dalam "sesi2" pertemuan kami, saya sering menantang pandangan2nya akan kehidupan, teman, orang tua, sekolah, pendidikan, masyarakat, dll. Saya sering membuatnya setuju dng pandangan2 saya. Ini brainwash, kan?
Saya sependpt itu termasuk "brainwash" (dgn tanda petik)... yang saya maksud brainwash adalah dimana si "korban" bener2 didalam ketidak berdayaan, ditaroin "kuali" plus kabel2 strum dikepalanya
.
Tentu cara kerja budi nggak demikian, tetap aku rasa masih tetep terbuka kemungkinannya cara kerja Allah mirip2 demikian (dalam ranah supranatural).
Nyatanya saya masih heran kok bro. Saya rasa heran/nggak heran nggak jadi patokan di sini.
Tetep patokan, kalo budi menjadi heran adalah wajar karena budi didalam ketidak-tahuan. Sedangkan dgn cara kerja Allah, Dia gak perlu heran ataupun menjadi "senang-hati" - karena ibarat merencanakan bikin kue dikasih gula sebakul, melaksanakan rencana tsb - maka PASTI kue menjadi manis ... si pembuat kue tidak perlu heran/kaget :
"wah kok bisa ya jadi manis ?!" ... ataupun senanghati dikarenakan kuenya manis
.
Jadi, dalam pemahaman predestinasi, si manusia dalam keadaan "mati" sehingga ia tidak bisa berada dalam keadaan "dipaksa". Kalau masih merasa "dipaksa", itu berarti ia bukan "mati".
Nah itulah maksud saya di "brainwash" (aka "dihidupkan") dalam keadaan "mati" ---> so, bisa jadi mungkin maksud para penganut predestinasi : ketika dihidupkan ya otomatis mendengar
(baca : "sumpelan kuping" tercabut). Tetapi tetep aja menimbulkan pertanyaan :
kenapa nggak dihidupkan dulu, baru dikasih tau ? Saya ulik2 dr pertanyaan benak dirsen itu, jawabannya adalah : Tuhan tidak pernah menunggu "mati" dulu ... SEBELUM manusia "mati" ("kuping tidak tersumpel") SUDAH dikasih denger, tapi manusia gak mau denger (sekalipun tanpa sumpelan kuping) ---> akibat gak mau denger, "mati" (kupingnya kesumpel ...
bukan disumpel Allah, melainkan hukum SebabAkibat).
Kesimpulan : sebenernya "bunyi2"an-lah yg awalnya ada, tetep ada, selalu ada, dalam berbagai caraNYA Dia. Jadi gak bisa dipertanyakan : kenapa nggak dicabut dulu sumpelan kupingnya baru dikasih tau /dipanggil
.
Sekalipun khayalan saya tsb memberi solusi benak saya, namun tetep aja saya kebentur dgn pertanyaan : Berangkat dari kisah keKristenan, SEMUA manusia "mati" --- kenapa hanya sebagian dari SEMUA tsb yg dipilih utk Dia "cabut sumpelan kupingnya" ?
Jawaban predestinasi : kedaulatanNYA.
Saya sependapat apabila "diperjauh" bhw kedaulatanNYA itu "terikat" hukum SebabAkibat ...
.
IMO, murid saya tsb bisa berubah oleh karena ada sesuatu yg datang dari luar dirinya (misal: masukan2 dari saya) sehingga will-nya pun berubah. Kalau elemen eksternal ini tidak ada/tidak terjadi, maka will-nya tidak berubah.
Dengan demikian cara kerja manusia (budi dalam hal ini) nggak bisa di ilustrasikan ataupun kurang pas ilustrasinya ... karena yg budi alamin, TIDAKSEMUA murid boandel abis, ngdableg dan bodoh2 yg budi hadapin. Karena kalo ya SEMUA, maka diajukan pertanyaan :
kenapa budi milih Cuplis dari SEMUA murid2 yg hopeless tsb ? .
Selain itu, predestinasi sepertinya tidak berpedoman pada bold, melainkan matot, sehingga perlu "dihidupkan".Solusi dari pertanyaan dibenak saya tsb adalah, "membalik" pada kasus manusia dgn Allah - yakni dengan merubah
(dr pov keKristenan, odading sedang menentang) perkiraan bhw yg tadinya diasumsikan SEMUA manusia "mati" - sebenernya nggak semua matot (sesuai ilustrasi budi, yakni tidak semua murid hopeless ... ada yg masih bisa mendengar dan nurut apa kata budi, kata ortu, kata hati, dll) ---> dengan demikian menjadi "masuk" bhw
orang sakit yg membutuhkan tabib. ---> namun ini sepertinya bisa menjadi "bahaya" apabila sso yg memang tidak sakit, merasa dan mengetahui hal ini, maka dia bisa berpikir
"ngapain gue perlu tabib, wong gue sehat koook" ---> tapi ini posibilitas... probabilitasnya mungkin kecil apabila ybs mengetahui bhw dirinya sehat ya gara2 tabib tsb from the first place
(lahir dalam keadaan tidak "mati" / kuping tersumpel).Dan bisa dibuat pertanyaan lagi: siapa yg naruh itu sumpelan in the first place?
Ungu diatas. Tidak ada pihak kedua (being) yg intentionally menyumpel kuping ybs .. melainkan Law SebabAkibat-NYA (sistem), dimana penyebabnya adalah ya dirsen manusia itu sendiri
salam.