Bisa jadi di felem memang begitu, Martin Luther dipecat (saya nggak nonton).
Namun demikian, saya pikir begini:
Martin Luther itu seorang biarawan, kan? Biarawan Agustinian? Di biara tempat dia tinggal, ada aturan biara, kan?
Artinya, karena dia memang hidup di biara, sedikit agak terisolir daripada awam. Ketika dia mempunyai pikiran yaitu 95-tesis yang sebutlah sebagai protes yang diajukan kepada pihak Gereja, ternyata Gereja tidak menanggapi, dan meminta agar Martin Luther menarik pernyatan-pernyataan ato protes ato tesis tersebut. Karena Martin Luther merasa protes ato tesisnya itu diinspirasi oleh Roh Kudus, nilai kebenarannya lebih tinggi daripada nilai kebenaran Gereja yang dikelola oleh Paus, maka Martin Luther tidak bergeming. Dia tidak bersedia menarik tesis-tesis itu, malahan memakukannya di gedung gereja, sehingga banyak orang dapat melihat dan membacanya.
Karena ketidakmauan Martin Luther patuh, dalam hal ini ialah Martin Luther tidak bersedia manarik pikirannya yang dikemas dalam bentuk tesis itu, maka Gereja menggunakan haknya yaitu tidak menganggap Martin Luther. Jadi, Martin Luther sendiri yang membuat dia tidak dianggap. Pihak Gereja masih memberi kesempatan kepadanya, yaitu bila dia bersedia menarik tesis ato protesnya itu, dia tetap sebagai biarawan, meskipun pelayanannya mungkin tidak lagi berhubungan dengan pihak luar biara. Namun, kesempatan itu tidak digunakannya.
Konsekuensi dari ketidakbersediaan Martin Luther menarik protes ato tesisnya itu, maka Gereja menganggap Martin Luther tidak ada, karena tidak bersedia mematuhi aturan biara. Apapun yang diperbuat oleh Martin Luther tidak ada lagi kaitannya dengan Gereja. Martin Luther tidak diajak lagi berkomunikasi. Maka, dia memisahkan diri dari biara yang atas nama Gereja.
Tentu saja Martin Luther mempunyai pengikut, yaitu mereka yang menerima garis besar pikirannya yang dituangkan dalam 95-tesis tersebut. Maka lahirlah kumpulan baru yang mau tidak mau, suka tidak suka, seolah-olah menjadi pesaing Gereja. Kumpulan yang eksis sejak ragawi Jesus Kristus masih bersama muridNya, yang dijanjikan disertai oleh Jesus Kristus sampai kepada akhir zaman, seolah-olah mendapat pesaing, yang 'merasa' (baca: percaya) diterangi oleh Roh Kudus, menjala manusia untuk menjadi murid Kristus.
Pemisahan (munculnya kumpulan) itu menjadikan adanya dua kawanan. Kawanan baru bentukan Martin Luther itu mencari-cari pembenar dari ayat-ayat Alkitab, maka ditemukanlah ayat-ayat yang bila diterjemahkan parsial, seolah-olah merestui terjadinya perpecahan. Padahal, Tuhan Jesus Kristus hanya mendirikan satu jemaat, bukan jemaat-jemaat. Bahkan Jesus Kristus bilang bahwa Dia harus menuntun domba lain yang tidak dari kandang (jemaat) itu, untuk menjadikannya sebagai satu kawanan dan satu gembala.
Damai, damai, damai.