Ya bukan buat main gagah2an jg bro....atau buat menuduh siapa benar/salah.
Tapi tentu saja pola pikir dan interpreatasi yg kita miliki itu terbentuk atas apa yg kita terima dari ajaran Gereja kita masing2.
Misalnya sbg cth, ttg ajaran Infabilitas Paus. Itu akan sulit sekali utk bisa saya terima. Nah, anda akan bisa "memaklumi" saya, ketika bro mengetahui bahwa saya berasal dari latar blkg karismatik yg memang sudah diajar sprti demikian, sehingga mempunyai pola pikir demikian.
Kalo saya tidak tahu latar belakang anda, maka saya akan nge-blank utk memahami cara berpikir anda. Ajaran protestan anda tentang..., tp ajaran katolik juga anda gak sepakat...
Nah pusing saya....
Begitu bro maksud saya.
ya.. bisa begitu juga bro..
tapi tidak selalu demikian case-nya lho...
misal ttg infalibilitas paus, saya (pribadi lho..) menganggap hal itu sebagai suatu Strategi Organisatoris yang acceptable kok...
- bro bayangkan jadi leader organisasi yg membernya miliaran orang
- kalo dengan demokrasi liberal penuh.. waduh.. bisa mati berdiri tuh paus.. ehehe...
- tentu itu dia perlukan sebagai aparatus untuk lebih efisien mengelola administrasi & birokrasi institusi-nya..
- tentu karena ini organisasi agama & "core business" nya adalah urusan spiritual --> maka kalo di pake istilah HAK VETO kan kurang pas, emangnya PBB? ehehe... tapi kan prinsipnya kurang lebih ya gitu..
- Jelas pula, Kaliber Organisasi Khatolik Roma jelas amat beda jauh dengan organisasi sejenis yg member-nya paling pol ratusan ribu, puluhan ribu, bahkan ada yg cuma ratusan orang... cara pengelolaan organisasi-nya jelas amat jauh beda & caranya toh mas..
itu aja yg cuma ratusan orang.. eh.. dikit-dikit pecah lagi, karena memang jiwa wirausaha itu bagus juga sih.. ehehe...
- Saya juga bisa "maklum" dan merasa bahwa POINT Infalibilitas ini tentu merupakan ISU yang SEKSI dan memang tepat secara marketing untuk dipakai dalam proses akuisisi customer lho...
- Lagian, gejala kesulitan mengelola kepatuhan member itu juga sudah menggejala pada "infalibilitas Pendeta / Gembala" lho..
which is OK for me, karena itu kan TRIK ORGANISASI.. ya memang kalo udah banyak member-nya pasti makin sulit kok...
Sehingga, ketika Si Pendeta / Gembala dengan lantang bilang: SEPERTI INI LAH (versi-nya dia) ADALAH FIRMAN Tuhan SESUNGGUHNYA dan ASLI dan MURNI, yang artinya: "Yang tidak setuju dengan saya silakan OUT"..
yah.. ini kan juga bentuk "infalibilitas" juga... yg sekali lagi, menurut saya: WAJAR dan AMAT MANUSIAWI kok bro...
Kalao mau lebih fundamental lagi:
misal: konsep Adam & Hawa..
saya meyakini konsep itu sebagai SUATU SIMBOL dari the Origin of CIVILISATION..
dan BUKAN sebagai HOMO SAPIENS yg PERTAMA beneran... ehehehe...
tentu TIDAK ADA SATUPUN GEREJA / PEMIMPIN AGAMA yang BERKOTBAH seperti itu di gereja-nya, karena bro bisa bayangkan RESIKO MIS-INTERPRETASI-nya akibat HETEROGENITAS latar belakang audiens-nya...
waduh.. bisa Chaos tuh organisasi..
tapi tidak sedikit lho para rohaniwan dan pemuka agama yg memiliki pendapat demikian...
hanya memang TUNTUTAN ORGANISASI dan TUJUAN yang LEBIH BESAR-lah yang mengharuskan mereka berkotbah demikian...
which is sangat UNDERSTANDABLE dan sangat MANUSIAWI kok, imho....
apakah lantas KITA-KITA sebagai DOMBA ini dianggap MURTAD kalau memiliki hasil INTERPRETASI yang berbeda dengan yang didengar pada saat Kotbah?
wah.. itu silakan PENILAIAN masing-masing, dan hal tsb adalah PENILAIAN oleh MANUSIA satu kpd MANUSIA LAIN lho.. bro.. BUKAN OLEH Tuhan... ehehe....