TRADISI SUCI, BUKAN ESTAFET PENGAJARAN (TRANSMISSION)Tradisi Suci diteruskan / disampaikan kepada umat melalui estafet pengajaran, mula2 pengajaran dari Allah kepada para rasul dan penerus2nya, dan disampaikan kepada umat. Tapi pengajaran ini tidak menjadi Tradisi Suci itu sendiri.
Mari kita lihat analogi sederhana ini:
Ibarat listrik yg keluar dari generator diesel, disalurkan melalui kabel2, atau ditampung di baterai2 untuk kemudian disalurkan lagi.
Analoginya adalah:
- Generator diesel adalah ibarat Allah yang berkarya / mengeluarkan Tradisi Suci.
- Listrik adalah ibarat Tradisi Suci.
- Kabel adalah ibarat pengajaran lisan, utk menghantarkan listrik (i.e. Tradisi Suci) kepada umat secara langsung.
- Baterai2 adalah ibarat tulisan2 (pengajaran tertulis) yg menyimpan Tradisi Suci. Dari sekian banyaknya baterai2 yg menyimpan Tradisi Suci itu, hanya ada jumlah terbatas yg murni menyimpan Tradisi Suci, tidak bocor atau tercemar/korup oleh energy2 lain.
Baterai2 yg murni yg telah dikenal oleh Gereja diibaratkan sebagai Kitab Suci.
Listrik itu ada dan listrik itu infalible (tidak dapat rusak) namun tidak dapat diungkapkan dengan wujud nyata, sedangkan containernya yg tidak infalible (dapat rusak) itulah yg dapat kita lihat wujud nyatanya. Analogi yg sama, listrik adalah ibarat Tradisi Suci, dan kabel & baterai adalah ibarat ajaran2 lisan dan tulisan utk menyampaikan Tradisi Suci itu. Baterai2 yg infalible, diidentifikasi oleh Gereja dan dikumpulkan dalam satu daftar kanon, diibaratkan sebagai Kitab Suci.
Tradisi Suci bukanlah ajaran lisanBanyak orang salah memahami Tradisi Suci sebagai ajaran lisan.
Tradisi Suci bukanlah ajaran2 yg dapat diungkapkan dengan kata2 lisan, karena kata2 itu pada akhirnya dapat dituliskan. Tradisi Suci adalah infalible, jika Tradisi Suci dapat diungkapkan dengan kata2 dan dituliskan, maka tulisan itu akan infalible juga, dan konsekuensi logisnya kita akan memiliki 2 Kitab Suci. Pada kenyataannya, tidak pernah ada Kitab Suci kedua selain yg ditetapkan oleh Gereja (46 PL dan 27 PB), dan tidak akan pernah ada tulisan2 infalible yg dapat menuliskan Tradisi Suci ini.
Tradisi Suci itu ada, tapi bukan berupa ajaran2 lisan.
Jika Tradisi Suci ada dalam rupa ajaran2 lisan, tentunya ajaran2 tersebut dapat dihapalkan dan direkam. Sedangknya kenyataannya, para rasul tidak pernah mengajarkan penerus2nya utk menghapalkan Tradisi Suci itu.
Paulus menuliskan surat2nya berdasarkan Tradisi Suci. Jika Tradisi Suci adalah ajaran lisan, bukankah ini berarti surat2 Paulus itu dahulunya dihapalkan dan diedarkan dalam wujud hapalan dan tidak dituliskan dalam surat2nya?
Injil dituliskan berdasarkan Tradisi Suci. Jika Tradisi Suci adalah ajaran lisan, bukankah injil itu dahulunya dihapalkan dan diedarkan dalam bentuk hapalan dari mulut ke mulut sebelum dituliskan oleh Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes?
Jawaban dari pertanyaan itu adalah: TIDAK.
Para penulis Kitab Suci Perjanjian Baru menuliskan kitab2 itu dengan mengacu pada berbagai sumber, baik tertulis maupun lisan. Kisah2 yg beredar di kalangan Gereja mula2 tentang karya keselamatan yang dilakukan oleh Allah, terutama yg digenapi oleh Yesus Sang Allah yg berinkarnasi, bukanlah Tradisi Suci itu. Kisah2 dan tulisan2 ini tentu saja tidak infalible. Tapi pengungkapan dalam bentuk kata2 ini adalah bentuk penyaluran utk meneruskan Tradisi Suci. Banyak kisah2 yg dituliskan ini merupakan karya tulisan manusia, yg kita kenal sebagai kitab apokripa.
Tulisan2 yg tidak infalible ini adalah bukti bahwa kisah2 dan ajaran2 lisan itu bukanlah Tradisi Suci.Namun demikian, Tradisi Suci tidak pernah hilang atau musnah, meskipun berabad2 telah berlalu. Tradisi Suci adalah karya keselamatan yg dilakukan oleh Allah di sepanjang sejarah keselamatan, yg mengarahkan pada kekudusan dan menumbuhkan iman. Tradisi Suci bukanlah ajaran lisan yg diteruskan oleh KRISTUS kepada para rasul dan penerus2 para rasul. Tapi Tradisi Suci diteruskan dalam berbagai cara, termasuk dalam pengajaran lisan dan tulisan2 yg tidak infalible.
Tradisi Suci bukanlah tulisan2 dan ajaran2 Bapa2 GerejaBanyak orang salah memahami Tradisi Suci sebagai tulisan bapa2 dan doktor2 gereja, ataupun tulisan2 para santo/santa. Tulisan2 ini adalah tidak infalible, sedangkan Tradisi Suci adalah infalible. Jadi tulisan2 tersebut bukanlah Tradisi Suci itu, melainkan hanya merupakan salah satu cara untuk meneruskan Tradisi Suci.
Banyak orang mengira bahwa Tradisi Suci adalah ajaran lisan yg disampai oleh Yesus kepada para rasul, dan oleh para rasul diteruskan kepada penerus2 mereka, dan pada akhirnya dituliskan oleh para bapa gereja. Padahal, seperti yg sudah dituliskan di atas, Tradisi Suci tidak dapat diteruskan secara lisan dan kemudian dituliskan, karena Tradisi Suci bukanlah Kitab Suci kedua, ataupun kitab2 infalible lainnya.
Bahkan ajaran2 para rasul tidak pernah menjadi Tradisi Suci itu sendiri, tapi hanya merupakan salah satu cara untuk meneruskan Tradisi Suci itu. Kitab didache adalah contohnya. Kitab ini dituliskan oleh para rasul generasi pertama dan mencerminkan secara akurat ajaran kedua belas rasul, tapi tulisan ini adalah tidak infalible, sehingga tulisan ini tidak menjadi Tradisi Suci itu sendiri. Atau jika ajaran2 para rasul di tempat2 ibadah, seperti yg dikisahkan dalam Kisah Para Rasul, dituliskan kata per kata, tulisan itu tidak akan pernah menjadi Tradisi Suci.
Ajaran2 tersebut, hanyalah merupakan salah satu cara untuk meneruskan Tradisi Suci.