Oktober 4
Kesabaran pada Dua Sisi
Ada seorang pertapa di Sketis yang jalan hidupnya cukup memuaskan, tetapi dia sering melupakan apa yang dia dengar.
Maka dia mengunjungi Yohanes Pendek untuk berkonsultasi mengenai kelupaannya.
Dia mendengarkan Yohanes, kembali ke selnya dan lupa akan hal yang telah diberitahukan kepadanya.
Dia datang untuk kedua kalinya dan menanyakan hal yang sama, mendengarkan, pulang dan melupakan yang ia dengar saat dia tiba di selnya.
Berulang kali dia pergi dan pulang, tetapi tidak pernah bisa mengingat.
Suatu ketika dia bertemu dengan Yohanes dan berkata, “Abba, apakah engkau tahu bahwa aku sudah melupakan semua yang telah engkau katakan kepadaku? Aku tidak ingin mengganggu anda, maka aku tidak datang lagi.”
Yohanes berkata kepadanya, “Pergilah dan nyalakan lampu,” dan dia menyalakannya.
Yohanes berkata, “Ambillah lebih banyak lampu lagi dan sulutkan dari lampu yang pertama,” dan dia melakukannya.
Yohanes berkata kepadanya, “Apakah lampu yang pertama rusak, karena engkau menggunakannya untuk menyalakan lampu-lampu yang lain?”
Dia menjawab, “Tidak.”
Jawab Yohanes, “Demikian juga aku tidak akan rusak. Jika seandainya semua rahib Sketis datang kepadaku, hal itu tidak menjauhkan kasih Allah dariku. Jadi datanglah kepadaku setiap kali engkau mau dan janganlah ragu-ragu.”
Jadi, dengan kesabaran dari kedua belah pihak, Allah menyembuhkan kepelupaan pertapa tersebut.
Inilah karya dari pertapa-pertapa di Sketis, untuk menguatkan mereka yang diserang; pengalaman mereka dalam pertikaian dengan diri mereka sendiri berarti bahwa mereka sanggup membantu orang lain sepanjang perjalanan tersebut.