bro Jeno, apakah benar setiap kali suami istri berhub bdn harus untk prokreasi dlm artian berketurunan? Apabila sepasang suami istri sudah memiliki cukup anak dan memasang alat kontrasepsi sehingga setiap kali berhub tidak akan terjadi kehamilan yg kemudian berketurunan apakah hal kontrasepsi itu melanggar prokreasi?
AFAIK sih tidak…
Boleh2 saja berhubungan badan (suami istri) meskipun tidak menghendaki procreation.
Tapi IMHO yg harus diingat adalah bahwa hubungan badan dan procreation itu ibaratnya dua sisi dari satu keping mata uang.
Jika berhubungan badan, maka sisi procreation itu tetap harus dibawa.
Jika menghendaki procreation, maka harus dilakukan dengan menggunakan sisi satunya dari sekeping uang itu.
Maksud dari tulisan2ku sebelumnya, adalah bahwa jika pasutri melakukan hubungan badan, mereka tidak boleh meninggalkan sisi procreation, i.e. dengan
sengaja, sadar, dan aktif melakukan upaya2 yg dapat menghalangi terjadinya procreation. GK mengajarkan bahwa segala bentuk kontrasepsi buatan seperti penggunaan kondom, spiral, sterilisasi organ reproduksi (pria dan wanita), dsb, merupakan upaya2 yg bertentangan dengan prinsip2 moral kristen.
Sejatinya kontrasepsi buatan ini telah menghalangi munculnya (dengan kata lain: membunuh) suatu kehidupan. Meskipun lebih ringan, tetapi kontrasepsi buatan ini serupa dengan aborsi, yaitu merenggut kehidupan dari calon bayi. Utk lebih jelasnya, ajaran GK mengenai kontrasepsi buatan bisa dibaca di dokumen ”Humanae Vitae 14”.
Sebaik apapun pembenaran / justifikasi utk melakukan kontrasepsi buatan, e.g. demi ekonomi keluarga yg lebih baik, dapat lebih fokus mendidik anak jika tidak memiliki anak2 lain, dsb, sebaik apapun alasannya, tetap tidak dapat dijadikan alasan utk melakukan dosa.
Tapi untungnya ”alam” telah menyediakan sarana kontrasepsi yg alami, yaitu adanya masa2 tidak subur.
Meskipun tujuannya sama dengan kontrasepsi buatan, yaitu sama2 menghindari supaya memiliki anak, tapi cara alami ini sama sekali tidak melanggar prinsip2 moral kristen.
Pasutri menahan diri selama masa subur, tapi memanfaatkan masa2 tidak subur utk mengekspresikan cinta mereka sekaligus menghindari procreation.
Dalam hal ini GK memandang hal ini sebagai bukti nyata dan sesungguhnya dari cinta di antara pasutri (bdk Humanae Vitae 16), dan sama sekali tidak dikutuk.
Btw, ini kok kebanyakan hanya pandangan dari GK ya yg disampaikan di sini?
Bagaimana dengan pandangan rekan2 dari protestantism? Akan menarik sekali jika kita jg membahas ”surrogate pregnancy” & ”contraception” dari sudut pandang selain katolik…