Belajar menghargai
Roma 12;10 Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.
Leo Tolstoy, penulis Rusia yang terkenal, suatu hari sedang berjalan-jalan. Dalam perjalanan itu, ia melihat seorang pengemis dan merasa kasihan padanya. Maka dia berhenti, dan ingin memberi uang kepada si pengemis. Ketika dia merogoh kantongnya, baru disadarinya dia tidak membawa dompet. Maka dijabatnya tangan si pengemis sambil berkata:”Saudaraku, maafkan aku, hari ini aku tidak membawa uang.” Si pengemis menjawab Tolstoy dengan mata berkaca-kaca, dan dengan rasa haru dia menjawab: “Perkataan Tuan lebih besar dan berharga dari uang yang dapat Anda berikan. Terima kasih karena sudah menyebut saya sebagai saudara.” Tolstoy memang tidak memberi uang, tapi dia telah memberi sesuatu yang lebih bernilai dari yang, yaitu menghormati si pengemis dan mengembalikan harga dirinya, yang biasanya selalu direndahkan masyarakat.
Setiap manusia, apapun latar belakangnya, mempunyai kesamaan yang mendasar. Semuanya ingin dipuji, ingin diakui, ingin dihargai, ingin didengarkan, ingin dihormati, ingin diikutsertakan, ingin dikasihi, dsb. Tidak peduli dia adalah pengemis, ataupun pebisnis, semuanya ingin diperlakukan dengan selayaknya.
Pro & Biz, rahasia sederhana ini pun pasti akan meningkatkan kemampuan kita dalam berhubungan dengan siapapun. Oleh sebab itu, mari belajar melihat siapapun sebagai manusia yang mempunyai kelebihan-kelebihan. Karena kita memperlakukan orang seperti apa adaya dia, niscaya ia akan menjadi orang yang apa adanya aja. Tapi bila kita memperlakukannya lebih darinya, niscaya ia akan mampu menjadi orang melebihi dirinya sendiri.
Anda tidak dapat membuat orang lain merasa penting di hadapan Anda apabila Anda secara diam-diam merasa dia bukan siapa-siapa. (Les Giblin)
sumber: BOM