Jadi, para predestinationist pasti tahu siapa-siapa yg dipredestinasi? Masa sih?
Untuk pertanyaan diatas, imo jawabannya : ya bold
Tetapi (imo juga)pertanyaan yg pas-nya kayaknya adalah mungkin spt sbb :
para predestinationist mempunyai keyakinan ato nggak akan siapa-siapa yg dipredestinasi ? ---> Nah.. dari pertanyaan tsb kalo buat saya terasa "masuk"
. Karena kalo ngomong ttg PASTI tahu/tidak tahu, dibenak saya hal tsb ada di
absolut TAU ataupun
absolut tidakTAU .
Nah dari pertanyaan ijo, kalo saya maksa utk ngejawab, maka misalnya :
"saya cukup yakin, bhw rasul Paulus mempunyai keyakinan konco2nya yg juga rasul itu di predestinasikan selamat." (di awal kalimat, saya nggak menggunakan kalimat "saya tau" - melainkan "saya cukup yakin")Bukankah predestinasi itu memang hanya bisa ditinjau dari pov Allah?
IMO, dalam ranah absolutTAU, ya di pov Allah... dalam ranah "yakin", ini di pov dirsen ybs + antar anggota penjungjung tinggi konsep predestinasi
(Karena dalam salah satu unsur kunci dalam doktrin predestinasi adalah bahwa manusia tidak berdaulat atas keselamatan mereka sendiri)
saya rasa bagi yg berkonsep freewill juga bold kok bud
.
Kalau dipaksakan meninjau dari pov manusia, ya pastilah doktrin predestinasi itu "tidak manusiawi" (dan memang predestinasi bukan ttg manusia, kan?)
Aku gak ngerti atas pertanyaan bold, bud.
Kalo semisal saya jawab : Ya, bukan ttg manusia - melainkan ttg keyakinan seorang manusia/kelompok ... menurut budi bagaimana ?
Alasan sso menginjii adalah karena itu amanat Tuhan. Itu pekerjaan/tugas orang Kristen.
Dari pengertian saya, untuk sementara ini kayaknya ada dua - terlepas apakah itu orang Kristen ato kagak :
1. Amanat Tuhan2. Keinginan di hati ybsYang menjadi pertanyaan adalah :
A1. Amanat Tuhan itu adalah "hukum" ?
A2. ataukah panggilan hati si ybs (panggilan Tuhan dari pov ybs) ?
B1. "hukum" itu untuk semua umat Allah ?
B2. atokah ke orang2 tertentu dari semua umat Allah tsb ?
Kalo jawabannya Biru+A1+B1, maka menuntun ke kesimpulan : ada lumayan banyak orang2 umat Allah yg tidak menjalankan "hukum" tsb ---> tidak ada ungu (freewill, karena kelompok ini tidak menjadi penginjil)
Kalo jawabannya Biru+A1 simultan A2 simultan B2, maka menuntun ke kesimpulan : otomatis ungu = true, mereka menjadi penginjil (predestinasi).
Btw, saya bingung sama yg merah. Maksud saya, predestinasi itu kan bukan "interaksi antar manusia", melainkan interaksi antara Pencipta dan ciptaanNya.
Lalu, mengapa meninjaunya dalam konteks "interaksi antar manusia"?
Kalimat merah itu maksud saya adalah dalam pembicaraan kita ttg penginjilan, bud ... bukankah dalam penginjilan tsb ada interaksi antara si Penginjil dengan yang di injili ?
(maksud saya disini bukan "penginjil" yg berupa artikel2 di internet - dimana "yg di injili" adalah pembaca artikel di internet tsb loh ... melainkan misionaris ke pedalaman ).Ia akan logis bagi orang yg menganutnya, dan tidak logis bagi orang yg tidak menganutnya.
Agak bingung juga saya disini, bud.
IMO, yang menjadi nggak logis itu adalah
paparan/penjelasan ttg "cara kerja" Allah pada konsep predestinasi itu bud... yg ilustrasinya saya gambarkan di kisah "cara kerja" sang guru sekolah di post sebelumnya.
Saya sempet post penjelasan dari kakak saya
(dia berpedoman pada predestinasi) ttg "cara kerja" Allah - dan penjelasan kakak saya itu "masuk" ke logika saya, ketimbang
Allah TAU semua manusia masuk neraka - lalu memilih siapa2 aja yg diselamatkan, agar sebagian aja nanti yg masuk neraka.Dan kebetulan kakak saya itu kayaknya bukan orang yg "nunut" begitu aja sekalipun ajaran yang dia terima ya bunyinya kayak orange diatas
.
JAdi, kurang tepat bila menganggap bahwa doktrin predestinasi itu salah karena tidak logis. Sebab, standar logikanya sudah berbeda.
Nah itu... imo, apabila setiap para manusia itu disadari mempunyai standard logika yang berbeda beda, maka penjelasan "cara kerja" Allah warna orange pada konsep predestinasi itu, sebagian ada yang merasa pas - sebagian orang lagi ada yg merasa nggak pas ...
.
Btw, jawaban saya utk yg coklat: kalo orang tsb termasuk org yg dipredestinasikan Allah untuk selamat, ya pasti ia selamat, dan pasti ia telah mengenal injil [/color](sekarang saya pakai kata "mengenal" saja, ketimbang "mendengar", supaya pengertiannya tidak dibaca secara terbatas).
Nah.... sebelum saya bertanya, saya perlu tau dulu : dari pov budi, INJIL itu apa ? penjelasan/penjabarannya kayak begimana menurut budi ?
Kalo org tsb tidak termasuk yg dipredestinasikan Allah utnuk selamat, ya org tsb tidak selamat (entah dia telah mengenal injil atau tidak).
Nah itulah bud.... kalimat ijo
---secara dalam pemikiran saya--- cukup sampe ijo aja dan tidak memerlukan bold
.
Kalo misal mau pake bold, maka boldnya adalah :
A. pasti hidupnya seturut dgn kehendak Allah (predestinasi selamat)
B. pasti hidupnya tidak seturut dgn kehendak Allah (predestinasi utk tidak selamat).
Jawban saya itu hanya menjelaskan konsp predestinasi itu sendiri, bukan "mengukur" org tsb.
Mungkin disini karena saya salah penangkapan pada kalimat : "mengenal injil / mendengar dalam artian luas". Mungkin budi bisa tolong jelaskan apa maksud kata "INJIL" tsb ? dan apa maksud dari kalimat "mengenal Injil" ?
Pertanyaan saya: kenapa bisa menuntut ke arah pertanyaan "siapa"? Pola pikir apa (motif) yg beroperasi dibalik pertanyaan "siapa"? Apakah pola pikir ini ada dalam pikiran kaum predestinasi ketika mereka berpikir ttg predestinasi?
Bukan pola pikir kaum predestinasinya bud, namun pola pikir orang lainnya .... misalnya ya odading yg bertanya pada ilustrasi Andi, Beny, Cuplis dan Dina
.
Andi dan Dina akhirnya dibaptis masuk Kristen.
Pertanyaannya : apakah event pembaptisan itu sendiri juga "cara kerja" Allah dalam konsep predestinasi ? Jawabannya tentu kembali lagi : "tidak tahu", kan bud ?
.
Si calvin menyadari bahwa orang bisa memakai pola pikir2 lain yg menuntun pada spekulasi2 tertentu, dan ia melihat bahwa hal ini salah.
- Yang bertanya itu salah karena mengajukan sebuah pertanyaan yg seyogyanya tidak bisa ditanyakan ?
- ataukah yg bertanya itu salah karena mengajukan pertanyaan yang salah ?
Jadi, apakah doktrin predestinasi menuntun kepada pertanyaan "siapa"? Tidak.
Yaa.... saya sependapat kok. Yang saya maksudkan adalah pihak orang lain bisa jadi tertuntun utk mengajukan pertanyaan - sekalipun konsep predestinasi itu sendiri memang bukan tentang pencanangan ttg "siapa" / "kelompok mana"
.
Apakah bisa dipaksakan untuk menuntun ke arah situ? Bisa, tapi itu berarti sudah bukan membahas doktrin predestinasi lagi.
Yang bertanya itu kan tentu dalam kategori orang2 yg memang tidak/belum mengerti ttg konsep itu sendiri, jadi kan ya nggak bisa dikatakan ybs ini sedang memaksakan dirinya utk bertanya, bud .. hehehe
.
bersambung