Berdasarkan diskusi saya dengan onde di thread SOLA FIDE, ada perbedaan pengertian antara saya dgn onde.
Onde :
Iman ada manualnya (melakukan perbuatan baik = manual)
Iman tidak bisa terlepas (terkait) dgn perbuatan2 baik.
Iman tidak berdiri sendiri dgn perbuatan2 baik.
odading :
Iman tidak ada manualnya
Iman bisa terlepas (tidak terkait) dgn perbuatan2 baik.
Iman berdiri sendiri, perbuatan2 baik berdiri sendiri.
Tapi saya sendiri disini juga lagi belajar, jadi versi odading diatas bukan sedang bermaksud menyatakan
"ini loh yang bener ..." .
Iman tidak ada manualnyaAda seorang murid Yesus yg jalan diatas aer tapi terus kecebur karena angin kenceng - dan Yesus bilang ke murid tsb :
O you of little faith, why did you doubt?Pertanyaannya :
Apakah SETELAH murid tsb begitu banyak melakukan perbuatan2 baik (manual) akan sertamerta artinya dia pasti gak akan kecebur ? --- Dengan kata lain : gara2 telah banyak melakukan perbuatan2 baik (manual) - maka otomatis Iman dia bertumbuh shg nggak Yesus sebut lagi
"little faith" ?
IMO, jawabannya : tidak
.
"why did you doubt ?" disitulah faktor yg berkaitan dgn iman si murid.
Iman sebiji sesawi bisa "memindahkan gunung". Kontras dgn ayat ttg murid kecebur, disini malah kata Yesus
"little faith" (sebiji sesawi) pun bisa memindahkan gunung.
("memindahkan gunung" tak istilahin mewujudkan apa yang tampaknya mustahil).Ke-kontras-an ini biarlah nanti di analisa di lain kesempatan ... namun pernyataan yang ingin saya ajukan adalah : SEKALIPUN sso itu BARU menjadi OP Yesus, belum banyak melakukan (menjalankan manual) perbuatan2 baik namun apabila dia beriman "sebiji sesawi" maka dia bisa mewujudkan apa yang tampaknya mustahil.
Dari situ kesimpulan saya,
FAITH memang ada "kwalitas"nya namun perbuatan2 baik bukan manual utk menjadikan Iman yang berkwalitas
(bertumbuh, tidak mati, tidak palsu, dlsb).Saya akui,
perbuatan2 baik adalah tuntutan manusia dalam menunjukan FAITH tsb benar - baik karena tuntutan secara lingkungan (faktor eksternal) ataupun tuntutan yang datang dari dirsen (faktor internal)... namun (imo) ukuran FAITH itu sendiri bukan berasal dari banyak/sedikit perbuatan baik (menjalankan manual)
dengan kata lain :
sso yg tidak pernah atopun jarang berbuat baik ---> itu dikarenakan kwalitasnya FAITHnya nggak OK (mati/tidak bertumbuh) ataupun akan menyebabkan Imannya mati ---viceversa--- sso yg sering/selalu berbuat baik ---> itu dikarenakan kwalitas FAITH-nya OK (bertumbuh) ataupun akan menjadikan/menyebabkan Imannya bertumbuh.
Saya tidak mengertikannya seperti di alinea ini
.
Dilain sisi,
makin sso dorongan hatinya menyatakan utk berbelas kasih
---sebelum perbuatan2 baik itu terwujud pada aksinya--- (imo) disini bisa dikatakan Iman ybs itu sedang bertumbuh.
Iman bisa terlepas (tidak terkait) dgn perbuatan2 baik.IMO, Iman lebih menyangkut apa apa yang gak keliatan, misal : niat/gak niat, nyadar/tidak nyadar, ragu/tidak ragu, takut/tidak takut, harap/tidak berharap, memohon, dorongan hati... pokok semua yang ada didalam hati
.
pov dunia (manusia) selalu menuntut hal2 nyata.
Saya asumsikan "kondisi" FAITH itu ibarat = LOVE.
Sso bisa begitu besar dan sangat mencintai istri/anaknya, namun perbuatan2nya (dari pov
istrinya, anaknya, orang lain) sangat bertentangan dgn apa yg diharapkan/dituntut ungu.
Akan panjang kalo saya jabarkan, namun kalo ada yang sempet nonton film "sanctum" ... begitulah kira2 maksudnya
.
Di film tsb : berbahagialah si anak, karena dia masih mempunyai kesempatan utk akhirnya mengetahui betapa bapaknya mencintai dia sejak semula - dimana dari pov si anak selama ini segala perbuatan2 si bapak tidak memenuhi tuntutan si anak sehingga si anak berasumsi cinta si bapak cinta yg kecil, siasia, palsu, telah mati atopun tidak bertumbuh.
Iman berdiri sendiri, perbuatan2 baik berdiri sendiri.Allahpun menuntut perbuatan2.
Namun Allah bukan seperti si anak, si istri atopun orang lain yg didalam film tsb. Dalam pengertian saya, Allah tau kesanggupan berbuat tiap2 individu seperti apa oleh karena itu yg Dia justify adalah faith-nya.
Apabila Allah tidak pernah tau ataupun tidak mau tau kesanggupan berbuat tiap2 individu seperti apa, maka ini jadi menuntun ke kesimpulan : cara Allah menilai Iman sso itu idem dgn cara si anak menilai Cinta bapaknya dalam memenuhi tuntutan2 si anak melalui apa yg semestinya bapak perbuat di film tsb. Dari sini, dengan demikian statement perbuatan2 baik adalah manual Faith (Faith ada manualnya) menjadi benar.
Begitu onde maksud pengertian saya.
salam.