@baya,
Yang paling pertama ingin saya sampaikan adalah permintaan maaf ke kamu atas kalimat "kasar" saya di post sebelonnya.
Setelah saya sempet "ngerenung" setelah post tsb, saya mencoba mengerti dgn sbb :
- 1. Baya member baru - kolom denom saya terbaca Non-Agama
- 2. Sebagai member baru, tentu belum/tidak semua post2 saya sempet dibaca baya ...
- 3. dimana kalo baya sempet baca, tentu tidak akan sampai menyimpulkan bhw posisi saya disini (karena non-Kristen) sedang mentertawakan Alkitab, pemberitaan Injil sebagai kebodohan ataupun menihilkan Yesus.
- 4. Saya membuka kemungkinan baya (mungkin di forum lain) sering mengalami "serangan" dari pihak nonKristen yg tentunya pihak ini lebih cenderung memang sedang mentertawakan Alkitab dan menganggap penginjilan adalah suatu kebodohan.
- 5. Secara tanpa mengetahui (ttg saya), baya meng-generalisasi saya seperti demikian.
- 6. Saya yg lagi sakit gigi kemaren ngikutin emosi, "ngomel" duluan - "merenung" blakangan .
- 7. Saya tidak tahu "perenungan" saya no 1 s/d 5 itu benar ato kagak - namun saya anggap begitulah adanya, dan sekali lagi saya minta maaf
BUKAN bro yang sedang mengikuti kemauan bro menalarkan terjemahan kata itu jadi "semua orang"
Tidak. Kalo baya menyimak post saya ttg "many" ini --- Justru ayat Roma 5:15 dan 19 itu yang saya anggep bisa mendukung bhw konsep OS itu "janggal". Otomatis saya tentu cenderung mengertikan ayat tsb secara apa adanya ---> yakni BANYAK, bukan semua.
(15) But God's free gift is not at all to be compared to the trespass. Siapa "the trespass" disitu ?
Konsep OS (baik yg berpedomankan secara mati jasmani ataupun yg berpedomankan mati jasmani) ngerujuk ke person Adam ---> dimana "otomatis" bayi2 terlahir sebagai "the trespass" yang already condemned ---> "ALL died" (pov baya mati jasmani, dan ada lagi Kristen lain yg fokusnya ke mati rohani).
pov odading : para manusia yang "trespass"
dimata Allah.
Siapa2 orangnya saya tidak fokuskan,
apa akibat dari "trespass" tsb - JUGA tidak saya fokuskan - namun BANYAK (tidak semua).
For if many died through one man's falling away Siapakah "one man" tsb ?
Dari pov odading :
Secara simbolisasi bisa ngerujuk ke person Adam.
Secara general bisa ngerujuk ke manusia siapa saja.
Saya ambil contoh yang paling mudah secara simbol dari person Adam.
Kain, Habil dan Set. Karena di kisah ini orangnya kagak banyak, maka kata "many" disini saya asumsikan "tidak semua".
Dengan begitu berdasarkan kata "trespass" dan "tidak semua" :
trespass tidak teraplikasi ke semua tiga anak AdamHawa tsb --->"many die" ---> tidak semua dari ketiga anak Abraham tsb "die" di mata Allah.
Kelemahan: Jika Yesus exclude, maka logikanya Yesus tidak mengalami "maut oleh dosa adam"
Pada bold, analisa kelogikan baya dengan odading berbeda. Sbb dibawah ini :
Tentang "karena semua orang berbuat dosa" = masih saya teliti lagi.. termasuk kalimat rumit.
Yesus yg sebagai manusia exclude, tidak "mati" dihadapan Allah karena Dia tidak berbuat dosa, He is not the trespass dimata Allah ---> ayat rujukan saya : "karena SEMUA
orang telah berbuat dosa". So, kata "semua" asumsinya secara general. Semua, tapi nggak literally semua tiap2 individu berdosa dimata Allah.
(saya juga sempet "kekeuh" bhw Bunda Maria juga bisa dikatakan tidak berdosa dimata Allah pada thread laen).Realita: ketika kita beri mainan pada kumpulan anak kecil usia 4 tahun.. mereka dengan sendirinya berebutan, ada yang memukul temannya, dsb = tabiat kecenderungan berbuat dosa..
Dari mana kita bisa menyimpulkan bold ? pov saya (imo) dari pengetahuan tentang suatu batasan.
Pada asumsi "makan" - dan bukan "raba/sentuh/metik", apakah di pov Allah "raba/sentuh/metik" (tapi belum dimakan) bukan merupakan sebuah kecenderungan berbuat dosa dimana tentu Allah TAU (pengetahuan) bahwa batasan-nya adalah mereka tidak boleh makan itu buah ?
Diatas andai2, namun "penerapannya" setara dengan kita2 manusia.
Kita TAU bhw batasannya adalah : "tidak boleh memukul" ... dengan demikian kita nge-
render perbuatan memukul = melanggar batasan yang kita ketahui. Terlepas apakah si anak mengetahui/tidak batasan tsb .. perbuatan si anak = bersalah (dari pov kita) sehingga kita menyatakan :
"anak kecil aja sudah cenderung berbuat dosa".Tapi dari pov si anak itu sendiri, mereka tidak bisa dikatakan telah melanggar batasan (berdosa) apabila kita belum memberi tau kepada mereka akan batasan tsb DAN (ini simultan) dengan rasio si anak apakah mengerti/menangkap batasan tsb.
Ketika si anak sudah tau batasan tsb
(terserah itu literal bunyi audible dari ortu-nya ataupun "bunyi" kata hatinya), melakukan memukul dan diri-nya merasakan "ada yang salah" karena telah memukul ---> dari pov si anak baru bisa dikatakan si anak merasa berdosa/bersalah.
Si anak "nyadar" bhw dia telah bersalah ---> "menemui" bhw dirinya bersalah.Tapi soal janin, bayi... masa bisa dikatakan berbuat dosa karena membuat ibunya menderita sakit saat bersalin....
Itulah sebabnya saya merasa "janggal" dengan konsep OS
.
kalimat aneh.. maka silahkan lengkapi, metafora dari menyemat daun pohon ara dan membuat cawat itu apa ?
Berdasarkan ijo diatas, jawaban dari bold adalah simbolisasi "menutupi kesalahan"
.
baya selalu ngerujuk balik pengertian metafora saya ke ayat secara literal.
Oda 2:25 Mereka keduanya (terbuka mata akan esensi baik/buruk), manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak (merasa bersalah).
Bukan begitu.
Diatas, ayat menggunakan kata "telanjang" itu sendiri
in literal sense - dimana disaat penulisan kalimat tsb "telanjang" merupakan suatu hal yang tabu ... oleh karena itu penulis menegaskan, walaupun telanjang mereka tidak merasa malu.
Sedangkan saya mengertikan secara metafora.
State mereka ketika diciptakan adalah dalam tahap innocency.
Aplikasi-nya di jaman sekarang in literal sense, seorang balita laki dan perempuan telanjang berhadap-hadapan tidak perlu merasa malu.
Sedangkan aplikasi di kisah AdamHawa : "state mereka" "dalam tahap" "belum melakukan kesalahan" "innocency" - "tidak ada yang perlu mereka" "malu"kan "dihadapan Allah" ataupun perlu "ditutup-tutupin" "dihadapan Allah".
Sulit sekali saya utk menulis kalimat2 diatas ... karena berbicara dengan baya, selalu menimbulkan ke-literalan .... oleh karena itu SEMUA kalimat saya gunakan tanda petik,
agar jangan sampe kalimat "dihadapan Allah" baya rujuk balik lagi dgn bertanya ke-literalan-nya.
bersambung.