Author Topic: Batasan "menghakimi"  (Read 21365 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: Batasan "menghakimi"
« Reply #45 on: January 01, 2014, 12:06:53 PM »

Saya cenderung untuk menyerahkan penghakiman (dlm arti pemberian keputusan dan hukuman) kepada mereka yg diberi wewenang untuk itu
ehm... maksud saya, setelah shakes mengeluarkan statement either yg pertama or kedua, apakah shakes akan : "hayo, sekarang kamu ikut saya - tak bawa ke pengadilan !" atau juga misalnya nglapor ke otoritas : "pak..pak... tuh orang yg disitu buang sampah sembarangan pak..." :D

:)
salam.

Offline Phooey

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 5491
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Χριστός
Re: Batasan "menghakimi"
« Reply #46 on: January 03, 2014, 06:52:58 AM »
Contoh soal saja ...

Di Alkitab enggak ada larangan merokok.
Trus ada yang merokok ... kemudian kita melarang ...
Nahhh gimana ... apa termasuk menghakimi ?

Yang lebih sulit .... ehhehe
Trus ada yang hobi pake menthol inhaler, walau enggak sesak napas enggak sakit...
Di Alkitab enggak ada larangan spesifik untuk hal diatas ..
Kalo kita melarang, apakah sudah masuk kategori menghakimi ?

 :)
Καὶ μὴ κρίνετε, καὶ οὐ μὴ κριθῆτε· καὶ μὴ καταδικάζετε, καὶ οὐ μὴ καταδικασθῆτε. ἀπολύετε, καὶ ἀπολυθήσεσθε· (Luk 6:37 BGT)

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Batasan "menghakimi"
« Reply #47 on: January 03, 2014, 08:11:12 AM »
Contoh soal saja ...

Di Alkitab enggak ada larangan merokok.
Trus ada yang merokok ... kemudian kita melarang ...
Nahhh gimana ... apa termasuk menghakimi ?

Yang lebih sulit .... ehhehe
Trus ada yang hobi pake menthol inhaler, walau enggak sesak napas enggak sakit...
Di Alkitab enggak ada larangan spesifik untuk hal diatas ..
Kalo kita melarang, apakah sudah masuk kategori menghakimi ?

 :)

Bukannya udah jelas ya Bro kl menyatakan kesalahan dan larangan bukanlah penghakiman jika ssuatu itu memang salah atau merugikan?

Kl org yg mrokok atau isep inhaler itu kita anggap warga kelas 2, dikucilkan dan dijelek-jelekkan, itu baru mhakimi dech sptnya.
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline Phooey

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 5491
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Χριστός
Re: Batasan "menghakimi"
« Reply #48 on: January 03, 2014, 01:09:43 PM »
Bukannya udah jelas ya Bro kl menyatakan kesalahan dan larangan bukanlah penghakiman jika ssuatu itu memang salah atau merugikan?

Kl org yg mrokok atau isep inhaler itu kita anggap warga kelas 2, dikucilkan dan dijelek-jelekkan, itu baru mhakimi dech sptnya.

Ambil contoh yang abu2

Inhaler.
Jelek bagi orang lain, tapi baik bagi diri seseorang.

Nahhh gimana nih ??

 :whistle:
Καὶ μὴ κρίνετε, καὶ οὐ μὴ κριθῆτε· καὶ μὴ καταδικάζετε, καὶ οὐ μὴ καταδικασθῆτε. ἀπολύετε, καὶ ἀπολυθήσεσθε· (Luk 6:37 BGT)

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Batasan "menghakimi"
« Reply #49 on: January 03, 2014, 02:41:01 PM »
Ngga masalah bro.
Kl kita mrasa ssuatu itu baik buat org lain, kita silakan mbritahukannya.
Sama jg kl kita mrasa ssuatu itu mrugikan buat org lain, kita pun bebas mbritahukannya.

Kl dia ngga mau trima, maka sikap kita stelahnya yg mnentukan apakah kita punya mentalitas phakiman versi Taurat atau kita bijak mnyikapinya.
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline Phooey

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 5491
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Χριστός
Re: Batasan "menghakimi"
« Reply #50 on: January 03, 2014, 03:32:19 PM »
Ngga masalah bro.
Kl kita mrasa ssuatu itu baik buat org lain, kita silakan mbritahukannya.
Sama jg kl kita mrasa ssuatu itu mrugikan buat org lain, kita pun bebas mbritahukannya.

Kl dia ngga mau trima, maka sikap kita stelahnya yg mnentukan apakah kita punya mentalitas phakiman versi Taurat atau kita bijak mnyikapinya.


Setuju Bro   :afro:
Καὶ μὴ κρίνετε, καὶ οὐ μὴ κριθῆτε· καὶ μὴ καταδικάζετε, καὶ οὐ μὴ καταδικασθῆτε. ἀπολύετε, καὶ ἀπολυθήσεσθε· (Luk 6:37 BGT)

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: Batasan "menghakimi"
« Reply #51 on: January 03, 2014, 05:04:21 PM »
Kl org yg mrokok atau isep inhaler itu kita anggap warga kelas 2, dikucilkan dan dijelek-jelekkan, itu baru mhakimi dech sptnya.
Saya sependapat ama siip :).

Kl dia ngga mau trima, maka sikap kita stelahnya yg mnentukan apakah kita punya mentalitas phakiman versi Taurat atau kita bijak mnyikapinya.
Sependapat juga  :afro:

Pada quote yang kedua, kembali saya ajukan sikon yg seperti saya post-kan buat shakes.
Semisal di suatu ruangan ada sign "dilarang merokok - yang merokok dihukum denda", nah Unyil yang merokok lalu diperingati oleh Cuplis = masih gak papa, masih okelah Cuplis melakukan aksi peringatan ke Unyil.

Namun dilain sisi, terlepas apakah adanya "peringatan Cuplis ke Unyil" / kagak ... terlepas apakah kalo semisal Cuplis memperingati Unyil dan Unyil tidak menggubrisnya DAN terlepas pula apakah adanya ungu ato kagak dari Cuplis -----> bagaimana kalau Cuplis membawa Unyil ke si pembuat sign tsb ? (ataupun melaporkan ke yang berwenang bhw Unyil merokok).

IMO, disinilah makna sedalamdalamnya (seluas-luasnya) dari kata "jangan menghakimi" :)
Dengan kata lain, Cuplis sebagai pihak yang bukan berwenang - sebisabisanya berpedoman "sudahlah, maafkanlah, ngerti-in, nau-in, gak usah dipanjang2in, dll". DAN "jangan menghakimi" ternyata berlaku juga bagi Unyil pada saat yang bersamaan. Apabila baik Cuplis maupun Unyil berpedoman demikan, maka tidak ada "rame" :D.

Laen perkara kalo Cuplis adalah petugas yang berwenang (ataupun si pembuat sign itu sendiri) dalam menjaga bunyi "dilarang merokok" itu teraplikasi dgn baik... disini jadi "serba salah", karena kalo dia berpedoman ijo, maka artinya dia tidak konsisten sbg si pembuat sign - ataupun dia tidak menjalankan pekerjaannya sbg petugas yg menjaga ketertiban dgn baik. Apakah "jangan menghakimi" teraplikasi juga buat si pembuat sign atopun si petugas dalam sikon spt ini ?

:)
salam.

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Batasan "menghakimi"
« Reply #52 on: January 03, 2014, 05:17:15 PM »
Kita coba buat contoh kasus dlm 1 konteks yg sama yach...

Misalkan di Gereja ada tulisan 'dilarang merokok'.
Si Cuplis adalah pihak berwenang di gereja tersebut, si Ucrit adalah jemaat biasa.
Nah, si Usro merokok sdgkn si Parto ngisep inhaler berlebihan.

Maka Ucrit menegur Usro bhw tempat itu tidak boleh merokok.
Ktika Usro ngga mhiraukan, maka Ucrit melapor ke Cuplis.
Maka Cuplis menegur dan membawa Usro ke luar gereja supaya bisa mrokok sepuasnya.
Stelah Usro selesai mrokok, dia masuk lagi ke gereja dan maka keadaan berlangsung normal antara Cuplis, Ucrit dan Usro.
Konteks di atas adalah penghakiman yang benar.
Mngapa?
Krn aturannya jelas, pelanggarannya jelas, motivasinya baik dan penyelesaiannya baik.

Ucrit lalu melihat Parto ngisep inhaler blebihan, maka Ucrit menegur Parto agar tidak lagi mlakukannya utk alasan ksehatan.
Ktika Parto ngga mhiraukan, maka Ucrit melapor ke Cuplis.
Maka Cuplis menegur dan mhimbau Parto utk tidak lagi mlakukannya.
Ktika Parto bsikeras, maka Cuplis dan Ucrit mdoakan Parto sambil keadaan berlangsung tetap normal.
Konteks di atas adalah penghakiman yang benar.
Mngapa?
Krn motivasinya baik dan penyelesaiannya baik.
Jika critanya beda, yaitu Cuplis dan Ucrit mngejek dan mjauhi Parto, maka itulah sikap mhakimi yg salah.
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: Batasan "menghakimi"
« Reply #53 on: January 03, 2014, 05:40:29 PM »
Kita coba buat contoh kasus dlm 1 konteks yg sama yach...

Misalkan di Gereja ada tulisan 'dilarang merokok'.
Si Cuplis adalah pihak berwenang di gereja tersebut, si Ucrit adalah jemaat biasa.
Nah, si Usro merokok sdgkn si Parto ngisep inhaler berlebihan.

Maka Ucrit menegur Usro bhw tempat itu tidak boleh merokok.
Ktika Usro ngga mhiraukan, maka Ucrit melapor ke Cuplis.
Tidakkah tindakan Ucrit melaporkan Usro ke Cuplis disitu dicegat oleh ayat "jangan menghakimi", siip ? Kalo sikonnya Ucrit dan Usro adalah saudara kandung, gimana ?

Quote
Jika critanya beda, yaitu Cuplis dan Ucrit mngejek dan mjauhi Parto, maka itulah sikap mhakimi yg salah.
Betul... saya sependapat disini. Tindakan Cuplis dan Ucrit itu dicegat oleh ayat "jangan menghakimi" ..... Namun kok saya ngrasanya bhw cegatan ayat "jangan menghakimi" tsb nggak berhenti (selesai) sampe situ aja yah ? :D.

:)
salam.

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Batasan "menghakimi"
« Reply #54 on: January 06, 2014, 01:44:20 PM »
Tidakkah tindakan Ucrit melaporkan Usro ke Cuplis disitu dicegat oleh ayat "jangan menghakimi", siip ? Kalo sikonnya Ucrit dan Usro adalah saudara kandung, gimana ?

 Betul... saya sependapat disini. Tindakan Cuplis dan Ucrit itu dicegat oleh ayat "jangan menghakimi" ..... Namun kok saya ngrasanya bhw cegatan ayat "jangan menghakimi" tsb nggak berhenti (selesai) sampe situ aja yah ? :D.

:)
salam.

Lagi-lagi saya mlihat sptnya Oda dan beberapa rekan disini jatuh pd pandangan utk 'sama sekali tidak boleh mhakimi' atau 'mhakimi itu dosa' atau 'mhakimi itu haram sama skali'.

Skali lagi bro,
Mhakimi itu sangat baik dan harus dilakukan dalam kondisi yg tepat.

Jika sso jelas-jelas kedapatan melanggar peraturan yg sudah jelas, maka jelas-jelas sudah terhakimi scr otomatis bahwa dia itu salah.

Kl sso mlihat orang lain jelas-jelas berbuat salah dan mlanggar praturan yg sudah jelas tapi tidak berbuat apa-apa thd pelanggaran itu, ini malah keliru besar.

Mksd ayat itu adalah, sebelum sso mhakimi:
1. Lihat dulu apakah aturannya jelas
2. Lihat dulu apakah kesalahannya jelas (bdsk fakta dan ksaksian)
3. Lihat dulu siapa yg berwenang mjatuhkan sanksi
4. Lihat dulu kondisi diri sendiri
5. Jika 1, 2, 3, 4 sudah jelas, maka treatment kpd si pelanggar dpt dilakukan dg mentalitas PB (bukan Taurat)

Ketika 1,2,3,4 tidak jelas, maka jangan sembarang mhakimi krn kasusnya ngga ada.
Ini ibarat kasus dibawa detektif dan jaksa ke pengadilan tp lalu mental karena tidak ada dasar kasus yg kuat. Malah si detektif dan jaksa yg akan dikritik hakim.

Phatikan kata-kata Tuhan:

Luk 17:3-4
Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia.
Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia."


Nyambung dg ini:

Mat 18:15
Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.
Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.
Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.


Tuhan yg berkata jangan menghakimi juga meminta kita menegor orang saat berbuat dosa, jika eskalasi sampai level jemaat sudah mentok, maka ada sanksi sosialnya; tetapi ktika sso btobat, maka ia diterima kembali.

Jadi ayat 'jangan mhakimi' hindari melihatnya scr agamawi (kaku) seolah spt perintah Taurat.
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline Phooey

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 5491
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Χριστός
Re: Batasan "menghakimi"
« Reply #55 on: January 06, 2014, 01:50:05 PM »
Lagi-lagi saya mlihat sptnya Oda dan beberapa rekan disini jatuh pd pandangan utk 'sama sekali tidak boleh mhakimi' atau 'mhakimi itu dosa' atau 'mhakimi itu haram sama skali'.

Skali lagi bro,
Mhakimi itu sangat baik dan harus dilakukan dalam kondisi yg tepat.

Jika sso jelas-jelas kedapatan melanggar peraturan yg sudah jelas, maka jelas-jelas sudah terhakimi scr otomatis bahwa dia itu salah.

Kl sso mlihat orang lain jelas-jelas berbuat salah dan mlanggar praturan yg sudah jelas tapi tidak berbuat apa-apa thd pelanggaran itu, ini malah keliru besar.

Mksd ayat itu adalah, sebelum sso mhakimi:
1. Lihat dulu apakah aturannya jelas
2. Lihat dulu apakah kesalahannya jelas (bdsk fakta dan ksaksian)
3. Lihat dulu siapa yg berwenang mjatuhkan sanksi
4. Lihat dulu kondisi diri sendiri
5. Jika 1, 2, 3, 4 sudah jelas, maka treatment kpd si pelanggar dpt dilakukan dg mentalitas PB (bukan Taurat)

Ketika 1,2,3,4 tidak jelas, maka jangan sembarang mhakimi krn kasusnya ngga ada.
Ini ibarat kasus dibawa detektif dan jaksa ke pengadilan tp lalu mental karena tidak ada dasar kasus yg kuat. Malah si detektif dan jaksa yg akan dikritik hakim.

Phatikan kata-kata Tuhan:

Luk 17:3-4
Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia.
Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia."


Nyambung dg ini:

Mat 18:15
Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.
Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.
Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.


Tuhan yg berkata jangan menghakimi juga meminta kita menegor orang saat berbuat dosa, jika eskalasi sampai level jemaat sudah mentok, maka ada sanksi sosialnya; tetapi ktika sso btobat, maka ia diterima kembali.

Jadi ayat 'jangan mhakimi' hindari melihatnya scr agamawi (kaku) seolah spt perintah Taurat.

Bentar ya ... saya carikan contoh .... biar seru  ehhh biar jelas

 :D
Καὶ μὴ κρίνετε, καὶ οὐ μὴ κριθῆτε· καὶ μὴ καταδικάζετε, καὶ οὐ μὴ καταδικασθῆτε. ἀπολύετε, καὶ ἀπολυθήσεσθε· (Luk 6:37 BGT)

Offline Shakespeare

  • Global Moderator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1868
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Injili
Re: Batasan "menghakimi"
« Reply #56 on: January 06, 2014, 02:08:16 PM »
ehm... maksud saya, setelah shakes mengeluarkan statement either yg pertama or kedua, apakah shakes akan : "hayo, sekarang kamu ikut saya - tak bawa ke pengadilan !" atau juga misalnya nglapor ke otoritas : "pak..pak... tuh orang yg disitu buang sampah sembarangan pak..." :D

:)
salam.

Soal apakah dia mau melapor atau membiarkan, kita serahkan saja kepada hati nurani masing2.
Tetapi jika dia memutuskan untuk melapor, dia tidak bisa disebut menghakimi katena posisinya adalah sebagai saksi/pelapor, bukan sebagai hakim. Jadi tindakannya bukanlah tindakan menghakimi melainkan membeti kesaksian atas fakta (bukan tuduhan kosong) yang benar2 disaksikannya.
πᾶσα γραφὴ θεόπνευστος καὶ ὠφέλιμος πρὸς διδασκαλίαν, πρὸς ἐλεγμόν, πρὸς ἐπανόρθωσιν, πρὸς παιδείαν τὴν ἐν δικαιοσύνῃ

Offline Phooey

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 5491
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Χριστός
Re: Batasan "menghakimi"
« Reply #57 on: January 08, 2014, 08:06:50 AM »
http://www.reocities.com/thisisreformedfaith/artikel/seminarreformedgka01.pdf

Nahhh, kalo seperti di link diatas, apakah termasuk menghakimi ?
Memandang teologi lain dengan dasar teologi yang diyakini.


 :)
Καὶ μὴ κρίνετε, καὶ οὐ μὴ κριθῆτε· καὶ μὴ καταδικάζετε, καὶ οὐ μὴ καταδικασθῆτε. ἀπολύετε, καὶ ἀπολυθήσεσθε· (Luk 6:37 BGT)

Offline siip

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1721
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Batasan "menghakimi"
« Reply #58 on: January 08, 2014, 10:08:22 AM »
Kl mnrt saya sikap spt yg dikotbahkan itu sudah judgmental.

Coba saya saring ya dari bbrp indikator:

1. Lihat dulu apakah aturannya jelas
----> ybs mlakukan pukul rata dg memutlakkan bbrp hal yg tidak mutlak. Phakiman dapat dilakukan utk aturan-aturan yg sudah pasti mutlak.

Quote
Jikalau Billy Graham tidak kritik orang lain, saya pikir ini lain dengan Alkitab yang saya baca.

Apakah mkritik di atas mimbar adalah aturan yg mutlak benar shg jika tidak mkritik maka sso salah?

Quote
Calvin mengutip Kitab Suci lebih dari 6.000 tempat. Tidak sama dengan Pendeta-Pendeta sekarang ini cuma kutip ayat itu-itu saja,

Apakah ini mrpk standar mutlak Alkitabiah dari pengkhotbah berkualitas, yaitu dg menegakkan standar versi Calvin?

2. Lihat dulu apakah kesalahannya jelas (bdsk fakta dan ksaksian)

Quote
Saya melihat dunia sedang berkembang dan saya melihat banyak orang mau cepat sukses, supaya kelihatan pelayanannya berbuah banyak lalu mulai kompromi tanpa sadar.

Cara Billy Graham, kumpulkan semua pemimpin tidak peduli ajarannya apa. Semakin banyak Pendeta mendukung kebaktian, maka semakin besar. Yang bertobat boleh datang ke gereja apa saja. Akhirnya ke gereja yang ajarannya salah tidak apa-apa.

-----> apakah tuduhan ini dapat dibuktikan dg kesaksian dan evidence nyata selain asumsi?
Lagipula, bukankah Tuhan Yesus mngajar di Bait Allah dan sinagog dg didengar oleh ahli Taurat, org farisi dan mahkamah agama juga tanpa membeda-bedakan pendengar?

Nah, di atas adalah contoh bhw jika sso mhakimi, maka ia akan balas dihakimi mnurut ukuran yg ia buat sendiri. Nanti ybs akan dhakimi mnrt standar pola kotbah Kristus.

Dari 2 indikator, maka sikap judgmental dapat kita simpulkan.
Ktika sso mulai judging, maka ia akan mbawa dirinya pd judgment juga. Ini alamiah skali.
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pkh 9:4)

Offline cadangdata

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1065
  • Reputation Power:
  • Denominasi: -
Re: Batasan "menghakimi"
« Reply #59 on: January 08, 2014, 05:42:29 PM »
ikutan yah...

kalo menurut sayah....


menghakimi itu acceptable bila dilakukan oleh pihak yang memang kompeten atau berotoritas untuk itu..

misal:
a. contoh merokok itu tadi..
- walaupun kita udah baca Undang-undang kalo merokok di denda 5 juta..
- kalo kita ini bukan polisi atau hakim, maka jelas kita tidak berhak bilang: "Kamu bersalah & oleh karenanya akan didenda 5 juta" --> emang siape elo? ehehe..
- tapi kalo kita bilang: bro.. eh.. kalo elo merokok entar bisa-bisa didenda 5 juta oleh pak polisi / pak hakim loh... --> kalo imho, ini sih engga menghakimi..
- tentu kalau kita ini Polisi --> maka kita BERHAK dan malah WAJIB untuk ngomong spt diatas: "Kamu bersalah & oleh karenanya akan didenda 5 juta"

b. contoh soal masuk surga / neraka atau sesat/benar atau sesuai/tidak dgn kehendak Tuhan:
saya copas point di atas & tinggal ganti-ganti aja yah... sama kok prinsip nya:
- walaupun kita udah baca Alkitab bahwa kalau gini gitu itu adalah yang benar dan persis dengan kutipan firman Tuhan...
- kalo kita ini bukan Tuhan, maka jelas kita tidak berhak bilang: "Kamu bersalah & oleh karenanya kamu sesat & masuk neraka" --> emang siape elo? ehehe..
- tapi kalo kita bilang: bro.. eh.. kalo elo gini gitu entar bisa-bisa dianggap sesat dan dimasukin neraka oleh Tuhan loh... --> kalo imho, ini sih engga menghakimi..
- tentu kalau kita ini Tuhan --> maka kita BERHAK dan malah WAJIB (eh.. yg ini gue gak berani me-Wajib-kan.. hehe..) untuk ngomong spt diatas: "Kamu bersalah & oleh karenanya kamu sesat dan langsung masuk neraka"

demikian imho masbro...