Author Topic: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?  (Read 58014 times)

0 Members and 7 Guests are viewing this topic.

Offline Leonardo

  • Global Moderator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1772
  • Reputation Power:
  • katolik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #465 on: February 20, 2013, 12:13:23 AM »
Kan situ bilang : perpecahan jemaat kadang diijikan Tuhan.
Trus diberi contoh oleh kamu : Menara babel.

Nah terus saya tanya, apakah di Alkitab ada tertulis Tuhan mengijinkan luther memecahkan diri.
kok situ malahan ketawa ketiwi..

------------

Memang tidak ada perpecahan antara katolik dan protestan, adanya pemberontakan protestan terhadap katolik. :afro:

In my opinion kalaupun mau di cap sebagai pemberontak sepertinya lebih tepat ditujukan kepada pencetusnya saja sedang turunannya sudah tidak usah dicap sebagai pemberontak lagi karena toh dari awalnya mereka sudah bukan anggota GK lagi  :)

Kalau saya pakai analogi kereta api awal mulanya kita (katolik) dan reformator berada di dalam kereta yang sama kemudian di salah satu persinggahan stasiun para reformator itu turun dan pindah ke kereta api yang lain.

Sekarang kita dan rekan2 protestan sudah berada di kereta yang berbeda walaupun begitu keduanya meyakini disertai sekaligus dipimpin oleh Masinis yang sama yaitu Tuhan Yesus sebagai pribadi dalam Tritunggal Maha Kudus : Bapa , Putera dan Roh Kudus.

Dan masing2 berharap untuk menuju stasiun yang sama.

Dengan pandangan ini kita menyebut mereka : rekan2 protestan sebagai sesama saudara dalam Kristus walaupun terpisah kereta dan relnya  (ajaran iman  dan magisterium) nya.


Hanya saja yang terkadang kita herankan adalah mengapa kebiasan reformator untuk turun di stasiun antara dan menumpang kereta yang lain itu tetap diteruskan oleh rekan2 kita protestan. Sehingga mereka sekarang mempunyai banyak sekali kereta (denominasi) walaupun berjalan di rel yang sama. Entah apa tujuannya saja juga kurang mengerti   :D
« Last Edit: February 20, 2013, 12:15:04 AM by Leonardo »
In Omnibus Caritas

Offline Gavin Tuturuga

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1276
  • Reputation Power:
  • Denominasi: -
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #466 on: February 20, 2013, 05:27:14 AM »
Mungkin mereka senang naik kereta barang kali bro
Back to TOPIC!

Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #467 on: February 21, 2013, 11:11:23 AM »

Shallom, teman-teman,
ijinkan saya membagikan perspektif saya, ya…

I Korintus 3:
4  Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?
5 Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya.
6  Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.
7  Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.
8  Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.
9  Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.
10  Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.
11  Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.



========


A. Kasus yang dikecam oleh Paulus adalah yang berorientasi pada sosok individu manusia (pengkultusan?) yang nampak dalam ayat 6 (saya bold hitam, juga diwakili kata ‘yang’). Konsep Kitab Suci tentang ‘Perpecahan’ yang berorientasi kepada sosok individu manusia dinyatakan dalam ayat berikut ini:

I Kor 1:10 Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.
12  Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.
13  Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?


Jadi, yang disebut ‘perpecahan’ adalah penggolongan-penggolongan yang berorientasi pada sosok individu manusia.


B. Orientasi perbedaan pengajaran dan pelayanan tidak dikecam oleh Paulus, melainkan dikategorikan ‘menaman’ atau ‘menyiram’. Karena itu perbedaan pengajaran tidak dikategorikan sebagai ‘perpecahan’. Orientasi kepada sosok individu ‘sang pengajarnya’-lah yang dikecam Paulus.


C. Untuk merubah orientasi jemaat (agar tidak disebut atau luput dari kategori ‘perpecahan’), Paulus memberikan tiga solusi: (1) jemaat harus memandang sosok individu itu semua adalah ‘sama’, mereka akan menerima upah masing-masing; (2) harus mengarahkan orientasi kepada sosok Allah ‘yang memberi pertumbuhan’; (3) jangan pernah menduakan Yesus sebagai dasar gereja.


IMPLIKASI
 

1. Katolik membangun sendiri konsep ‘perpecahan’ yang berbeda dengan Alkitab karena berorientasi pada perbedaan pengajaran, namun pada saat yang sama mempromosikan orientasi pada sosok individu. Jika kata ‘skisma’ (sama dengan ‘perpecahan’?) adalah doktrin (bahkan dogma?) Gereja Katolik yang didasarkan BUKAN pada orientasi individu, maka doktrin (bahkan dogma?) itu adalah KELIRU, karena telah bertentangan dengan konsep perpecahan yang diajarkan dalam Kitab Suci.

2. Kekeliruan konsep Katolik tentang ‘perpecahan’ nampak saat menempatkan posisi Protestan (Reformasi) sebagai ‘perpecahan’, padahal mereka hanya berbeda dalam pengajaran (poin-B di atas) yang tidak dikecam Paulus, dan mereka justru sama sekali tidak berorientasi pada sosok individu manusia (Paus), sebagaimana yang dianjurkan dalam nasihat Paulus di atas. Dan dalam kasus Luther, ia justru menunjukkan keengganan untuk berorientasi kepada sosok individu yang bergelar Paus. Ini sesuai dengan konsep Kitab Suci di atas.

3. Dalam ayat-ayat di atas nampak nama Petrus (KEFAS) disebut. Itu dapat mengindikasikan bahwa Allah sudah mengetahui sebelumnya bahwa nantinya akan ada komunitas jemaat yang berorientasi kepada sosok individu ini. Jika benar komunitas ini berorientasi kepada sosok individu yang bernama Petrus, maka jelaslah bahwa ini menjadi ‘sumber’ (‘BENIH’) PERPECAHAN itu sendiri (menerapkan ulang apa yang telah dikecam sebelumnya).

4. PERPECAHAN yang berorientasi kepada sosok individu Petrus yang dipelopori Gereja Katolik ini ternyata juga melanggar satu lagi (dari tiga solusi yang diajukan Paulus pada poin C dia atas), yaitu menjadikan Petrus sebagai dasar gereja yang ditarik dari tafsiran atas Mat 16:18.

Tindakan ini mengandung dua kekeliruan fatal: (a) secara tata bahasa: ‘petra’ yang feminin dirujuk kepada (ditafsirkan sebagai) ‘Petros’ (Petrus) yang maskulin; (b) secara hermeneutis: menggeser posisi Yesus sebagai dasar Gereja. Lalu, apakah Allah tidak melihat hal penggeseran Yesus sebagai dasar gereja ini sebagai sesuatu yang serius? Tidak mungkin ada dua sosok Pribadi yang menjadi dasar Gereja, bukan? (Jadi sungguh sulit menerima klaim Katolik bahwa ajaran Katolik berasal dari Kristus dan para rasul-Nya). Jangankan Allah, Paulus pun menganggapnya demikian serius hingga menyatakan kalimat, "Adakah Kristus terbagi-bagi?", seolah 'perpecahan' yang menduakan dasar gereja (hingga tentu saja mereduksi/memarjinalkan salah satunya) dinilai membagi-bagi, memotong-motong, memecah-belah Kristus...

(Bersambung…)

Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #468 on: February 21, 2013, 11:34:30 AM »
(Sambungan…)

5. Gereja Katolik benar-benar telah menjadi BENIH perpecahan itu sendiri (bukan hanya menebar ‘benih’ atau ‘semangat’ perpecahan) dapat nampak pada saat mengubah kata sifat ‘katolik’ menjadi nama diri ‘Gereja Katolik’ karena berimplikasi bahwa orang Kristen lain yang telah menerapkan Mat 16:16 dan Yoh 3:16 bukanlah anggota ‘Gereja’ (atau ‘tidak sepenuhnya’ menjadi anggota ‘Gereja’) karena tidak masuk dalam bilangan anggota ‘Gereja Katolik’.

6. Benih ini akhirnya mewujudkan dirinya dalam bentuknya yang ekstrim saat dalam berbagai kesempatan mengganti kata ‘Gereja’ dengan ‘Gereja Katolik’, misalnya saat membaca I Tim 3:15 menganggap bahwa ‘Gereja Katolik’-lah yang menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran (padahal yang dimaksud ayat itu adalah ‘Gereja’). Bahkan ‘katolisitas.org’ menyatakan, ”Mempelai-Nya yang satu adalah Gereja Katolik.” (http://katolisitas.org/9891/aku-percaya-akan-gereja-katolik-yang-kudus).

7. Akhirnya benih (‘semangat’) ini menghasilkan setidaknya TIGA lagi buahnya:

a. Dogma “EENS” (LG-14 // KGK-846) dimana keselamatan dikaitkan dengan ‘Gereja Katolik’, dan bukan dengan ‘Gereja’.

b. Konsep Paus, sebagai penerus Petrus, akhirnya menyertakan pula berbagai 'semangat' intimidatif bagi mereka yang tidak tunduk terhadapnya.

c. Menduakan infalibilitas, yang tadinya hanya Kanon PB saja, sekarang ditambah Tradisi Suci (bahkan ditambah pula dengan Magisterium?). Ini seolah menduakan istri kita secara legal (membuat kekristenan kalah oleh Islam karena dalam Islam dikenal istilah ‘musyrik’ atau ‘syirk’ sebagai analogi?).

8.  Jika Allah tetap konsisten dengan Kitab Suci tentang ‘perpecahan’ dan serius menanggapi konsep yang keliru dari Gereja Katolik tentang hal itu (serta hal penggeseran Yesus sebagai dasar gereja), maka logis jika orang berpikir bahwa Reformasi adalah tindakan Allah untuk menanggulangi ‘perpecahan’ yang benihnya adalah Gereja Katolik itu sendiri.

9. Logis pula jika perbedaan pengajaran yang tidak dinilai/dikategorikan Allah sebagai ‘perpecahan’, kemudian dianggap/dinilai sebagai hal yang ‘sah-sah saja’ ASALKAN tetap bersumber dan berfokus pada Kristus dan Kitab Suci. Beberapa rohaniwan Protestan pun kemudian memisahkan diri dari Luther, itu ‘sah-sah saja’ karena justru membuktikan bahwa mereka tidak berorientasi pada sosok individu Luther. Jadi, Katolik yang keliru dalam doktrin (dogma?) tentang ‘perpecahan’ dan/atau Skisma, tetapi Protestan yang menjadi korbannya. False accusation?

10. Dari ayat-ayat di atas nampak jelas bahwa perbedaan ajaran tidak dikecam Allah (alias ‘sah-sah saja’). Maksudnya? Injil Sinoptis memang mirip satu sama lain, tetapi Injil Yohanes sangat terasa perbedaannya, bukan (sehingga tidak digolongkan sebagai Injil Sinoptis)? Tulisan Paulus juga berbeda dengan Petrus (bukan hanya gaya tulisannya, melainkan juga ‘isinya’). Itu ‘sah-sah saja’ ASALKAN semuanya TIDAK SALING BERTENTANGAN. Demikian juga pengajaran yang berbeda dari jaman ke jaman boleh saja, asalkan tidak bertentangan dengan sumbernya dan fokusnya, yaitu Kristus dan Kitab Suci.

11. Sebaliknya, tindakan Gereja Katolik yang telah menggunakan nama diri (ditarik dari kata sifat ‘katolik’) tentu juga ‘sah-sah saja’, asalkan tidak memonopoli dan mengkooptasi kata sifat itu bagi dirinya sendiri (satu-satunya gereja yang bersifat katolik/universal), dan tidak menjadikan nama dirinya (‘Gereja Katolik Roma’) sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran, terlebih lagi tidak memproduksi “EENS” (LG-14 // KGK-846), serta menganggap Petrus adalah ‘sama’ dengan rasul-rasul lainnya (SETARA atau HIRARKIS?).

12. Sedangkan tindakan komunitas Kristen lain menggunakan nama diri untuk gereja lokal masing-masing mereka pun ‘sah-sah saja’ (dalam arti ‘tidak dinilai Allah sebagai perpecahan’), asalkan memenuhi syarat pada poin (C) dan poin (10) di atas, walaupun menghasilkan 28.000 denominasi (entah benar atau tidak).

13. ‘Berpisahnya’ Marthin Luther dari Katolik berbeda dengan kasus skisma Timur, karena Luther mengundurkan diri dari Gereja Katolik secara pribadi, individual, dan tidak membawa serta sebagian umat Katolik bersama-sama dengan dia, hal mana terjadi pada skisma Gereja Ortodoks.

14. Pendirian gereja lokal (dengan nama diri masing-masing) oleh para Reformator bukanlah atas inisiatif Luther (perlu diperiksa ulang karena menurut saya, Luther sama sekali tidak memiliki hasrat untuk mendirikan gereja lokal, ia hanya memicu suatu ‘gerakan’ saja), dan itu terjadi ‘setelah’ Luther memisahkan diri dari Gereja Katolik. Artinya, kasus Luther BUKANLAH perpecahan, dan Protestanisme BUKANLAH pula perpecahan, baik diukur dari Kitab Suci, maupun dari logika sehat.

15. Dalam solusi yang diberikan Paulus di atas, salah satunya adalah bahwa para sosok individu itu harus dipandang ‘sama’. Setidaknya itu berarti bahwa para rasul itu adalah ‘sama. Lebih lanjut itu dapat pula berimplikasi: jangan mengulang penggolongan atas sosok individu manusia seperti, ‘perintis kami adalah Petrus’ (Katolik Roma), atau ‘perintis kami adalah Andreas’ (Ortodoks Timur?), atau ‘perintis kami adalah Markus’ (Ortodoks Koptik), dst. (lagi, SETARA atau HIRARKIS?)

16. Lalu ayat berikut memberikan penekanan lagi (I Kor 3: 21): “Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia”. Bandingkan dengan kebanggaan umat Katolik atas historisitas mereka yang dapat ditarik mundur hingga akarnya tiba pada sosok Petrus (Mat 16:18) dan kebanggaan akan eksklusifitas untuk peninggian sosok individu melalui panggilan ‘Holy Father’ dan ‘Wakil Kristus’ untuk Paus (dan boleh di tambah pula dengan pemuliaan Bunda Maria sebagai Bunda Gereja dan Bunda Allah). Tapi, toh umat Katolik demikian gemar menjadikan Protestan sebagai ‘collateral-damage’… hehehe….  Ga salah, nih?  :)

Salam damai,

(Epafras)

(ps: artikel ini akan saya upload ke “katolisitas.org”, tapi menunggu moderasi belasan postingan saya sebelumnya…)


Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #469 on: February 21, 2013, 12:06:18 PM »

Sorry... sorry... time for edit has passed...  :afro1:

Seharusnya poin 15 di atas masih ditambah satu kalimat berikut ini:  :nod:

"Sebaliknya, kalangan Sola Scripturis kontemporer makin kuat menyatakan dan membuktikan bahwa individu (Luther, Calvin, dll.) maupun ajaran mereka (termasuk 'magisterium' mereka) tidak bersifat infallible, dan kaum 'awam' dapat menyatakan keberatan mereka terhadap para reformator atau perintis gereja mereka".  :nod:

Mudah-mudahan makin menambah masukan... :flower1:

Salam damai,

(Epafras)

 

Offline Leonardo

  • Global Moderator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1772
  • Reputation Power:
  • katolik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #470 on: February 21, 2013, 06:33:14 PM »
Terima kasih bro...akan saya tanggapi yang sesuai dengan topic saja yah :)
Shallom, teman-teman,
ijinkan saya membagikan perspektif saya, ya…

I Korintus 3:
4  Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?
5 Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya.
6  Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.
7  Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.
8  Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.
9  Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.
10  Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.
11  Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.



========


A. Kasus yang dikecam oleh Paulus adalah yang berorientasi pada sosok individu manusia (pengkultusan?) yang nampak dalam ayat 6 (saya bold hitam, juga diwakili kata ‘yang’). Konsep Kitab Suci tentang ‘Perpecahan’ yang berorientasi kepada sosok individu manusia dinyatakan dalam ayat berikut ini:

I Kor 1:10 Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.
12  Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.
13  Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?


Jadi, yang disebut ‘perpecahan’ adalah penggolongan-penggolongan yang berorientasi pada sosok individu manusia.


sampai di sini it's fine ..lanjut...


B. Orientasi perbedaan pengajaran dan pelayanan tidak dikecam oleh Paulus, melainkan dikategorikan ‘menaman’ atau ‘menyiram’. Karena itu perbedaan pengajaran tidak dikategorikan sebagai ‘perpecahan’. Orientasi kepada sosok individu ‘sang pengajarnya’-lah yang dikecam Paulus.


C. Untuk merubah orientasi jemaat (agar tidak disebut atau luput dari kategori ‘perpecahan’), Paulus memberikan tiga solusi: (1) jemaat harus memandang sosok individu itu semua adalah ‘sama’, mereka akan menerima upah masing-masing; (2) harus mengarahkan orientasi kepada sosok Allah ‘yang memberi pertumbuhan’; (3) jangan pernah menduakan Yesus sebagai dasar gereja.


bukan perbedaan pengajaran di bagian mana dari ayat itu disebutkan perbedaan ajaran fine2 saja...
Apakah Paulus dan Apolos berbeda ajaran?, kalau berbeda orangnya iya jelas tapi kalau berbeda ajaran tau dari mana nya  :think1:

Lantas nasehat yang ayatnya anda kutip ini berlaku untuk siapa...

I Kor 1:10 Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.



siapa yang harus erat bersatu dan se-iya se kata apalagi sehati sepikir...jemaat Paulus sajakah , jemaat Apolos sajakah ataukah semua jemaat kristen baik umat Paulus dan Apolos .... :)

Dan bagaimana mungkin sehati sepikir itu dapat diaplikasikan dengan perbedaan ajaran iman satu dengan yang lainnya...

Apakah Yesus memberi ajaran yang berbeda2 kepada setiap rasulnya...
Sehingga ketika Yesus bersabda :
Mat 28:20
dan ajarlah   mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu  senantiasa sampai kepada akhir zaman


sehingga ayat itu bisa diterjemahkan sebagai...kepada Petrus ajarlah ajaran katolik, kepada Yakobus ajarlah ajaran orthodoks, kepada Paulus ajaran yang lain lagi dsb2....

Dan mengenai menanam dan menuai....

Apakah orang yang menanam apel dapat menuai hasilnya buah jeruk....?

apakah orang yang menam jeruk dapat menuai hasilnya buah mangga?


Justru karena ajaran Paulus itu sama dengan ajaran Apolos sama2 ajaran Kristus ...karena itulah tidak peduli siapa yang mulai membangun jemaat di situ...hamba Tuhan lainnya dapat melanjutkan tongkat estafet pengajaran tersebut.


Contoh real saja lah....
Dapatkah Pendeta karismatik yang menganut baptisan selam berkhotbah hanya baptisan selam yang sah pada umat/ jemaat GPIB misalnya...
atau Pendeta reform tiba2 mendatangi gereja karismatik dan menghimbau agar mereka tidak lagi berdoa dalam bahasa roh...

or Pendeta Adven tiba2 melanjutkan pelayanan umat HKBP dan mengajarkan tentang makanan haram.... :think1:


IMPLIKASI
 

1. Katolik membangun sendiri konsep ‘perpecahan’ yang berbeda dengan Alkitab karena berorientasi pada perbedaan pengajaran, namun pada saat yang sama mempromosikan orientasi pada sosok individu. Jika kata ‘skisma’ (sama dengan ‘perpecahan’?) adalah doktrin (bahkan dogma?) Gereja Katolik yang didasarkan BUKAN pada orientasi individu, maka doktrin (bahkan dogma?) itu adalah KELIRU, karena telah bertentangan dengan konsep perpecahan yang diajarkan dalam Kitab Suci.

2. Kekeliruan konsep Katolik tentang ‘perpecahan’ nampak saat menempatkan posisi Protestan (Reformasi) sebagai ‘perpecahan’, padahal mereka hanya berbeda dalam pengajaran (poin-B di atas) yang tidak dikecam Paulus, dan mereka justru sama sekali tidak berorientasi pada sosok individu manusia (Paus), sebagaimana yang dianjurkan dalam nasihat Paulus di atas. Dan dalam kasus Luther, ia justru menunjukkan keengganan untuk berorientasi kepada sosok individu yang bergelar Paus. Ini sesuai dengan konsep Kitab Suci di atas.
Lantas buat apa Paulus sampai mengecam Kefas....jika perbedaan ajaran adalah sah2 saja...
dan kenapa pula ada ada konsili Yerusalem yang mempertemukan Paulus dan Yakobus , Kefas dan rasul2 lainnya jika ajaran yang berbeda itu fine2 aja...

Dan buat apa sampai Gereja yang diinspirasikan oleh Roh Kudus sampai mengkanon Alkitab atau membuat konsili ekumenes dan menolak ajaran Arius serta membuat syahadat iman.

Jika perbedaan ajaran adalah fine2 saja....
Jadi mohon disebutkan perbedaan ajaran yang ada di dalam Kitab Suci secara real sebagaimana perbedaan ajaran dalam protestan sekarang ini...

salam  :)
In Omnibus Caritas

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #471 on: February 23, 2013, 06:34:46 PM »
Damai sejahtera Tuhan Jesus Kistus menyertai FIKers sekalian

Saya sangat sependapat dengan Leonardo.

Ingin menambahkan pikiran sederhana saja, untuk beberapa hal,
6  Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.
7  Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.
8  Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.
9  Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.
10  Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.
11  Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.[/i]
Kalau Paulus menanam, dan Apolos menyiram, kiranya dapat dipastikan bahwa yang ditanam oleh Pauluslah yang disirami oleh Apolos. Bukan tumbuhan lain. Tumbuhan yang ditanam dan disiram itu, ya itu-itu juga, dan tumbuhan itu diberi pertumbuhan oleh Jesus Kristus. Begitu, kan? Atau ada pemahaman yang selain dari itu?

Tentang bangunan yang diumpamakan oleh Paulus, bahwa Paulus telah meletakkan dasar bangunan, kemudian orang lain terus membangun di atasnya, itu mengartikan bahwa bangunan yang dibangun adalah satu. Pembangunan-pembangunan berikutnya, tetap saja harus berdasar kepada dasar bangunan yang telah diletakkan oleh Paulus itu, yaitu Jesus Kristus. Apa yang terjadi sampai dewasa ini? Banyak bangunan-banguna baru didirikan oleh orang-orang, dengan menyebut, sekali lagi (hanya=sola) menyebut, bahwa dasar bangunan itu adalah Jesus Kristus, tetapi terlepas dari bangunan yang disebutkan oleh Paulus bahwa dasarnya telah diletakkan oleh Paulus. Artinya, banyak bangunan baru didirikan, dengan menyebut berdasarkan kepada Jesus Kristus, tetapi bukan bangunan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus. Buktinya, bangunan-bangunan itu terlepas dari bangunan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus yang masih eksis (disertai Tuhan sampai akhir zaman).
Jadi, yang disebut ‘perpecahan’ adalah penggolongan-penggolongan yang berorientasi pada sosok individu manusia.
Saya kira, kenyataan dewasa ini, dengan banyaknya kumpulan-kumpulan yang menyatakan diri sebagai pengikut Kristus, meski mungkin ada yang 'terpecah' karena sosok individu manusia, tidak seluruhnya 'terpecah' karena sosok individu manusia. Bahkan banyak orang yang telah dibaptis dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, tidak menyadari bahwa kumpulannya sudah didirikan bukan lagi sebagai terusan dari kumpulan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus, walaupun menamakan diri sebagai memperkepalakan Jesus Kristus.
B. Orientasi perbedaan pengajaran dan pelayanan tidak dikecam oleh Paulus, melainkan dikategorikan ‘menaman’ atau ‘menyiram’. Karena itu perbedaan pengajaran tidak dikategorikan sebagai ‘perpecahan’.
Ooo... karena ayat itu mengatakan Aku (Paulus) menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan, lalu muncul pemahaman bahwa yang dimaksud dengan  ‘menaman’ dan ‘menyiram’ adalah pengajaran, begitu? Weh, menurut pemahaman saya, itu bukan dimaksudkan sebagai pengajaran. 'Menanam' di situ adalah menunjukkan bahwa orang yang pertama mengabarkan kabar suka cita (Injil) ke suatu polpulasi (kumpulan orang) adalah Paulus. Itulah makna 'menanam' di situ, bahwa orang yang tadinya buta terhadap kabar suka cita (Injil), kemudian kabar suka cita (Injil) itu dikenalkan oleh Paulus. Kemudian, selanjutnya, datanglah Apolos untuk 'menyiram' apa yang telah ditanam oleh Paulus tadi. Artinya, penyiraman itu bukan ajaran yang berbeda dari kabar suka cita (Injil) yang telah ditanamkan oleh Paulus. Apa yang disiramkan oleh Paulus, ya tetap juga kabar suka cita (Injil). Tidak berbeda. Perbedaan yang ada hanya pada Paulus mengenalkan Injil, dan Apolos memperdalam pengenalan Injil, Paulus menanam, Apolos menyiram, yang ditanam dan disiram tetap saja Injil. Bukan ajaran yang berbeda.
C. Untuk merubah orientasi jemaat (agar tidak disebut atau luput dari kategori ‘perpecahan’), Paulus memberikan tiga solusi: (1) jemaat harus memandang sosok individu itu semua adalah ‘sama’, mereka akan menerima upah masing-masing; (2) harus mengarahkan orientasi kepada sosok Allah ‘yang memberi pertumbuhan’; (3) jangan pernah menduakan Yesus sebagai dasar gereja.
Tentang para pengikut, memang secara kodrati suka mengelompokkan diri berdasarkan gurunya. Terbukti dari murid-murid Yohanes Pembaptis dan murid-murid Jesus Kristus, kalau kita cermati, mengidap perasaan terpisah, bahwa murid-murid Yohanes Pembaptis merasa berbeda dari murid-muri Jesus Kristus, dan demikian sebaliknya, walaupun Yohanes Pembaptis telah mengatakan bahwa membuka tali kasutNya (Jesus Kristus) pun ia tak layak. Ayat itu memang mengajarkan agar para pengikut (baik pengikut Paulus maupun pengikut Apolos) berorientasi kepada Jesus Kristus, sebab apa yang 'ditanam' oleh Paulus dan apa yang 'disiram' oleh Apolos adalah Injil yaitu Jesus Kristus sendiri.

Semoga tidak semakin ruwet.

Damai, damai, damai.
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #472 on: February 23, 2013, 07:36:46 PM »
Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertai FIKers sekalian.

Nambah lagi, boleh, ya?
IMPLIKASI
1. Katolik membangun sendiri konsep ‘perpecahan’ yang berbeda dengan Alkitab karena berorientasi pada perbedaan pengajaran, namun pada saat yang sama mempromosikan orientasi pada sosok individu. Jika kata ‘skisma’ (sama dengan ‘perpecahan’?) adalah doktrin (bahkan dogma?) Gereja Katolik yang didasarkan BUKAN pada orientasi individu, maka doktrin (bahkan dogma?) itu adalah KELIRU, karena telah bertentangan dengan konsep perpecahan yang diajarkan dalam Kitab Suci.
Kenapa bagi saya terasa berbeda, ya? Menurut hemat saya, Katolik itu tidak membangun konsep sendiri, karena acuannya adalah Mat 28:20, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Memang, mungkin, menjadi berbeda dengan mengartikan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu, dimana Katolik mengartikannya bahwa kebersamaan dengan Jesus Kristus selama kurang lebih 3,5 tahun, dan adat istiadat yang tidak bertentangan dengan ajaran Jesus Kristus selama 3,5 tahun itu, adalah perintah Jesus Kristus juga. Sementara, ada pengertian yang mengartikan bahwa segala perintah Jesus Kristus sudah dituliskan dalam Alkitab. Dan Injil Yohanes pada Yoh 20:30 ada tertulis Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, dan Yoh 21:25Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu. Yang ingin saya katakan, bahwa selain yang telah tertulis di Alkitab, Katolik mempercayai juga Tradisi Suci yang dilakukan turun temurun. Jadi, Katolik BUKAN membangun sendiri konsepnya.

Tentang mempromosikan orientasi pada sosok individu, juga menurut pikiran saya ada kesalahkaprahan. Katolik, sepanjang pemahaman saya, memang sangat menghormati individu-individu yang dipandang layak dijadikan teladan bagaimana seharusnya dalam bersikap menjalankan perintah Jesus Kristus. Bukan hendak mempertuhankan individu tersebut, melainkan ingin menimba sikap individu tersebut tentang bagaimana seharusnya menjalankan perintah Tuhan. Yah... seperti sikap seorang anak yang mengidolakan orang tuanyalah.

IMPLIKASI2. Kekeliruan konsep Katolik tentang ‘perpecahan’ nampak saat menempatkan posisi Protestan (Reformasi) sebagai ‘perpecahan’, padahal mereka hanya berbeda dalam pengajaran (poin-B di atas) yang tidak dikecam Paulus, dan mereka justru sama sekali tidak berorientasi pada sosok individu manusia (Paus), sebagaimana yang dianjurkan dalam nasihat Paulus di atas. Dan dalam kasus Luther, ia justru menunjukkan keengganan untuk berorientasi kepada sosok individu yang bergelar Paus. Ini sesuai dengan konsep Kitab Suci di atas.
Tentang poin B itu, sudah mendapat penjelasan tambahan bukan? Bahwa menanam dan menyiram, sebenarnya hanya beda waktu, namun yang ditanam dan yang disiram adalah sama, yaitu kabar suka cita (Injil). Bukan bahan ajarnya yang berbeda. Bahan ajarnya hanya itu-itu juga, yaitu Injil (Kabar Suka Cita = Jesus Kristus).

Orientasi? Kayaknya Katolik juga tidak berorientasi kepada Paus, deh. Khususnya Katolik Roma, yang dipuja dan dipuji (diorientasi) adalah Allah Tritunggal yang dikenal melalui Jesus Kristus. Paus, memang dipercaya memiliki kewenangan mengajar, bukan tanpa alasan. Paus adalah penerus kompetensi penggembala yang diteruskan dari Petrus. Petrus memiliki kompetensi menggembala, jelas dikatakan oleh Jesus Kristus, "Gembalakanlah domba-dombaKu" kepada Petrus, di antara para murid lain. Perintah itu dikatakan bukan ketika hanya Jesus Kristus bersama Petrus. Itu dikatakan di antara para murid Jesus Kristus. Jadi, orientasi Katolik (Roma) adalah Jesus Kristus, Paus adalah penerus tongkat penggembalaan yang diberikan Jesus Kristus kepada Petrus.

IMPLIKASI3. Dalam ayat-ayat di atas nampak nama Petrus (KEFAS) disebut. Itu dapat mengindikasikan bahwa Allah sudah mengetahui sebelumnya bahwa nantinya akan ada komunitas jemaat yang berorientasi kepada sosok individu ini. Jika benar komunitas ini berorientasi kepada sosok individu yang bernama Petrus, maka jelaslah bahwa ini menjadi ‘sumber’ (‘BENIH’) PERPECAHAN itu sendiri (menerapkan ulang apa yang telah dikecam sebelumnya).
Wah... hebat. Tapi, nama yang disebut bukan Kefas saja, ya? Ada disebut juga aku (Paulus), ada Apolos, ada Kristus. Mengapa hanya nama Kefas yang disoroti? Tentang mengetahui, kayaknya semua yang percaya kepada Tuhan mengimani bahwa Tuhan mengetahui segala hal. Tentang orientasi, Katolik (Roma) tidak berorientasi kepada Paus, tetapi Paus memiliki kewenangan mengajar, sesuai dengan perintah Jesus Kristus di Mat 28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.

IMPLIKASI4. PERPECAHAN yang berorientasi kepada sosok individu Petrus yang dipelopori Gereja Katolik ini ternyata juga melanggar satu lagi (dari tiga solusi yang diajukan Paulus pada poin C dia atas), yaitu menjadikan Petrus sebagai dasar gereja yang ditarik dari tafsiran atas Mat 16:18.

Tindakan ini mengandung dua kekeliruan fatal: (a) secara tata bahasa: ‘petra’ yang feminin dirujuk kepada (ditafsirkan sebagai) ‘Petros’ (Petrus) yang maskulin; (b) secara hermeneutis: menggeser posisi Yesus sebagai dasar Gereja. Lalu, apakah Allah tidak melihat hal penggeseran Yesus sebagai dasar gereja ini sebagai sesuatu yang serius? Tidak mungkin ada dua sosok Pribadi yang menjadi dasar Gereja, bukan? (Jadi sungguh sulit menerima klaim Katolik bahwa ajaran Katolik berasal dari Kristus dan para rasul-Nya). Jangankan Allah, Paulus pun menganggapnya demikian serius hingga menyatakan kalimat, "Adakah Kristus terbagi-bagi?", seolah 'perpecahan' yang menduakan dasar gereja (hingga tentu saja mereduksi/memarjinalkan salah satunya) dinilai membagi-bagi, memotong-motong, memecah-belah Kristus...
Tentang ini, kayaknya sudah pernah ada trit yang membahas tentang petra, petros, Petrus. Ah tapi mungki bukan di forum ini. Kalau kawan-kawan lain punya bahan, ato rujukan, beritahukan, ya?

Damai, damai, damai.
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #473 on: February 23, 2013, 11:41:26 PM »

@ Bro Leo,


bukan perbedaan pengajaran di bagian mana dari ayat itu disebutkan perbedaan ajaran fine2 saja...


1. Kasusnya diungkapkan (yaitu 'perpecahan' yang disebabkan orientasi pada sosok individu), lalu solusinya diberikan, yaitu ‘menanam’ dan ‘menyiram’. Hal apakah yang dapat disebut ‘solusi’ untuk ‘perpecahan’ selain pengajaran dan/atau pelayanan? Itulah pula yang dilakukan Katolik untuk ‘membina’ Marthin Luther (eks-komunikasi?) sebelum dia memisahkan diri dari Katolik, bukan?

2. Berbicara tentang ‘menanam’ dan ‘menyiram’, tetapi dikaitkan dengan ‘pertumbuhan’ yang justru dilakukan oleh Allah (berarti bersifat ‘rohani’, ‘kan?), kira-kira apa yang dimaksudkan dengan ‘menanam’ dan ‘menyiram’ itu? Jawabannya pasti tidak akan mengenyampingkan pengajaran dan/atau pelayanan, ‘kan?

3. Kalau ketiga sosok individu itu (Paulus, Apolos, Kefas) datang ke Korintus, apa yang mereka lakukan disana tetapi yang bisa ‘ditumbuhkan’ oleh Allah? Kalaupun Anda menemukan jawaban lain, pasti selalu menyertakan ‘pengajaran’ dan/atau ‘pelayanan’, bukan?

4. Ayat 8 menyebut ‘upah’ dan ‘pekerjaan’. Nah, ’pekerjaan’ apa yang terkait dengan 'upah' dimana yang memberi upahnya adalah Allah? Pasti juga tidak akan membuang atau mengabaikan ‘pengajaran’ dan/atau ‘pelayanan’.

5. Masih dalam kaitan antara ‘perpecahan’ yang disebabkan orientasi pada sosok individu yang dikontraskan dengan ‘menanam’ dan ‘menyiram’, dalam ayat 9 Paulus menyatakan: “Kami adalah kawan sekerja Allah…”.  Nah, pekerjaan apakah yang dapat dikategorikan demikian? Pastilah tidak akan mengabaikan ‘pengajaran’ dan/atau ‘pelayanan’.

6. Dalam ayat 5 dinyatakan kata ‘pelayan’. Nah, kata apa yang pantas untuk merangkaikan kata ‘menanam’ dan ‘menyiram’ tetap terkait dengan ‘pelayan’? Pasti tidak akan mengenyampingkan ‘pengajaran’ dan/atau ‘pelayanan’.

7. Paulus sedang menuliskan surat kerasulan (surat apostolik) kepada jemaat itu. Jadi pastilah ia sedang ‘mengajar’, dan tidak mungkin hal ini tidak termasuk dalam kategori ‘menanam’ atau ‘menyiram’, ‘kan?.




Apakah Paulus dan Apolos berbeda ajaran?, kalau berbeda orangnya iya jelas tapi kalau berbeda ajaran tau dari mana nya  :think1:


Contoh yang saya berikan bukan antara Apolos dan Paulus, melainkan Injil Sinoptis dengan Injil Yohanes; dan ajaran Paulus dengan Petrus (karena kita tidak memiliki contoh ajaran Apolos).

Prinsipnya, perbedaan ajaran bukan berarti saling bertentangan atau berkontradiksi, melainkan saling melengkapi. Petrus tidak menulis tentang Roh Kudus, iman karunia-karunia Roh Kudus, dan utamanya konsep tentang Tubuh Kristus dan karunia pelayanan, serta doktrin keselamatan dalam kaitan dengan nabi-nabi Israel dan Kristus..., padahal Paulus mengajarkannya.

Demikian juga, Injil Sinoptis tidak banyak mengajarkan tentang ‘AKULAH’ (dalam pengajaran Yesus) suatu tema yang justru ditekankan dalam Injil Yohanes.



I Kor 1:10 Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.

siapa yang harus erat bersatu dan se-iya se kata apalagi sehati sepikir...jemaat Paulus sajakah , jemaat Apolos sajakah ataukah semua jemaat kristen baik umat Paulus dan Apolos .... :)

Dan bagaimana mungkin sehati sepikir itu dapat diaplikasikan dengan perbedaan ajaran iman satu dengan yang lainnya...



Semoga cara berpikir Anda tidak berorientasi kepada ‘sosok individu’ karena menyatakan ‘jemaat Paulus’… ‘jemaat Apolos’…. Sebab, justru konsep demikianlah yang sebenarnya dikritik Paulus (istilah yang dia gunakan adalah ‘golongan’).

Yang harus sehati dan sepikir tentu saja jemaat yang sudah mengalami ‘perpecahan’ itu. Ajaran memang sudah dan akan terus diberikan para pengajar kepada jemaat. Sekalipun para rohaniwan itu sudah mengajar disana, tetapi ternyata ‘pengajaran’ mereka diresponi dengan cara yang salah, yaitu pengidolaan tokoh pengajarnya (‘perpecahan’).



Apakah Yesus memberi ajaran yang berbeda2 kepada setiap rasulnya...
Sehingga ketika Yesus bersabda :
Mat 28:20
dan ajarlah   mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu  senantiasa sampai kepada akhir zaman


sehingga ayat itu bisa diterjemahkan sebagai...kepada Petrus ajarlah ajaran katolik, kepada Yakobus ajarlah ajaran orthodoks, kepada Paulus ajaran yang lain lagi dsb2....


Anda tahu bahwa jawabannya adalah: ‘tidak’.

Anda juga tahu bahwa memang ‘materi’ tulisan mereka yang menjadi Kanon PB, dan kita sebut sebagai ‘ajaran Kristus’, adalah KESELURUHAN tulisan mereka yang ‘materi’ dan penekanan tiap penulisnya berbeda-beda.

Mengapa ‘materi’ ajaran para rasul yang berbeda-beda itu tetap disebut sebagai ‘ajaran Kristus’? Karena DIA pernah berkata (Yoh 16:12-14),

“12  Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.
13  Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.
14  Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.”


Mungkin karena kelompok 12 itu tidak memadai untuk dapat menuliskan ajaran-Nya hingga ke tingkat doktrinal dan falsafahi, maka DIA menghadirkan Paulus. Sampai titik ini seharusnya kita melihat bahwa memang tiap individu penulis Kanon PB adalah berbeda-beda dalam kemampuan, bakat, gaya, minat dan kecenderungan. Ini semua menentukan perbedaan ‘materi’ yang mereka tulis. Tetapi secara keseluruhan materi tulisan mereka tetap disebut ‘ajaran Kristus’.

Dibalik perbedaan ‘materi’ yang mereka tuliskan itu, tidak ada ‘semangat’ mengkotak-kotakkan, baik dalam diri Yesus, maupun dalam diri para penulis PB, seperti kalimat Anda ini (warisan?), “… sehingga ayat itu bisa diterjemahkan sebagai...kepada Petrus ajarlah ajaran katolik, kepada Yakobus ajarlah ajaran orthodoks, kepada Paulus ajaran yang lain lagi dsb2....

Sekali lagi, kalau orientasi perbedaan ajaran adalah kepada ‘perpecahan kelompok’ tentu saja jawabannya, ‘tidak’. Tapi kalau mengarah kapada keberbagaian (yang tetap Kristo-sentris) tentu bisa saja terjadi.

Fakta adanya perbedaan pengajaran para tokoh penulis Kanon PB membuktikan semangat ‘saling melengkapi’ sehingga tidak akan ada di antara mereka yang merasa diri paling benar (tidak ada “EENS”, yaitu LG-14 // KGK-846, dalam tulisan mereka!). Keberbagaian anggota dalam konsep Tubuh Kristus pun sebenarnya menyatakan ‘perbedaan’, tetapi ‘saling melengkapi’.

(Bersambung...)

Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #474 on: February 23, 2013, 11:52:36 PM »
@ Bro. Leo,


Lantas nasehat yang ayatnya anda kutip ini berlaku untuk siapa...


Rasanya akan menjadi sempit dan picik jika dikatakan hanya berlaku untuk jaman itu atau untuk jemaat Korintus saja, bukan? Karena kecenderungan ‘perpecahan’ (orientasi kepada sosok individu) memang melekat pada manusia/jemaat (walaupun makin lama akan makin terkikis karena Roh Kudus tidak berhenti berkarya).




Dan mengenai menanam dan menuai....

Apakah orang yang menanam apel dapat menuai hasilnya buah jeruk....?

apakah orang yang menam jeruk dapat menuai hasilnya buah mangga?


Kalau saya jadi Anda, analogi demikian tidak akan saya gunakan karena tidak produktif dan mempermalukan diri sendiri, baik untuk pembangunan iman maupun diskusi, karena jawabannya sudah pasti.

Analogi tanaman untuk ‘Gereja’ tentu tidak boleh dilepaskan dengan ‘Pengusahanya’, yaitu Allah Bapa. Dialah yang akan menuai. DIA yang memberikan keunikan pada masing-masing rekan kerja-NYA yang unik dan berbeda-beda itu, dan DIA pula yang akan menentukan tuaiannya dan DIA pula yang akan menikmatinya.

Oleh karena DIA yang akan menikmatinya, maka Paulus memperingatkan mereka agar tidak berorientasi kepada sosok individu, bahkan dengan tegas mengatakan… (I Kor 3: 21): “Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia…”. Adakah orang Katolik yang tidak memegahkan Paus? Bagaimana dengan sebutan ‘Holy Father’ atas Paus yang sebenarnya hanya digunakan Yesus untuk memanggil Bapa-Nya (Yoh 17:11, lihat berbagai terjemahannya seperti di Authorized Version/AV, American Standard Version/ASV, 21st Century King James Version/21KJ, New English Translation/NET, New King James Version/NKJV, Revised Standard Version/RSV, dan American King James Version/AKJV)? Entah apa lagi yang akan diproduksi Gereja Katolik untuk memegahkan Paus dan Bunda Maria… Adakah yang bisa menghentikannya?

 


Justru karena ajaran Paulus itu sama dengan ajaran Apolos sama2 ajaran Kristus ...karena itulah tidak peduli siapa yang mulai membangun jemaat di situ...hamba Tuhan lainnya dapat melanjutkan tongkat estafet pengajaran tersebut.


Benar, frasa ‘sama-sama ajaran Kristus’, tentu saja semua orang tahu itu. Tetapi istilah yang saya gunakan adalah ‘berfokus’ pada Kristus.

Khusus tentang 'ajaran', yang saya maksudkan ‘berbeda’ adalah dari segi ‘materi’ yang mereka ajarkan. Kalau ‘materi’ ajaran Paulus sama dengan ajaran Apolos, maka tidak mungkin Paulus membuat pemilahan antara ‘menanam’ dan ‘menyiram’.

Tetapi karena kita berdua tidak dapat membuktikan perbedaan ‘materi’ keduanya maka saya membuat perbandingan antara ‘materi’ ajaran Paulus dengan Petrus, dan antara materi Injil Sinoptis dengan Injil Yohanes (tapi Lukas tidak pernah memuji Paulus seperti dia memuji Apolos dalam Kis 18:24-26, dan mungkin itu sebabnya beberapa orang mengira bahwa penulis Kitab Ibrani adalah Apolos).

Paulus menguasai filsafat Yunani, tapi Petrus tidak (mungkin demikian pula dengan Apolos), maka ‘materi’ ajaran mereka pun ‘berbeda’. Kita kurang melihat dengan tegas bahwa Petrus menanggulangi Gnostisisme melalui suratnya. Tapi Paulus dan Yohanes melakukannya. Itulah yang disebut ‘perbedaan’ materi ajaran mereka.




Contoh real saja lah....
Dapatkah Pendeta karismatik yang menganut baptisan selam berkhotbah hanya baptisan selam yang sah pada umat/ jemaat GPIB misalnya...
atau Pendeta reform tiba2 mendatangi gereja karismatik dan menghimbau agar mereka tidak lagi berdoa dalam bahasa roh...

or Pendeta Adven tiba2 melanjutkan pelayanan umat HKBP dan mengajarkan tentang makanan haram.... :think1:



Kalangan Gereja Reformed di Amerika justru menjadi pelopor dalam kasus ‘gereja lokal yang menerima dan menerapkan fenomena gerakan karismatik dalam ibadah umum Hari Minggu mereka’. Di Indonesia, sekarang sudah nampak ada gereja Baptis dan GSJA (Pentakosta) di Indonesia yang digembalakan oleh alumni STII (yang kalau saya tidak keliru, kiblatnya ‘agak’ bercorak ‘dispensasionalis’, yang di Amerika sangat dikenal sebagai ‘anti-karismatik’).

Ada pula beberapa gereja Pentakosta dan Karismatik yang mulai bergabung dalam PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia), yang salah satu konsekuensinya adalah menerima program ‘tukar mimbar’ (gembala gereja Protestan berkhotbah di gereja Pentakosta, dan sebaliknya), yang merupakan agenda rutin. Nah, tentu saja ‘perbedaan’ yang disinyalir akan ‘merenggangkan’ kerukunan sesama anggota PGI (seperti tema yang Anda usulkan di atas) tidak akan ‘disentuh’ dalam khotbah pertukaran mimbar itu.

Demi kerukunan pula, gereja-gereja yang tergabung dalam PGI membangun sistem perpindahan jemaat dari satu gereja ke gereja lainnya melalui surat ‘asestasis’... suatu kesepakatan yang tidak mungkin terjadi jika masing-masing gereja lokal (denominasi) itu membuat semacam dogma “EENS” (LG-14 // KGK-846).

PGLII (Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia, yang mirip dengan PGI) anggotanya adalah yayasan/lembaga non/inter-denominasional maupun denominasi non-Pentakosta/Karismatik.

Salah seorang sesepuh Reformed di Indonesia (yang juga salah satu pendiri sekolah teologia mereka) pernah diundang ke gereja kami untuk berkhotbah di kebaktian umum. Pendeknya, ada perbedaan, tetapi tetap berusaha untuk rukun. Ketidak-rukunan yang ada di suatu jaman pasti akan semakin terkikis di jaman/generasi berikutnya. Roh Kudus tidak akan berdiam diri. Dan Gereja Katolik pun sudah mulai terbuka terhadap Karismatik, bukan? Tentang Advent? Saya tidak tahu. Tapi yang pasti, sudah ada gereja Advent-Karismatik (http://en.wikipedia.org/wiki/Charismatic_Adventism).

(Bersambung...)

Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #475 on: February 24, 2013, 12:05:02 AM »

@ Bro. Leo,


Lantas buat apa Paulus sampai mengecam Kefas....jika perbedaan ajaran adalah sah2 saja...


Justru karena perbedaan ajaran adalah sah-sah saja, maka bukan tentang ‘perbedaan ajaran’-lah yang Paulus kecam.

Demikian juga, Petrus sendiri tidak mengecam ‘isi’ (materi) yang dituliskan Paulus, melainkan menegaskan tentang ‘bobot’-nya yang terlalu sulit untuk dimengerti (2 Pet 3:16).

Tetapi dalam ayat 15 Petrus mengungkapkan adanya ‘perbedaan’ materi ajaran itu dengan kalimat, “Paulus…telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya”. Nah, apakah ‘hikmat yang dikaruniakan’ pada Paulus ini juga dikaruniakan kepada Petrus? Tentu tidak. Artinya, dengan ayat di atas itu, memang ada perbedaan ‘materi’ ajaran, tetapi Petrus tidak mengecam materi ajaran Paulus yang berbeda dengan dirinya.




dan kenapa pula ada ada konsili Yerusalem yang mempertemukan Paulus dan Yakobus , Kefas dan rasul2 lainnya jika ajaran yang berbeda itu fine2 aja...


Ajaran yang 'berbeda' tetapi ‘sah-sah saja’ adalah ajaran yang berfokus pada Kristus (Kristo-sentris).

Persidangan di Yerusalem itu justru untuk menentukan apakah satu pengajaran tertentu (yang waktu itu digugat oleh Paulus) merupakan ajaran yang Kristo-sentris atau tidak. Jika satu ajaran tidak Kristo-sentris, maka jelas semua rasul itu akan sepakat untuk menolaknya sebagai ajaran Kristus.



BATAS-BATASNYA

Ajaran yang digugat Paulus bertemakan ‘keselamatan PLUS sunat’ (Kis 15:1,2), jadi Yudeo-sentris. Ini mirip dengan “EENS” (LG-14 // KGK-846) yang menyatakan ‘keselamatan PLUS Gereja Katolik’ (eklesio-sentris). Konsili pertama itu sekaligus menyatakan ‘batas-batas’ dalam ‘perbedaan’ ajaran. Artinya, kalau dulu kasus ‘keselamatan PLUS sunat’ dapat diajukan (digugat) ke persidangan Konsili, seharusnya  “EENS” (LG-14 // KGK-846) yang menyatakan ‘keselamatan PLUS Gereja Katolik’ pun dapat diajukan (digugat) ke persidangan (konsili?) oikumenis, bukan? Tapi itu tidak dapat dilakukan karena yang mengetahui kekeliruannya adalah non'Katolik, dan karena Gereja Katolik kontemporer adalah gereja bernama diri 'Karolik'.

(Setelah ‘Kristo-sentris’ sebagai syarat ‘perbedaan’, kayaknya nantinya saya harus pula menjelaskan tentang ‘berfokus pada Kitab Suci’…, tapi mudah-mudahan tidak perlu…).




Dan buat apa sampai Gereja yang diinspirasikan oleh Roh Kudus sampai mengkanon Alkitab atau membuat konsili ekumenes dan menolak ajaran Arius serta membuat syahadat iman.


Jika perbedaan ajaran adalah fine2 saja....
Jadi mohon disebutkan perbedaan ajaran yang ada di dalam Kitab Suci secara real sebagaimana perbedaan ajaran dalam protestan sekarang ini...

salam  :)



KANON JUSTRU MEMBUKTIKAN PERBEDAAN ‘MATERI AJARAN’

Justru Kanon itu dihadirkan Allah untuk membuktikan adanya ‘Paulus’ yang berbeda dengan ‘Petrus’, dan ‘Yohanes’, serta ‘Yakobus’, dll., bukan? Mereka menulis dengan gaya, minat dan kapasitas masing-masing. Semua digabungkan menjadi satu, maka lengkaplah Kanon PB. ‘Perbedaan’ adalah untuk saling melengkapi. Penghadiran Kanon PB oleh Allah justru membuktikan bahwa keberbagaian ajaran memang dimunginkan dalam Kanon PB.

Kalau yang Anda maksudkan dengan ‘perbedaan ajaran dalam Kita Suci’ adalah ‘bertentangan’ atau ‘berkontradiksi’ antara satu penulis denagn penulis lainnya, tentu saja hal demikian tidak ada.

Tapi kalau ‘perbedaan’ dalam arti ‘memperluas/memperkaya cakupan materi Kanon’ yang Kristo-sentris, maka jelaslah ‘perbedaannya sangat gamblang’ (saya sudah sebutkan beberapa diantaranya di atas). Kalau Anda ingin bereksperimen, maka bacalah tulisan Paulus (pilih yang singkat saja) yaitu Kitab Kolose, setelah selesai langsung baca Kitab Yakobus, maka Anda akan merasakan ‘perbedaan’ materinya yang sangat mencolok, tetapi keduanya tetap Kristo-sentris.

Atau untuk memudahkan, mungkin bisa dibuat pertanyaan berikut ini: “Apakah Petrus, Yakobus, dan Yudas menulis tentang Tubuh Kristus dalam Kanon PB? Jawabnya pasti ‘tidak’. Apakah karenanya ada ‘perbedaan’ materi dalam tulisan mereka dengan ajaran Paulus yang menuliskan tentang Tubuh Kristus? Jawabnya pasti, ‘ya’! Kalau tidak mengajarkan tentang Tubuh Kristus, apakah ketiga penulis itu ‘sesat’? Jawabnya pasti, ‘tidak’!” Jadi, berbeda dalam materi ajaran, tapi dapat saling melengkapi… ITULAH Konon PB

Demikian, Bro Leo,

Semoga bermanfaat…

Salam,

(Epafras)


Offline ond32lumut

  • Global Moderator
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 960
  • Reputation Power:
  • The Jesuits University
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #476 on: February 25, 2013, 09:27:13 AM »
KANON JUSTRU MEMBUKTIKAN PERBEDAAN ‘MATERI AJARAN’

Justru Kanon itu dihadirkan Allah untuk membuktikan adanya ‘Paulus’ yang berbeda dengan ‘Petrus’, dan ‘Yohanes’, serta ‘Yakobus’, dll., bukan? Mereka menulis dengan gaya, minat dan kapasitas masing-masing. Semua digabungkan menjadi satu, maka lengkaplah Kanon PB. ‘Perbedaan’ adalah untuk saling melengkapi. Penghadiran Kanon PB oleh Allah justru membuktikan bahwa keberbagaian ajaran memang dimunginkan dalam Kanon PB.

=======================================================================================
Ehm.... :-)  salam bro...

Sekarang apa menururt anda kasus kononisasi itu sinonim dengan kasus banyaknya denominasi protestan?
Kanonisasi menghasilkan sebuah produk, yaitu kita suci, yg kita gunakan bersama..

Sekarang pertanyaanya: apakah ajaran kritus mengenai baptisan, dan keselamatan menurut kristen?

Perbedaan itu sah-sah saja, tapi denominasi terus muncul berlatar belakang protes terhadap denom asal, dan kemudian saling tunjuk bahwa dirinyalalah yg bnar..

Jadi apa sebab adad dan makin beertambahnya denominasi, kalau katanya perbedaan itu sah-sah saja? Uang mungkin? Hehehehe....
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 3 : 23

Offline ond32lumut

  • Global Moderator
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 960
  • Reputation Power:
  • The Jesuits University
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #477 on: February 25, 2013, 09:41:29 AM »
Sebenernya terjadi perbedaan pendapat itu pati dan wajar saja terjadi, jauh sebelum ada protestanisme, perbedaan pe dapat itu sdh terjadi dia tara jemeaat, dan itu sah-sah saja teradi..
Cuma, para rasul termasuk Paulus membhat solusi yaitu dengan cara bermusyawararh saling melelengkapai' saling memperkaya dan mempersolid kesatuan jemeaat. Demikian juga adengan konsili-konsili.. yg berfungsi untuk menyatukana pandangan-pandangan yang berbeda dengan bermusyawarah.

Dlm tubuh gerreja katolik sangata seri g terjadi perbedaan, makaka gereja zering mengadaakan konsili-konsili-. Mengahsilkan keputusan.

Gereja katolik dan gereja protestan sama saj, sering terjadi perbedaan pe dapat.. hanya saja solusinya yang berbeda, kalau gerej katolik de gan konsili, kalau protestan dengan cara memisahkan diri, buata denominasi baru.

Kalau kita mau melihat secara lebih jujur, sesungguhnya dlm tradisi protestanismelah yg tidak menetolelir perbedaan.. sehingga, mereka lebih me ilih berdiri sendiri ketimbang mencari solusi untuk sepakat. Itu!
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 3 : 23

Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #478 on: February 25, 2013, 10:52:00 AM »


@ Bro. Husada,

Damai sejahtera Tuhan Jesus Kistus menyertai FIKers sekalian

Saya sangat sependapat dengan Leonardo.

 

Damai sejahtera juga, dalam Tuhan Yesus Kristus...

Semoga jawaban saya pada Bro. Leo dapat memberi masukan juga untuk Anda, ya…




Ingin menambahkan pikiran sederhana saja, untuk beberapa hal,Kalau Paulus menanam, dan Apolos menyiram, kiranya dapat dipastikan bahwa yang ditanam oleh Pauluslah yang disirami oleh Apolos. Bukan tumbuhan lain. Tumbuhan yang ditanam dan disiram itu, ya itu-itu juga, dan tumbuhan itu diberi pertumbuhan oleh Jesus Kristus. Begitu, kan? Atau ada pemahaman yang selain dari itu?


Ya, benar, saya sependapat dengan Anda… Dan tidak ada pemahaman lain dari itu…



Tentang bangunan yang diumpamakan oleh Paulus, bahwa Paulus telah meletakkan dasar bangunan, kemudian orang lain terus membangun di atasnya, itu mengartikan bahwa bangunan yang dibangun adalah satu. Pembangunan-pembangunan berikutnya, tetap saja harus berdasar kepada dasar bangunan yang telah diletakkan oleh Paulus itu, yaitu Jesus Kristus. Apa yang terjadi sampai dewasa ini?



A. DUA BANGUNAN, DUA DASAR, SATU PENDIRI


Mari kita mulai dengan satu hal ini:

BANGUNAN “A”:
Ada SATU bangunan, dengan dasar Yesus Kristus. Bangunan ini terus ‘dibangun’, hingga saat ini.

BANGUNAN “B”:
Lalu ada SATU bangunan lain, dengan dasar Petrus (ditarik dari tafsiran Mat 16:18). Nama bangunan ini adalah ‘Gereja Katolik’. Bangunan ini juga terus dibangun hingga saat ini.

Baik BANGUNAN “A” maupun BANGUNAN “B” mengklaim diri sebagai ‘didirikan oleh Yesus Kristus’.


Jadi,

Ada berapa ‘dasar’ bangunan? DUA.
Ada berapa bangunan? Dua.
Klaim ‘pendirinya’ ada berapa? Satu, yaitu Yesus Kristus.

SEKARANG, kita masuk ke masa ‘dewasa ini’:

1. Kristen non-Katolik (misalnya saya, Karismatik, Pentakosta, Reformed, Baptis, dll, yang umumnya adalah penganut Sola Scriptura) TIDAK MUNGKIN dikategorikan ‘masuk’ sebagai BANGUNAN “B”, bukan? Nah, kalau bukan merupakan BANGUNAN “B”, apakah otomatis masuk sebagai anggota dari BANGUNAN “A”?




Apa yang terjadi sampai dewasa ini?
Banyak bangunan-banguna baru didirikan oleh orang-orang, dengan menyebut, sekali lagi (hanya=sola) menyebut, bahwa dasar bangunan itu adalah Jesus Kristus, tetapi terlepas dari bangunan yang disebutkan oleh Paulus bahwa dasarnya telah diletakkan oleh Paulus. Artinya, banyak bangunan baru didirikan, dengan menyebut berdasarkan kepada Jesus Kristus, tetapi bukan bangunan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus. Buktinya, bangunan-bangunan itu terlepas dari bangunan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus yang masih eksis (disertai Tuhan sampai akhir zaman).



B. TERLEPAS DARI ‘DASAR KRISTUS’?


2. Memang benar, non-Katolik banyak mengklaim bahwa gereja mereka dibangun di atas dasar Kristus, dan menyebut gereja mereka merupakan bagian dari Gereja Kristus, Lalu Anda mengatakan, “tetapi terlepas dari bangunan yang disebutkan oleh Paulus bahwa dasarnya telah diletakkan oleh Paulus.”. Apa buktinya bahwa ‘bangunan’ (non-Katolik) itu terlepas dari dasar Kristus?

3. Kalimat ini Anda sEbut sebagai ‘bukti’ (tapi bukan bukti, melainkan pernyataan yang sama tapi dengan kalimat yang berbeda): “bangunan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus yang masih eksis (disertai Tuhan sampai akhir zaman)”, sebenarnya BANGUNAN “A” atau BANGUNAN “B”? Bagaimana Anda membuktikannya?

4.a. Bagaimana Anda tahu dan dapat membuktikan bahwa bangunan dewasa ini, “… terlepas dari bangunan yang disebutkan oleh Paulus bahwa dasarnya telah diletakkan oleh Paulus”, sementara mereka tidak mengklaim bahwa ‘dasar’ bangunan itu adalah Petrus?

4.b. Bagaimana pula Anda membuktikan bahwa mereka tidak disertai oleh Tuhan Yesus sampai akhir jaman?

4.c. Apakah klaim ‘tidak dapat sesat’ (dan/atau ‘infalibilitas’) merupakan ‘satu-satunya’ bukti bahwa Yesus menyertai Gereja Katolik sampai akhir jaman? Koq, sepertinya ‘mudah’ sekali menyebut klaim demikian, ya, mudah karena gereja lokal lainnya dapat menirunya, tanpa harus memberi bukti dari dinamika dan fenomena gereja sepanjang sejarahnya.

5. Apakah bangunan yang dibangun di atas dasar Petrus (BANGUNAN “B”), secara logis berarti terlepas dari bangunan yang dibangun di atas dasar Kristus?

6. Jika BANGUNAN “B” sulit dibuktikanTELAH terlepas dari dasar Kristus sejak awal, bukankah lebih sulit lagi membuktikan BANGUNAN “A” terlepas dari dasar Kristus?



C. KATOLIK PUNYA UKURAN-UKURANNYA SENDIRI

7. Kalau BANGUNAN “B” dibangun atas dasar ‘bukan Kristus’, melainkan Petrus, apakah bangunan itu tidak terlepas dari Kristus?

8. ‘Keterlepasan’ dari ‘dasar Kristus’, bukan hanya dibuktikan dari ‘dasar’-nya saja yang berbeda (yaitu Petrus), melainkan ‘bangunan itu sendiri’ punya sistem yang tidak sesuai dengan Kitab Suci.

9. Misalnya, Gereja Katolik punya ukuran-ukurannya sendiri, dalam arti hanya dapat ditimbang dan diukur oleh timbangan atau ukuran-ukuran internal Gereja Katolik saja, misalnya dalam memahami dan menilai “EENS”.

10. Kalau produk hukum Gereja Katolik akan diukur dengan Kitab Suci saja dan (misalnya) terbukti ‘keliru’, maka hasil pengukurannya itu tidak akan pernah diakui ‘benar’ dan ‘valid’, karena Gereja Katolik memiliki tambahan ukuran lainnya, yaitu Tradisi Suci. Nah, logikanya, jika hanya sekedar bertentangan dengan Kitab Suci saja (misalnya tafsiran ‘petra’ dianggap merujuk pada Kefas/Petrus, Megisterium, dan “EENS”, serta ‘monopoli’ kata ‘katolik’ yang diambil dari kata sifat menjadi nama diri), akan tetapi jika masih didukung oleh Tradisi Suci, maka tetap dianggap sesuai dengan ajaran LISAN para rasul atau para bapa gereja.

11. Lalu, dalam ‘sistem’-nya, jika dalam Kitab Suci, ‘magisterium’ terdiri dari 12 murid Kristus, tetapi Magisterium Gereja Katolik diwakili oleh penerus 11 rasul lainnya (Plus Paulus jadi 12), melainkan hanya berisi ‘para penerus rasul’ yang berkiblat pada Petrus saja. Nah, apakah Magisterium yang tidak menyertakan para penerus 11 rasul lainnya ini dapat disebut ‘valid’ dan produk-produk hukumnya dapat disebut ‘benar’ (terlebih lagi disebut ‘infallible)?

12. Masih dalam ‘sistem’-nya, Gereja Katolik banyak yang keberatan dengan Kanon PL versi Sola Scripturis (tanpa menyertakan Deuterokanonika), karena Kanon para Sola Scripturis itu ditarik dari konsili lokal ‘Jamnia’ yang diselenggarakan kalangan Yudais untuk memvonis kekristenan sebagai ‘sesat’. Keberatan Gereja Katolik didasarkan pada “apakah mungkin hal yang infallible diperoleh dari yang tidak infallible?” Kenyataannya, Gereja Katolik sendiri pun menarik (‘beberapa’, jika tidak ‘seluruhnya’) produk infallible mereka dari ajaran atau tafsiran yang sebelumnya tidak pernah dinyatakan infallible, seperti ajaran (tafsiran?) para Bapa Gereja atas ajaran LISAN atau tertulis dari para rasul.


(Bersambung...)



Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #479 on: February 25, 2013, 11:05:13 AM »

@ Bro. Husasa,



Saya kira, kenyataan dewasa ini, dengan banyaknya kumpulan-kumpulan yang menyatakan diri sebagai pengikut Kristus, meski mungkin ada yang 'terpecah' karena sosok individu manusia, tidak seluruhnya 'terpecah' karena sosok individu manusia. Bahkan banyak orang yang telah dibaptis dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, tidak menyadari bahwa kumpulannya sudah didirikan bukan lagi sebagai terusan dari kumpulan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus, walaupun menamakan diri sebagai memperkepalakan Jesus Kristus.



13. Kalau bukan karena ‘sosok individu manusia’, maka mengapa dikategorikan ‘perpecahan’ sementara Paulus dan inisiator Kitab Suci (yaitu Allah Tritunggal) tidak mengatakan demikian? Mengapa Anda bersikukuh membuat ukuran yang tidak sesuai dengan standar ‘Mereka’?

14. Coba kalimat Anda yang saya bold-merah itu Anda terapkan pada Gereja Katolik. Itu lebih relevan. Ini kalimatnya(kalimat tambahan dari saya bold-biru):

Bahkan banyak orang yang telah dibaptis dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus dalam ‘Gereja Katolik’, TIDAK MENYADARI bahwa kumpulannya sudah didirikan bukan lagi sebagai terusan dari kumpulan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus (yaitu Yesus Kristus, melainkan Petrus), walaupun menamakan diri sebagai memperkepalakan Jesus Kristus… bahkan tidak menyadari bahwa penggunaan nama diri dari kata sifat ‘katolik’ telah menghadirkan bangunan kedua (BANGUNAN “B”) disamping bangunan pertama (BANGUNAN “A”)

15. ‘Ketidak-sadaran’ tiap gereja (termasuk Katolik juga) mungkin merupakan hal umum. Tapi masalahnya adalah apakah dimungkinkan ‘akses’ untuk teguran, nasihat, kritik, koreksi dan ‘pengujian’ bahkan revisi atas ‘hal-hal yang mulai tidak disadari’ itu memang ‘terbuka’ atau tidak? Misalnya, kalau non-Katolik menilai “EENS” sebagai ‘keliru’ apakah mereka punya akses? Kenyataannya ‘dogma’ infalibilitas tidak memungkinkan untuk ‘hasil pengujian’-nya adalah ‘keliru’, bukan? Jadi, sekarang memang benar-benar ada DUA BANGUNAN.




Ooo... karena ayat itu mengatakan Aku (Paulus) menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan, lalu muncul pemahaman bahwa yang dimaksud dengan  ‘menaman’ dan ‘menyiram’ adalah pengajaran, begitu? Weh, menurut pemahaman saya, itu bukan dimaksudkan sebagai pengajaran. 'Menanam' di situ adalah menunjukkan bahwa orang yang pertama mengabarkan kabar suka cita (Injil) ke suatu polpulasi (kumpulan orang) adalah Paulus. Itulah makna 'menanam' di situ, bahwa orang yang tadinya buta terhadap kabar suka cita (Injil), kemudian kabar suka cita (Injil) itu dikenalkan oleh Paulus. Kemudian, selanjutnya, datanglah Apolos untuk 'menyiram' apa yang telah ditanam oleh Paulus tadi. Artinya, penyiraman itu bukan ajaran yang berbeda dari kabar suka cita (Injil) yang telah ditanamkan oleh Paulus. Apa yang disiramkan oleh Paulus, ya tetap juga kabar suka cita (Injil). Tidak berbeda. Perbedaan yang ada hanya pada Paulus mengenalkan Injil, dan Apolos memperdalam pengenalan Injil, Paulus menanam, Apolos menyiram, yang ditanam dan disiram tetap saja Injil. Bukan ajaran yang berbeda.


16. Ooo… jadi Anda berorientasi kepada ‘kronologis’? Boleh-boleh saja, Bro… Tapi apakah orientasi Anda itu ‘meniadakan’ atau memarjinalkan ‘pengajaran dan/atau pelayanan’ sebagai tafsiran yang juga ‘memungkinkan’? Atau kedua tafsiran (Anda dan saya) adalah benar? Atau justru tafsiran Anda itu keliru?

17. Tapi kalau Anda sebut Paulus adalah orang yang pertama mengabarkan Injil Sukacita di Korintus, dan dia disebut ‘menanam’, lalu Apolos ‘menyiram’, kemudian dimana peran Kefas/Petrus?

18. Bagaimana kalau orang lain berpendapat bahwa surat Paulus itu bukan surat pekabaran Injil Sukacita (‘menanam’), melainkan surat apostolik yang terkategorikan ‘menyiram’? Jadi, menurut saya, alternatif tafsiran yang Anda sajikan masih belum kokoh, Bro…




Tentang para pengikut, memang secara kodrati suka mengelompokkan diri berdasarkan gurunya. Terbukti dari murid-murid Yohanes Pembaptis dan murid-murid Jesus Kristus, kalau kita cermati, mengidap perasaan terpisah, bahwa murid-murid Yohanes Pembaptis merasa berbeda dari murid-muri Jesus Kristus, dan demikian sebaliknya, walaupun Yohanes Pembaptis telah mengatakan bahwa membuka tali kasutNya (Jesus Kristus) pun ia tak layak. Ayat itu memang mengajarkan agar para pengikut (baik pengikut Paulus maupun pengikut Apolos) berorientasi kepada Jesus Kristus, sebab apa yang 'ditanam' oleh Paulus dan apa yang 'disiram' oleh Apolos adalah Injil yaitu Jesus Kristus sendiri.

Semoga tidak semakin ruwet.


Hehehe… sorry, Bro… tafsiran Anda memang makin rumit  :grining:, tapi juga belum cukup kuat.

19. Justru karena adanya kecenderungan manusia selalu mengidolakan, bahkan mengkultuskan guru/pemimpin merekalah, maka ayat dalam I Korintus itu disajikan Allah, agar kecenderungan demikian dapat dikikis, dan tiap umat kepunyaan Allah sungguh-sungguh hanya berorientasi (formal, legal, konseptual, hingga implikasi dan praktisnya) kepada Allah saja, dan tidak boleh mereduksinya sama sekali, sesedikit apa pun, bahkan harus ditambah-tambahkan…




Nambah lagi, boleh, ya?Kenapa bagi saya terasa berbeda, ya? Menurut hemat saya, Katolik itu tidak membangun konsep sendiri, karena acuannya adalah Mat 28:20, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Memang, mungkin, menjadi berbeda dengan mengartikan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu, dimana Katolik mengartikannya bahwa kebersamaan dengan Jesus Kristus selama kurang lebih 3,5 tahun, dan adat istiadat yang tidak bertentangan dengan ajaran Jesus Kristus selama 3,5 tahun itu, adalah perintah Jesus Kristus juga. Sementara, ada pengertian yang mengartikan bahwa segala perintah Jesus Kristus sudah dituliskan dalam Alkitab. Dan Injil Yohanes pada Yoh 20:30 ada tertulis Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, dan Yoh 21:25Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu. Yang ingin saya katakan, bahwa selain yang telah tertulis di Alkitab, Katolik mempercayai juga Tradisi Suci yang dilakukan turun temurun. Jadi, Katolik BUKAN membangun sendiri konsepnya.



 Bagian ini sudah saya tanggapi di atas, termasuk juga dalam tanggapan saya pada Bro. Leo…

Bagi Anda terasa berbeda dari yang saya ungkapkan?  Nah, mungkin itu karena ‘ketidak-sadaran’ yang ‘mengental’ (mendarah-daging), begitu?

(Bersambung...)