DILEMA
1. KALAU KESELAMATAN ADALAH PENAWARAN / PENYEDIAAN MENGAPA BERJUTA JUTA MANUSIA TIDAK PERNAH MENDAPAT KESEMPATAN MENERIMA PENAWARAN INI SELAMA HIDUPNYA SETELAH INKARNASI KRISTUS ?
Maksudnya?
Semoga tidak salah mengartikan pertanyaan Soli.
Saya pikir, begitu Tuhan Jesus Kristus berinkarnasi menjadi manusia, Dia mengikuti waktu dan ruang. Karena manusia sudah tersebar sampai ke ujung bumi, maka manusia yang menetap di ujung bumi tidak segera mendapat kesempatan mengetahui penawaran Jesus Kristus. Untuk menyampaikan
penawaran itulah maka kepada apostel-apostelNya diperintahkan untuk mengabarkan kabar sukacita sampai ke ujung bumi. Penawaran dimulai dari Nazareth, diteruskan sampai ke ujung bumi melalui pengajaran oleh apostel-apostel dan para penerusnya, yang mengajarkan kepada manusia,
segala sesuatu yang telah diajarkan Tuhan Jesus Kristus.
2. KALAU KESELAMATAN BERDASARKAN RESPON MANUSIA BAGAIMANA BERJUTA JUTA MANUSIA BISA MERESPON KALAU SELAMA HIDUPNYA TIDAK PERNAH MENDENGAR INJIL ?
Tuhan Jesus Kristus mengetahui siapa yang dengan tulus mencari kebenaran. Jadi, dimungkinkan seorang yang dengan tulus mencari kebenaran, tidak menyadari bahwa dirinya sedang dan sudah berada di
jalan, kebenaran, dan hidup. Bagi orang yang seperti itu, akan sampai kepada Bapa.
Tidak pernah ada ajaran Alkitab bahwa iman keselamatan merupakan penawaran atau penyediaan Allah melainkan merupakan pemberian Tuhan berdasarkan kasih karunianya kepada orang orang pilihan-Nya:
Efesus 2:8,9 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
Wadduh, muter lagi.
Keselamatan itu memang pemberian, tetapi untuk memelihara keselamatan itu, harus ada usaha. Pihak yang diberi keselamatan itu, merdeka untuk menerima atau menolak keselamatan yang diberikan itu. Bila orang itu menerima, maka dia harus memelihara keselamatan itu sampai kepada akhir zaman dimana dia saling bertatap muka dengan Tuhan. Kalau orang itu menolak keselamatan, maka dia tidak akan sampai kepada Bapa.
Roma 8:29,30 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.[/color]
Jika benar bahwa pengertian dari ayat kutipan Soli itu seperti itu, bahwa sudah ditentukan sejak semula siapa saja yang menjadi serupa dengan Tuhan Jesus Kristus, maka sia-sialah kedatangan Tuhan Jesus Kristus yang mengajak bertobat sambil memberikan contoh. Diikuti atau tidak contoh yang diberikan oleh Tuhan Jesus Kristus, bila sejak semula sudah ditentukan siapa saja yang menyerupai Jesus Kristus, penentuan itulah yang terjadi, dengan atau tanpa contoh. Menjadi aneh, ada contoh tetapi diikuti atau tidak, hasilnya sama saja. Demikiankah?
Semua orang telah berdosa di dalam Adam, dan patut menerima hukuman, yaitu kutuk Allah dan kematian yang kekal. Oleh karena itu, Allah tidak akan berbuat tidak adil terhadap siapapun, seandainya Dia telah memutuskan untuk membiarkan segenap umat manusia dalam dosa dan kutuk serta menghukumnya karena dosa, sesuai dengan perkataan Sang Rasul, 'Seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.' (Rom 3:19,23). Dan, 'Upah dosa ialah maut.'(Rom 6:23)
Tetapi sejak kekekalan Allah yang kasih sudah menentukan pilihan-Nya atas siapa yang akan selamat berdasarkan anugerah kasih karunia-Nya semata (unconditional).
Sama dengan di atas, bila sejak semula sudah ditentukan siapa saja yang memperoleh anugrah kasih karunia, maka percuma saja keatangan Tuhan Jesus Kristus mengajak dan memberi contoh kepada manusia. Diikuti ato tidak, diterima ato tidak, tidak merubah apa-apa, sebab sejak semula sudah ditentukan.
Pemaknaan yang aneh.
Kita tidak dapat menjadi sebab pertama dari proses keselamatan.
Apa artinya anugerah?
a. Tidak didapat karena layak.
b. Tidak didapat sebagai upah kerja.
c. Tidak didapat karena jasa apapun .
Terjadinya keselamatan itu, semata-mata karena penawaran dan pemberian. Apakah manusia mengambil dan menerima keselamatan itu, manusia merdeka. Jika sudah ditentukan sejak semula siapa saja yang selamat, menjadi percuma kedatangan Tuhan Jesus Kristus untuk mengajar, memberi contoh, dan menawarkan keselamatan.
Di hadapan Tuhan, kita tidak layak, tidak mengerjakan sesuatu yang patuh mendapatkan upah, tidak berjasa apa-apa. Jadi anugerah diberikan kepada seseorang, bukan karena dia baik, bukan karena dia melakukan sesuatu, juga bukan karena dia berjasa, melainkan karena kerelaan Dia yang memberi, dan cinta kasih yang dinyatakan pada orang yang menerimanya.
Pemahaman kita berbeda. Sampai batas tertentu, ada yang sama pemahaman kita, tetapi pada titik tertentu, kita berbeda. Betul, adalah kewenangan Allah untuk memberi keselamatan kepada siapa yang dikehendakiNya, tanpa dapat diintervensi oleh siapapun. Namun, pemahaman saya, Allah tidak lepas dari logika, dan Allah tidak dapat menyangkal diriNya. Jadi ketika Tuhan Jesus Kristus mengatakan "Ikutlah Aku," dan manusia mengikutNya, maka Tuhan Jesus Kristus tidak akan membuang orang itu. Sebaliknya, ketika Tuhan Jesus Kristus mengatakan, "Ikutlah Aku", tetapi manusia tidak mengikutNya, maka orang itu tidak akan dibuang oleh Jesus Kristus, melainkan orang itu sendiri yang membuang dirinya. Ketika Jesus Kristus mengatakan, "Ikutlah Aku," tetapi manusia malah menolak Jesus Kristus, maka orang itu akan ditolak. Semua itu, bukan karena sudah ditentukan sejak semula.
Meski telah dikaruniakan, tetapi manusia tidak dipaksa menerima Tuhan Jesus Kristus. Manusia masih dengan freewill-nya. Mau menerima dan mengikut Jesus Kristus, bebas merdeka. Mau menghindari Jesus Kristus, bebas merdeka. Masing-masing penggunaan freewill itu mempunyai konsekuensi, yang telah dipaparkan oleh Tuhan.
Seingat saya, ini adalah
posting dari saya.
Sejak kejatuhan Adam ke dalam dosa, maka manusia selalu condong kepada dosa dan tidak akan mau / bisa bertobat, kalau Allah tidak bekerja di dalam dirinya. Manusia itu mati secara rohani (Yoh 10:10 Ef 2:1-3) dan karena itulah maka ia tidak akan mau dan tidak akan bisa bertobat dari dirinya sendiri. Hanya kalau Allah bekerja dalam diri manusia, maka barulah manusia itu bisa percaya / bertobat (Kis 16:14 Yoh 6:44,65 Mat 16:17 1Kor 12:3).
Sama seperti keadaan manusia Adam setelah ia jatuh, demikian pula keadaan anak-anaknya; manusia yang rusak memperanakkan anak-anak yang rusak. Dengan cara ini menurut hukuman Allah yang adil kerusakan menjalar dari Adam kepada semua anak cucunya - kecuali Yesus - bukan karena peniruan, sebagaimana dulu telah dikatakan oleh kaum Pelagian, melainkan karena pembiakan kodrat yang rusak itu.
Oleh karena itu, semua orang dikandung dalam dosa dan murka Allah sudah berada pada mereka saat mereka lahir. Mereka tidak sanggup berbuat kebaikan apa pun demi keselamatannya, tetapi mereka cenderung pada kejahatan, mereka mati di tengah dosa, dan menjadi hamba dosa. Mereka tidak mau dan tidak sanggup kembali kepada Allah dan membenahi kodrat mereka yang bejat ataupun menyiapkan diri untuk pembenahannya, tanpa karunia Roh Kudus yang melahirkan kembali.
Boleh juga pikiran seperti itu dibandingkan dengan hidup dan kehidupan para nabi yang ada setelah zamannya Adam, tetapi sebelum kedatangan Tuhan Jesus Kristus.
Damai, damai, damai.