Nopember 20
Busa Biara
Uskup suci Basil menceritakan kisah berikut:
Dalam satu biara yang dihuni oleh biarawati ada seorang wanita yang berpura-pura gila dan dirasuki setan.
Biarawati-biarawati yang lain merasa tidak suka padanya sehingga mereka tidak pernah makan bersamanya, yang mana amat sangat menyenangkannya.
Dia pergi ke dapur dan biasa mengerjakan semua tugas yang paling membosankan; dia adalah, seperti pepatah, “busa biara,” tetapi sebenarnya dia sedang menggenapi Kitab Suci dimana tertulis, “Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat.” (1 Korintus 3: 18)
Dia mengenakan kain kumal sebagai ikat kepala sedangkan yang lain rambutnya dipotong pendek dan memakai kerudung, dan dia biasa melayani mereka yang berpakaian seperti itu.
Dari empat ratus orang, tak seorangpun yang pernah melihatnya mengunyah sepanjang hidupnya.
Dia tidak pernah makan bersama atau makan sepotong roti, tetapi dia mengelap semua remah-remah dari meja dengan busa dan cukup puas hanya dengan membersihkan panci-panci.
Dia tak pernah marah kepada siapapun, ataupun menggerutu atau mengoceh baik sedikit ataupun banyak, meskipun dia diperlakukan dengan tidak pantas, dihina, dikutuk dan dicaci.
Suatu ketika seorang malaikat menampakkan diri kepada Piterion suci, seorang ankorit terkenal yang tinggal di Porfirit dan berkata kepadanya, “Mengapa engkau mengira dirimu itu saleh dan tinggal di tempat semacam ini? Kau ingin bertemu dengan seseorang yang lebih saleh dari dirimu, seorang wanita? Pergilah ke biara wanita itu di Tabennisi dan di sana engkau akan menemukan dia dengan kain kumal di kepalanya. Dia lebih baik dari dirimu. Meskipun dia dipermainkan oleh orang banyak dia tidak pernah mengalihkan perhatiannya dari Allah. Sedangkan dirimu tinggal sendiri di sini dan membiarkan perhatianmu mengembara di berbagai kota.”
Maka Piterion yang tidak pernah meninggalkan selnya sebelumnya, meminta ijin kepada yang berwenang untuk mengijinkannya memasuki biara wanita.
Mereka mengijinkannya masuk, karena selama bertahun-tahun dia baik dan terlebih lagi memiliki reputasi yang sangat baik.
Jadi dia masuk dan memaksa untuk melihat mereka semua.
Wanita yang ingin ditemuinya tidak muncul.
Akhirnya dia berkata kepada mereka, “Bawalah mereka semua menghadap aku, karena seseorang yang ingin kutemui tidak ada.”
Mereka berkata, “Kami mempunyai seorang biarawati di dapur yang tersentuh kepalanya” (begitulah mereka menyebut orang-orang yang terkena gangguan jiwa).
Piterion berkata kepada mereka, “Bawalah dia kepadaku. Ijinkan aku bertemu dengannya.”
Mereka pergi untuk memanggilnya, tetapi dia tidak menjawab, entah karena dia sudah mendengar apa yang terjadi atau karena hal itu sudah dibukakan padanya.
Mereka dengan paksa menangkapnya dan berkata kepadanya, “Piterion suci ingin bertemu denganmu.” (karena Piterion terkenal).
Ketika biarawati itu masuk, Piterion melihat kain kumal di kepalanya, lalu berlutut di kakinya, “Berkatilah aku!”
Biarawati itu juga berlutut di kakinya dan berkata, “Berkatilah aku, tuanku.”
Semua biarawati tercengang melihat pemandangan tersebut dan berkata, “Abba, jangan biarkan dia menghinamu. Dia gila.”
Piterion kemudian berkata kepada semua biarawati di sana, “Kalian lah yang gila! Wanita ini adalah seorang amma (sebutan untuk ibu rohani) bagi kalian dan aku dan aku berdoa supaya aku dianggap layak seperti dirinya pada Hari Penghakiman.”
Mendengar hal ini, mereka semua berlutut di kakinya, mengakui berbagai hal, biarawati yang satu mengaku telah menuang sisa makanannya ke dalam piringnya; yang lain mengaku telah memukulinya dengan tangannya; yang lain lagi mengaku telah melukai hidungnya.
Mereka mengakukan berbagai macam kemarahan.
Setelah mendoakan mereka, Piterion pergi.
Setelah beberapa hari, biarawati itu tidak dapat menanggung sanjungan dan hormat dari para biarawati lainnya, dan semua permintaan maaf mereka merupakan beban baginya sehingga akhirnya dia meninggalkan biara.
Kemana dia pergi, kemana dia menghilang dan bagaimana dia meninggal, tak seorangpun yang tahu.