Ond32,
Terminologi "Raja" itu sebenarnya sama, yaitu "Pemimpin". Jika seperti yang Ond32 contohkan itu, karena seorang lelaki marga A mengawini perempuan marga B, maka marga A menyebut kaum lelaki marga B sebagai raja, itu karena perempuan marga B yang dikawininya itu adalah 'orang yang dipimpin di marga B'. Jadi, lelaki yang marga A tadi, begitu dia mengikatkan diri kepada perempuan marga B yang dipimpin lelaki marga B, maka dia (lelaki marga A dan rombongannya) harus 'menghamba' kepada lelaki marga B.
Demikian juga sebaliknya, kalo terjadi dari percabangan generasi yang sudah jauh (3 generasi misalnya), ada lelaki dari marga B mengawini perempuan dari marga A, maka pada upacara adatnya, lelaki marga B dan rombongannya harus 'menghamba' kepada lelaki marga A, karena si lelaki marga B tadi menyatukan diri ke perempuan marga A 'yang dipimpin lelaki marga A'.
Maka pada acara adat Batak, pada pemanggilan 'gerombolan-gerombolan' (rombongan-rombongan), misalnya dipanggilkan
Raja ni Pamoruon dohot odoranna (Pimpinan Boru dengan rombongannya),
Raja ni dongan sahuta dohot odoranna (Pimpinan lingkungan dengan rombongannya),
Raja Naginokkon dohot odoranna (Pimpinan yang diundang dengan rombongannya), dll. Jadi, terminologi "Raja" tetap sama yaitu pemimpin. Jika yang sepantasnya didaulat sebagai raja (pimpinan) suatu rombongan berhalangan, secara otomatis pimpinan diambil alih oleh yang urutan berikutnya, atau atas kesepakatan.
Kepantasan dilihat dari urutan senioritas berdasarkan kelahiran dari generasi sebelumnya. Jadi, kalau misalnya ada 3 lelaki bersaudara, katakanlah P, Q, dan R. Karena P agak terlambat mendapat anak laki-laki maka keturunan mereka misalnya P1, P2, P3, Q1, Q2, Q3, R1, R2, dan R3, dan Q1 lebih tua daripada P1. Pada upacara adat generasi anak-anak P, Q, dan R, yang menjadi raja (pimpinan) adalah P1, meskipun dia lebih muda dari Q1.
Tentang makan kepala ikan, saya belum punya referensi.
Tentang merokok, saya pernah melihat gambar Einstein sedang merokok.
Tentang suka pamer di depan khalayak, yahhh... ini salah satu 'penyakit' yang sudah 'menahun' hingga susah diberantas. Tapi, apakah tidak mungkin, karena kelainan-kelainan (perbedaan-perbedaan) itu maka si Batak ini terkucil dari kumpulan leluhurnya sampai dinyatakan 'hilang'?