Malu rasanya. Betapa seringnya saya melakukan kesalahan, dan setelah segalanya menjadi kusut berantakan dan hancur lebur, saya segera berteriak minta tolong. Jika pertolongan tidak kunjung datang, saya bisa tergoda untuk menyalahkan Tuhan. Bukankah penting juga mendengarkan keluhan Tuhan tentang diri saya agar saya lebih tahu diri?
Lewat Nabi Mikha keluhan jujur Tuhan disampaikan kepada bangsa Israel dan kepada kita. Tuhan hanya meminta kita untuk berlaku adil, mencintai kesetiaan, hidup dengan rendah hati di hadapan-Nya. Itu pun tidak ingin kita lakukan. Maka, Tuhan bertanya kepada kita: Umat-Ku, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan apakah engkau telah Kulelahkan? Inilah seruan yang sering kita nyanyikan pada pekan sengsara, khususnya pada Jumat Agung. Yang berhak mengeluh bukan kita, tetapi Tuhan.
Orang meminta tanda dari Yesus. Tidak ada tanda selain tanda Yunus. Itu sudah cukup. Anak manusia akan berada dalam rahim bumi selama tiga hari sebagaimana Yunus berada dalam perut ikan selama tiga hari. Kita senang dengan tanda yang luar biasa, sehingga tidak mau melihat yang sudah ada. Itu adalah cara kita bersembunyi dari keharusan untuk sungguh bertobat. Kita ingin menunda-nunda saat pertobatan kita sampai titik terjauh, sampai akhirnya tidak ada lagi pilihan lain. Haruskah begitu?
Deshi Ramadhani SJ