Mmm.. kayaknya masih sama sih, mas. Ada bedanya, kah?
Justru saya ingin memastikan pemaknaan saya sehingga saya konfirmasi. Dan puji Tuhan, ternyata pemaknaan saya sama seperti yang Budi maksudkan.
IMO, dibuatkan saja wadah/forumnya dengan jelas menurut enam kemungkinan yg saya gambarkan di atas. Dan.... yg paling laris kayaknya yang nomer enam... and I blame the schools.
Mengingat pokok bahasan keenam topik usulan Budi itu, kelihatannya berdekatan, kan? Saya pikir, mengingat pengalaman selama ini, dimana bahkan topik yang berjauhan pun sering dicampur aduk, apalagi topik yang berdekatan? Jika diskusi ini di bukan di dunia maya, saya pikir bisa saja mengelompokkan topik seperti usulan Budi. Namun karena diskusi ini di dunia maya, saya kira akan sangat sulit. Tapi, tidak ada salahnya dicoba. Semoga ada sukarelawan.
Nah, kalo pikiran saya atas keenam usulan yang Budi sampaikan sebelumnya, yaitu:
Dalam topik thread ini "Sola Scriptura lagi...", wacana yg bagaimana yg mau diangkat? Saya lihat ada enam kemungkinan:
1. Bahwa Sola Scriptura itu salah --> bersifat evaluatif sehingga (seharusnya) dibawakan oleh orang katholik saja.
Yup, sepanjang pengetahuan saya, pikiran Budi itu benar. Namun, kalau ditelisik lebih jauh, akan diketahui bahwa
Member Katolik ingin menyampaikan Sola Scriptura itu salah tidak lain karena ingin membela diri, dimana pihak penganut
Sola Scriptura mempersalahkan Katolik yang mengimani
Scriptura, Magisterium, dan Tradisi Suci (Gereja).
Maka, menurut saya, dalam hal seperti itu, mengarahkan
member Katolik akhirnya ingin menunjukkan bahwa
Sola Scriptura itu salah. Maka dia (
member Katolik) itu mengambil sikap sebagai evaluator atas
Sola Scriptura. Secara umum saya katakan bahwa saya sepakat dengan pengelompokan 1 Budi di atas.
2. Bahwa Sola Scriptura itu benar --> bersifat evaluatif sehingga (seharusnya) dibawakan oleh orang protestan saja
Dengan pengelompokan 2 ini juga saya sepakat. Selayaknyalah penganut
Sola Scriptura mengatakan bahwa anutannya benar. Saya kira, sepanjang tidak mempersalahkan siapa-siapa, itu akan berlangsung dengan baik-baik saja. Tetapi, kalau ingin mempersalahkan pihak lain (d.h.i. penganut
Non Sola Scriptura) dalam rangka menonjolkan "kebenaran" versi anutannya, tentu saja akan mendapat reaksi dari pihak yang dipersalahkan.
Khusus dalam
Sola Scriptura ini, menurut saya, kawan-kawan penganut
Sola Scriptura agak aneh. Dalam kata-kata, mereka 'mengharamkan'
Magisterium dan Tradisi Suci (Gereja), tetapi mereka sendiri mempraktikkan adanya
Magisterium dengan nama berbeda, dan juga mempraktikkan tradisinya [sebagai nama lain dari Tradisi Suci (Gereja)]. Jadi, yaaahh...
Seperti meludah ke langit, kena ke muka sendiri.3. Apa itu Sola Scriptura? --> bersifat deskriptif sehingga (seharusnya) dibawakan oleh orang protestan saja.
Ini juga, saya kira paralel dengan pengelompokan 2 di atas, saya sepakat kalau dilakukan oleh Protestan. Sebab, yang memulai menggunakan istilah
Sola Scriptura dengan
sola-sola lainnya, adalah Protestan. Dan itu bisa berlangsung damai, sepanjang tidak mempersalahkan siapa-siapa.
Pengelompokan 1, 2, dan 3 di atas, saya duga, Budi (selaku orang yang menyatakan diri sering beribadat di Katolik, Protestan, Karismatik) dapat merasakannya. Saya duga, hal tersebut akan cepat terasa dari khotbah. Dari sekian kali Budi mengikuti ibadat Katolik, Protestan, dan Karismatik, saya duga, seharusnya Budi dapat menangkap
pihak mana yang mempersalahkan pihak mana. Sementara, walaupun kebenaran sejarah mengenai sesuatu, Budi artikan sangat subyektif, namun kurun waktu eksistensinya bisa Budi sepakati bahwa Katolik yang pertama, kemudian Protestan, kemudian Karismatik. Yang pasti, kayaknya Budi menerima, antara Katolik, Protestan, dan Karismatik, yang paling pertama eksis adalah Katolik.
4. Saya mau membuat orang katholik jelek --> bersifat offensif, sehingga sudah bukan ttg Sola Scriptura.
Selaku pihak yang memprotes, secara psikologis, sikap seperti itu adalah konsekuensi untuk membenarkan protesnya.
5. Saya mau membuat orang protestan jelek --> bersifat ofensif, sehingga sudah bukan ttg Sola Scriptura
Tidak dipungkiri, satu atau dua (bahkan mungkin termasuk saya)
member Katolik bersikap seperti itu. Namun kalau diperhatikan kecenderungannya, umumnya Katolik tidak ingin mengumbar kejelakan pihak lain, kecuali kalau sudah 'tersulut'.
6. Mari kita saling menjelekkan satu sama lain --> bersifat...gak tau deh istilahnya, kalo nggak salah (seharusnya) sudah bukan diskusi Kristen
Kalau Budi ingin memulai, silahkan saja. Kalau saya nanti 'tersulut', saya akan ikut serta.
Damai, damai, damai.