Ya setuju sekali, bro salt. Saya juga pernah melihat orang tua yang membiarkan anaknya mngeluarkan kata2 kasar. Mungkin si ortu tahu kalau bullying adalah tidak baik, tapi tampaknya seringkali ortu lupa bahwa tindakan yang tidak baik itu musti 'di potong dan di buang'. Seringnya, ortu sekedar bilang "Hush jangan gitu" lalu sibuk lagi dng kesibukannya.
Cara merespon ortu juga seharusnya diperhatikan. Sedih rasanya kalau melihat ortu2 yg memperlakukan anaknya secara behavioristik saja, seolah-olah si anak hanyalah "mesin behavioral". Padahal, anak2 juga punya rasio dan perasaan. Walaupun mereka belum mampu mengungkapkan ke dalam kata2, anak2 sebenarnya sudah bisa berpikir ttg "mengapa begini/begitu" "mengapa boleh/tidak boleh" "mengapa harus begini/harus begitu". IMO, anak2 itu filsuf sejati. Namun, kebanyakan ortu tidak menangkap sehingga gagal memenuhi kebutuhan ini, yaitu kebutuhan akan kebenaran.
***
Bullying adalah gejala yang muncul di permukaan. Gejala ini menandai sesuatu yg bergejolak di dalam. Ini bisa ditelaah, bahkan secara biologis. Sementara itu, kebanyakan ortu yg saya jumpai hanya menilai perilaku anak berdasarkan "apakah perilaku anak saya mencoreng nama baik saya atau tidak". IMO, ini menyedihkan.
Mungkin yang sekolah seharusnya tidak hanya anak, tapi ortu juga...
Cheers
Banyak lagi yang bisa membuat kita sedih, karena perilaku anak anak.
Pernah lihat ada anak anak yang dengan sengaja menendang anak kucing, hanya sekedar iseng? Atau pernah lihat ada serombongan anak anak yang bersorak sorak menggoda orang gila di jalan?
Mungkin kalau dalam 'gerombolan' perilaku seorang anak akan terbawa 'gerombolannya', tetapi pasti ada pencetus dari pribadi di dalam 'gerombolan itu', bibit yang sakit seperti itu yang seharusnya mendapat perhatian khusus.
Anda sebagai guru, apakah anda mendidik anak remaja ataukah anak SD, bro?
Kalau anak remaja, tentu masalah yang anda hadapi lebih serius lagi.
Ada satu kisah semasa SMP. ada seorang guru bahasa Indonesia, yang berpostur pendek. Celakanya, sang guru sering kali bersikap 'over' dan sangat tidak profesional. Sehingga seringkali mendapat ejekan bahkan dibully oleh anak anak muridnya sendiri. Dari seorang senior, beberapa tahun di atas saya, berkisah, pernah suatu ketika sepeda sang guru dirantai ke atap tempat parkir sepeda, sehingga saat hendak pulang, beliau tidak bisa mengambil sepedanya, sampai sampai beliau nangis di tempat sepeda.
Tetapi perilaku sang guru tidak berubah, percayakah anda kalau beliau bisa memberi nilai ulangan dengan nilai 5,99 ? Hanya sekedar membuat nilai merah? Pernah sekali waktu ada teman yang memecahkan dengan sengaja ampul H2S, sehingga sekelas berbau mirip kentut dan menjadi ribut, sementara sang guru berteriak teriak marah tetapi tidak tahu harus berbuat apa, karena tidak satupun murid mau mengkhianati teman yang melakukannya.
Syalom