Namun, yg tidak saya pahami adalah bagaimana ilustrasi tersebut menjelaskan "menjadikan freewill orang memilih ...".
Kalo si B menolak beli barang si A, kemudian si A terus berusaha mempengaruhi si B supaya ia membeli barangnya, maka si A sudah melanggar freewill si B, kan?
Sepertinya pengertian "freewill" jadi perlu dibahas dulu, bro siip. Sejauh apa sih will sso bisa dikatakan free/tidak free? KAlo saya mengikuti ilustrasi di atas, maka dalam pemahaman saya freewill itu adalah ketika si B menolak beli barang si A. Ketika si B mengubah keputusannya, itu sudah bukan will dia lagi karena ia sudah di bawah pengaruh2 si A.
Tapi, itu pemahaman saya. Kalau dalam pemahaman bro siip bagaimana?
Kl definisi saya akan pelanggaran free-will adalah pemaksaan/sabotase, misalnya cekokin obat ke mulut.
Kl persuasi, bahkan oleh krn tipuan skalipun, itu masih dalam konteks free-will krn sso punya independensi utk mmilih (walau mgkn saja pilihannya salah krn pmikiran yg salah).
Misalnya, Hawa jatuh dlm dosa krn ia mmilih dan mmutuskan utk makan buah. Skalipun Hawa mmakannya krn tertipu, tp ia dg sadar mmilih makan buah.
Tp Tuhan juga pernah berkata bhw usaha persuasi itu ada batasnya. Jika sudah sampai pd batasnya, maka si penginjil dapat 'mengebaskan debu' dan tidak bertanggung jawab atas apapun sesudahnya.
Apalagi kalau sampai ada "ancaman" bahwa kalo si B ga beli barang tsb maka ia akan binasa kekal.
Ini sama spt dokter dan pasien.
Dokter bisa bilang sama pasien, kamu jika tidak makan obat ini, nyawamu tinggal 6 bulan.
Jika kamu makan, maka nyawamu bisa jadi selamat; kalaupun tidak, mungkin bisa sampai 2 tahun.
Jika yg mngatakan adalah dokter, maka itu bukan ancaman mlainkan pemberitahuan risiko, krn dokter diyakini bicara atas dasar pengetahuan dan keahlian.
Si pasien pun bebas memilih mau makan obat atau tidak dengan mengetahui risiko-risikonya.
Bahkan si pasien pun bebas saja tidak pcaya sama dokter tsb dan pergi konsultasi dg dokter lain.
Yang menarik perhatian saya juga adalah bahwa bro siip mengatakan kalau freewill itu pemberian Tuhan (warna merah). Freewill pemberian Tuhan ini adalah freewill untuk memilih. Pertanyaan saya: waktu Tuhan memberi "freewill untuk memlih" kepada orang, apakah itu untuk memilih yang opsi yang mana aja atau opsi tertentu saja? (kataknlah opsinya: ikut Tuhan atau ikut Setan)
Selain dbrikan opsi utk mmilih, manusia jg dbrikan akal budi utk mnimbang latar blakang pmilihan.
Seluas akal budi bisa bpikir, sptnya seluas itu juga scope free-will manusia.
Misalnya nih,
Sso dhadapkan pd 5 pilihan pekerjaan, semuanya sah, legitimate.
Dg akal budinya, org itu bs mnganalisis ke-5 pilihan itu utk mnimbang mana yg terprospektif.
Tp diantara ke-5 itu, bisa jadi :
Pilihan A adalah kehendak Tuhan yg terbaik utk dia,
Pilihan B adalah pekerjaan yg baik di mata Tuhan tp akan mbawa dia cukup mlenceng dari panggilannya yg terbaik,
Pilihan C adalah pekerjaan yg diperkenankan Tuhan namun akan mbawa dia agak mlenceng dari panggilannya yg tbaik,
Pilihan D adalah pekerjaan yg sangat diinginkannya, tp kelak akan mbawa org itu suam-suam dari panggilannya,
Pilihan E adalah seolah sangat prospektif namun adalah jebakan kuasa gelap dimana orang itu akan diarahkan menuju situasi dosa.
Anda bisa buka Alkitab bolak-balik tp ngga akan ada ayat utk mnuntun dg jelas kerjaan mana yg terbaik.
Harus persekutuan pribadi dg Tuhan, cari kehendak Tuhan scr privat, maka Ia akan mbritahukannya pd waktunya mlalui satu atau lain hal.
Jika tidak mau gunakan 'hardway' or 'boringway' spt itu, ya silakan gunakan freewill bdsk akal budi.
Alternatifnya ya ke-5 itu. Namun akal budi manusia itu terbatas.
Spt dokter dan pasien, si pasien punya akal budi yg tbatas utk mduga sisa umur krn si pasien tidak punya background medis yg mumpuni.
Saya bisa memaklumi kalau Tuhan memberikan "will untuk memilih Tuhan". Tapi, ini berarti bukan freewill, kan?
Krn saya bpendapat bhw Tuhan mbuka ruang bagi manusia utk bebas memilih ssuai akal budinya, maka memilih Tuhan adalah free-will.
Bahkan sso bisa saja awalnya mmilih Tuhan, mmilih ikut khendak Tuhan yg sempurna, tp kmudian bbalik memilih utk tidak lagi ikut Tuhan.
Brarti kan pmilihannya adalah free-will dari awalnya.
Yg bukan free-will adalah bounded-will, yaitu khusus utk mreka yg sudah dipredestinasikan.
Sementara itu, kalau Tuhan memberikan "will untuk memilih Tuhan atau Setan", mengapa Tuhan menyalahkan orang yg memilih Setan? (Terus terang sulit bagi saya untuk membayangkan Tuhan memberi will yg bisa memilih Setan, mengingat Tuhan itu suci)
Rasanya kita punya pbedaan konsep yg cukup mendasar Bro.
Tuhan mbri will yg bebas, sebebas akal budi manusia.
Sso dhukum bukan krn free-will-nya, mlainkan krn ber-
DOSA.
Jika ada org yg spanjang hidupnya tidak pernah mmilih berbuat
DOSA, maka saya 100% yakin ia selamat dan lolos dari hukuman skalipun ia tidak mmiliki Kristus.
Dosa itulah yg akan mhukum orang itu Bro...bukan free-will yg Tuhan brikan.
Tuhan memang suci dan krn kesucian-Nya itulah maka Tuhan punya preferensi utk bertindak atas dasar kasih dan keadilan walau Tuhan juga tau kebalikan dari kasih dan keadilan, yaitu kejahatan dan kelaliman.
Bgmn dg manusia?
Apakah manusia se-suci Tuhan?
Bgini lho bro...
Utk tau apa itu kasih, maka ada lawannya kasih.
Utk tau apa itu adil, maka ada lawannya adil.
Dg mciptakan manusia yg berkapabilitas mmahami kasih dan keadilan, maka otomatis akal budi manusia juga dimampukan mmahami apa lawannya kasih dan apa lawannya keadilan.
Stelah itu, maka kembali pd independensi manusia itu memilih mau mengasihi atau bbuat kbalikan dari kasih, mau adil atau bbuat kbalikan dari adil.
Dan atas pilihannya itulah phakiman dilakukan.