No objection to what you've described above.
Pertanyaanku selanjutnya, apakah Anda bisa menerima logika kami bahwa utk menerima sesuatu yg rohani itu, maka jasmani kita tetap terlibat dalam aktivitas utk memperoleh sesuatu yg rohani itu?
Bisa ya bisa juga tidak...
Iman memang bisa timbul dari pendengaran akan firman Tuhan. Tapi bukan berarti orang yg tuli maka dia tidak akan bisa memiliki iman.
Percaya memang bisa timbul karena kita melihat, tetapi firman Tuhan berkata berbahagialah orang yg tidak melihat namun percaya juga.
Jika Anda bisa memahami logika kami, bahwa utk memakan makanan rohani (firman Tuhan dalam KS) tetap diperlukan aktivitas jasmani, maka dgn logika yg sama itu pula maka Roti dan Anggur, yg sejatinya adalah makanan rohani tetapi memiliki wujud fisik, akan melibatkan aktivitas jasmani juga (tangan menerima, mulut mengunyah, lambung mencerna) ketika rohani kita hendak menyantap makanan rohani tersebut.
Bagaimana dgn orang2 yg (maaf) tidak memiliki kemampuan jasmani ? Tidak memiliki tangan, mulut misalnya ? Apakah keterbatasan jasmani mereka akan menyebabkan mereka tidak dapat menyantap yg rohani ? Apakah rohani mereka harus tergantung pada jasmani mereka ?
Demikian pula ketika jasmani menyantap, belum tentu rohaninya ikut mencerna jg.
1 Kor 11:29
Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.
Jasmaninya menyantap, tapi rohaninya kosong.
So IMO tetap ada perbedaan dimensinya bro...
Salam.