Nopember 8
Tetap Sabar
Salah seorang pertapa bercerita bahwa dia mendengar orang-orang kudus berkata bahwa ada beberapa orang muda yang menunjukkan kepada beberapa orang tua cara untuk hidup dan mereka menceritakan kisah ini.
Ada seorang pertapa tua mabuk yang menganyam sebuah tikar sehari, menjualnya di desa sebelah dan minum sebanyak yang dia dapat dari hasil penjualan tersebut.
Kemudian ada seorang rahib muda datang untuk tinggal bersamanya, dan dia juga menganyam sebuah tikar sehari.
Pertapa tua itu juga mengambil tikar tersebut, menjualnya, membeli anggur seharga dua tikar tersebut, dan membawa pulang sedikit roti untuk makan malam si rahib muda.
Hal ini berlangsung selama tiga tahun dan rahib muda itu tidak berkata apa-apa.
Pada akhir tahun ketiga, rahib muda itu berkata kepada dirinya sendiri, “Aku di sini hanya makan sedikit roti dan tidak ada yang lain, aku mau pergi saja.”
Tetapi kemudian dia berubah pikiran, dan berkata kepada dirinya sendiri, “Kemana aku akan pergi? Aku akan tinggal di sini dan demi Allah aku akan meneruskan hidup bersama ini.”
Seorang malaikat Allah tiba-tiba muncul di hadapannya dan berkata, “Jangan pergi, kami akan menjemputnya besok.”
Pada hari itu, rahib tersebut memohon kepada pertapa tua, “Jangan pergi, hari ini mereka akan membawa aku pergi.”
Pada waktu pertapa tua itu biasa pergi ke desa, dia berkata kepada rahib muda, “Mereka tidak akan datang hari ini, anakku, sudah malam.”
Rahib itu mengutarakan semua alasan untuk menunjukkan bahwa mereka akan datang dan pada saat dia sedang berbicara, dia meninggal dengan damai.
Pertapa tua itu menangisinya dan berkata, “Aku sungguh berduka, anakku; selama bertahun-tahun aku hidup serampangan, dan engkau lewat kesabaranmu telah menyelamatkan jiwamu dalam waktu singkat.”
Sejak saat itu pertapa itu tidak minum-minum lagi dan menjadi serius.