Baik, saya tidak akan memakai sudut pandang Allah.. saya mau memakai sudut pandang pribadi Siip dgn analogi yang mirip cerita diatas..
misal :
Siip mempunyai seorang anak yang duduk dibangku TK, suatu ketika di kelas Ibu Guru TK menyuruh murid2nya menggambar bebas diatas secarik kertas..
si anak menggambar Ayahnya (i.e. siip), setelah selesai Ibu Guru melihat hasil gambar itu walaupun acak2kan tetapi masih oke lah..
Ibu Guru : "Nak siapa itu yang kamu gambar..?"
Anak : "Ini ayahku"
Ibu Guru : "kenapa kamu menggambar ayahmu..?"
Anak : "karena aku dekat dgn Ayahku dan sayang pada Ayahku.." (sambil mencium gambar itu..)
Si Ayah bukannya tidak tau akan hal yang dilakukan si anak, si Ayah menonton gerak gerik si anak dari CCTV dirumah.
=====
Bagaimana sudut pandang Bro siip akan analogi diatas (ini menurut pandangan manusia)..??
jika anda bertanya kepada saya maka saya akan menjawab, Jika saya menjadi ayah dari anak tersebut maka :
- "saya akan marah jika, si anak TIDAK PERNAH mencium saya dirumah tetapi HANYA mencium gambar saya"
- "Saya akan marah kepada anak saya jika, si anak tidak pernah memegang tangan saya tetapi HANYA memengang gambaran saya"
Salam
Iya, saya akan merasa lucu dan gemes kl dia masih
anak-anak.
Kl dia udh sharusnya akil balik dan masih bgitu, saya akan mrasa aneh.
Kl dia udh sharusnya btumbuh mnuju kdewasaan dan masih juga bgitu, maka saya akan mrasa sedih.
Andaikan saya brikan dia pjelasan tp dia masih jg bgitu (ngeyel), maka saya akan marah.
Itulah maksud saya Bro Ignas dg 'jerat'.
Apakah Anda tau ada orang-orang yg mrasa doanya ga 'nyampe' kl ga langsung ktemu sama patung, pdhl orang-orang ini sudah btahun-tahun ikut Tuhan?
Makanya saya tulis :
Patung itu netral, tp kl tidak hati-hati, patung bisa jadi jerat.
Jd skali lagi, bagi saya masalah bukan di patung.
Masalah akan timbul jika iman orang tidak dibuat 'mandiri thd patung' seiring berjalannya waktu (skalipun di tempat itu ada patungnya).