Saya suka ama jawaban budi, karena kayaknya "masuk" ama yang saya pendapati dan nggak tau juga apakah juga "masuk ama" yg budi pendapati . Mesti nunggu dulu jawaban dari budi "tujuan awal"nya.... kalo di saya, (imo) tujuan awal ya idem tujuan akhir.
Ya kalo di saya sama juga (tujuan awal = tujuan akhir --> manusia yg sesuai imageNya).
Nah, sekarang kita ke flowchart nyok
Kira kira saya nangkep fc-nya budi .
Pada kata "manusia" ini maksudnya secara global kan yah ? bukan per individu. Please CMIIW.
Ya, manusia secara global. Saya aja ganti pakai "Manusia" (huruf M kapital). Tapi, secara global bukan berarti kumpulan individu. Secara global yg saya maksud ya mahluk yg namanya Manusia. Mungkin lebih tepatnya "secara konseptual".
Cuma kok kenapa saya ngliatnya pada point-5 (TANPA ungu) itu simultan dengan point-4, yah ? (so, fase pertama dan fase kedua bukan 2 fase, melainkan simultan segera setelah penciptaan manusia pertama).
Bisa saja sih kalo mau digabungkan.Toh dua-duanya merupakan bagian dari satu proses yg sama --> menciptakan manusia sesuai dng imageNya. Di situ saya pisahin untuk menunjukan urutan (order) saja. Tentunya penebusan tidak di depan kejatuhan, kan?
Entah juga ya... kisah AdamHawa (imo) adalah sampel/contoh utk menunjukan bhw semua manusia itu = AdamHawa ---> yakni "mampu" berbuat dosa.
Sebenarnya saya juga berpikiran seperti itu. Makanya saya bilang di depan kalo peristiwa di Firdaus itu adalah "percepatan". Jadi, di pikiran saya "sample" itu ada unsur "percepatan"nya, atau "perpendekan"
(ringkasan cerita lah --> which is IMO cukup signifikan dengan gaya narasi kisah Taman Firdaus yg terkesan seperti cerpen, ketimbang novel atau roman atau biography)
Ya iyalah bold... tapi kan kenyataannya nggak bold .
Nah, justru itulah saya bilang bahwa modus tindakan Allah memberikan warning itu lebih semacam strategi atau taktik, ketimbang pengekspresian cinta. Allah bisa reveal completely, yet Allah tidak melakukannya atau menahannya --> menunjukan adanya motif/rencana.
IMO, It's all about ALL (termasuk biru dan ijo) ---> mankind in His image ... hehehe
Ya bisa juga sih dibilang gitu. Jadi, ada strategi/taktik Allah dan Kasih Allah.
Tapi, itu berarti kita sedang berbicara di level yg lebih "tinggi" (atau "luas"?). Maksud saya, ketika kita bicara ttg strategi/taktik Allah, maka konteks pembicaraan kita adalah "di kekekalan" atau dalam istilah bro oda "pov Allah". Manusia nggak tahu apa-apa dan nggak bisa bilang apa-apa secara pasti ttg hal ini. Nah, bila kita ingin memasukkan unsur Kasih di level ini, maka kita tidak membahas
pengekspresiannya karena
pengekspresian berada di konteks "di dalam waktu" atau dalam istilah bro oda "pov manusia".
Pembicaraan ttg Kasih Allah dalam konteks "kekekalan" berbeda dng pembicaraan ttg Kasih Allah dalam konteks "di dalam waktu". Misal, ayat "Karena begitu besar kasih Allah atas dunia ini...dst" adalah pembicaraan ttg Kasih Allah dalam konteks "di dalam waktu". Oleh sebab itu, ayat tsb ujung-ujungnya bicara ttg bagaimana pengekspresian Kasih yg begitu besar tsb ("...sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yg tunggal dst dst). Manusia bisa tahu dan berbicara ttg hal ini karena konteksnya memang "di dalam waktu" (pengekspresian).
Sementara itu, pembicaraan ttg Kasih Allah dalam konteks "kekekalan" bukanlah mengenai pengekspresiannya, melainkan mengenai natur-nya atau sifat-nya (alias ontological). Manusia nggak bisa bicara apa-apa ttg hal ini selain bilang "Allah itu Kasih" karena scope pengetahuan manusia ttg Kasih hanya berada dalam konteks "di dalam waktu" (pengekspresiannya).
(thus - OOT sebentar yah - kalo ada orang berargumen "Kalo Allah itu Kasih, kenapa Ia membiarkan bayi-bayi jadi korban perang? Pastilah Allah bukan Kasih!", IMO orang tsb telah melakukan kesalahan kategorial dalam proposisi argumennya)
Lah... budi sendiri kan sudah menyatakannya sebelonnya : LAW of Nature. So jawaban saya dari pertanyaan bold ... ya idem-lah ama budi ---> He breaks the LAW of Nature.
Memberi warning breaks the Law of Nature? Nggak ngerti saya...
Kan juga sudah saya tambahin, JJS di hari nan sejuk keteplak-keteplok langkah kakiNYA terdengar ---> mosok gak bisa/boleh saya katakan bhw itu breaks the LAW ?
JJS breaks the LAW? Which LAW? LAW of Nature? Nggak ngerti juga saya...
bold, boleh/bisa nggak saya simpulkan maksud budi adalah SETELAH Yesus menyelesaikan misiNYA maka terbuka kemungkinannya manusia untuk bisa jadi sesuai image-NYA ?
Kalo bicara soal "mungkin/nggak mungkin", ya sejak AdamHawa dciptakan pun sudah dalam status "mungkin" dong.
Lagipula, IMO, soal kemungkinan sebuah ciptaan utk jadi sesuai dng image penciptanya tidak berkaitan bagaimana kondisi ciptaan tsb, melainkan berkaitan dengan siapa penciptanya. Sederhananya, sebaik apapun kondisi "material" ciptaannya, kalo si penciptanya nggak mampu ya tetep aja ciptaan tsb jadi "produk gagal". Sebaliknya, seburuk apapun kondisi "material" ciptaannya, kalo si penciptanya hebat ya ciptaan yg buruk itu bisa jadi sebaik yg dikehendaki penciptanya.
Budi kayaknya mungkin belon nangkep yg saya maksudkan deh .
Begini bud,
LAW itu sudah ada di sistem rancanganNYA --- dan LAW itu memang tidak Dia reveal totally, makanya Dia memberikan "tool" Iman ke manusia. Namun bagaimanapun juga, Firman larangan/keharusan Dia berikan, itu adalah khusus menyangkut pada perihal : Kedaulatan, KeAdilan, Kasih, Keselamatan, dll --- yang itu semua simultan.
Hmm ya ya ya...saya nangkep maksud bro oda.
Dan, IMO terlihat jelas bahkan ditulisan bro oda yg biru bahwa itu adalah semacam strategi/taktik, ketimbang pengekspresian Kasih. Oleh sebab itu, di atas saya bilang
bahwa firman warning yg diberikan ke AdamHawa adalah teks tindakan strategis/taktis Allah, bukan teks ekspresi Kasih Allah.
T a p i, ini bukan berarti bahwa saya sedang mengatakan bahwa Kasih Allah kepada AdamHAwa belum ada atau belum full pada saat itu (atau Allah masih dalam kondisi menunggu AdamHawa jatuh).
Sekali lagi, kita perlu memperhatikan konteks. Uraian bro oda yg biru itu merupakan pembicaraan yg berada di wilayah konteks "kekekalan". Dan waktu saya bilang yg ijo, itupun merupakan pembicaraan dalam konteks "kekekalan". Nah, waktu bro oda bilang bahwa firman warning itu merupakan ekspresi Kasih Allah kepada AdamHawa, bro oda sedang melakukan pembicaraan di dalam konteks "dalam waktu" atau "pov manusia"
Singkat cerita, kesimpulannya: ide kita serupa
---- nyambung ke bawah ----