-lanjutan-
Bukti-bukti terdokumentasi dan dampak historis menegaskan pada fakta bahwa Yesus itu ada (nyata). Jika Yesus benar-benar ada, kita juga bisa mengharapkan menemukan jejak kaki secara rinci dalam sejarah. Mitos tidak meninggalkan konfirmasi detil-detil semacam itu.
Salah satu kunci bagi Durant dan para ahli lain adalah faktor waktu. Mitos dan legenda biasanya berkembang selama ratusan tahun — cerita George Washington tidak pernah bohong , sampai dua ratus tahun kemudian berubah jadi legenda. Berita mengenai kekristenan, di sisi lain, meluas terlalu cepat untuk bisa disebut sebagai mitos atau legenda. Jika Yesus tidak pernah ada (nyata), mereka yang menentang kekristenan akan langung menyebutNya sebagai mitos sejak semula. Tapi mereka tidak melakukannya.
Bukti-bukti itu, bersama dengan catatan awal dan dampak historis Yesus Kristus, meyakinkan sejarahwan skeptis bahwa pendiri kekristenan itu bukan mitos atau legenda.
Tapi ada juga pakar-pakar tentang mitos tidak yakin. Seperti Muggeridge, pakar dari Oxford, CS Lewis, sejak semula yakin Yesus tidak lebih dari sebuah mitos.
Lewis pernah menyatakan, “Semua agama, karena itu, semua mitologi …. hanyalah ciptaan manusia — Kristus sama saja dengan loki.”[14] (Loki adalah dewa kuno Norwegia. Seperti Thor, tapi tanpa rambut kepangnya.)
Sepuluh tahun setelah menyatakan Yesus sebagai mitos, Lewis menemukan rincian sejarah, termasuk dokumen-dokumen dari para saksi mata, telah membuktikan keberadaanNya.
Yesus Kristus memberi keluasan dampak sejarah seperti gempa besar. Dan gempa bumi ini telah meninggalkan jejak lebih luas daripada Grand Canyon. Jejak ini berupa bukti-bukti yang meyakinkan para ahli bahwa Yesus benar-benar ada dan benar-benar memberi dampak pada dunia kita sejak 2.000 tahun lalu.
Salah satu orang yang skeptis, yang berpendapat Yesus hanyalah mitos adalah wartawan Inggris, Malcolm Muggeridge. Namun dalam salah satu penugasannya ke Israel, Muggeridge berhadapan dengan bukti-bukti akan Yesus Kristus yang dia tidak tahu bukti itu ada. Ketika dia memeriksa tempat-tempat bersejarah — tempat kelahiran Yesus, Nazareth, tempat penyaliban, dan kubur yang kosong — perasaan keberadaan Yesus mulai muncul.
Belakangan dia menyatakan:
“Satu ketika saya ada di Tanah Suci untuk membuat tiga program televisi BBC mengenai Perjanjian Baru yang …. secara pasti menarik saya tentang kelahiran Yesus, pelayanNya, dan penyalibanNya. …saya jadi sadar bahwa pernah ada seseorang, Yesus, yang juga Allah.”[15]
Beberapa pakar Jerman, yang sangat kritis, pada abad 18 dan 19 juga telah mempertanyakan eksistensi Yesus, menyebutkan bahwa tokoh kunci seperti Pontius Pilatus dan Imam Kepala Yosep Kayafas di catatan Injil tidak pernah dikonfirmasikan sebagai manusia nyata. Tidak ada jawaban sampai pertengahan abad 20.
Tahun 1962, para arkeologi mengkonfirmasikan eksistensi Pilatus ketika mereka menemukan namanya ada dalam sebuah prasasti batu yang ditemukan. Hampir sama, keberadaan Kayafas tidak pasti sampai tahun 1990, ketika sebuah kotak berisi tulang-belulang ditemukan dengan namanya ada dikotak itu. Para arkeolog juga menemukan apa yang mereka percaya sebagai rumah Simon Petrus dan gua dimana Yohanes Pembaptis membaptis.
Akhirnya, mungkin bukti sejarah paling meyakinkan akan keberadaan Yesus adalah pertumbuhan cepat kekristenan. Bagaimana hal itu bisa terjadi tanpa Kristus? Bagaimana sekelompok nelayan dan pekerja lainnya menciptakan Yesus dalam beberapa tahun saja? Durant menjawab pertanyaan awal yang berasal darinya — apakah Yesus ada? — dengan kesimpulan ini:
Beberapa orang sederhana itu jika saja mampu dalam satu generasi menciptakan satu pribadi yang sangat kuat dan menarik, mulia dalam etika, dan sangat inspiratif terhadap visi persaudaraan manusia, akan merupakan mukjizat yang jauh lebih besar dari yang tercatat di Injil. Setelah dua abad, kritikan keras akan kehidupan, karakter, dan pengajaran Kristus, tetap saja jelas dan menjadi bahan paling menarik dalam sejarah manusia barat.Putusan Para Ahli
Clifford Herschel Moore, dosen di Universitas Harvard, mempertegas kesejarahan Yesus. “Kekristenan mengetahui Penyelamat dan Pengampun tidak seperti Tuhan-Tuhan lain yang sejarahnya terkontiminasi keimanan mitos. …Yesus adalah manusia historis, bukan karakter mitos. Tidak ada sedikitpun atau ada penipuan mitos yang masuk dengan sendirinya kepada orang percaya Kristen, imannya didasarkan secara positif, historis, dan fakta-fakta yang bisa diterima. ”[16]
Beberapa, jika ada, sejarahwan yang serius setuju dengan pernyataan Ellen Johnson dan Bertrand Russell bahwa Yesus tidak nyata (ada). Dokumentasi luas mengenai kehidupan Yesus yang ditulis oleh para penulis masa kini, dampak besar pada sejarah, dan konfirmasi tak terbantahkan bukti sejarah telah membuat para ahli mengakui Yesus benar-benar ada (nyata). Mampukan mitos melakukan itu semua? Semua, kecuali beberapa pakar yang amat sangat skeptis menyatakan tidak.
Dr. Michael Grant of Cambridge menulis, “Untuk menyimpulkannya, metode kritis modern telah gagal mendukung teori Yesus adalah mitos. Sudah berkali-kali dijawab kembali dan dituntaskan oleh pakar terkemuka. Dalam tahun-tahun terakhir ini tidak ada seorang ahli yang melontarkan pernyataan bahwa Yesus bukan tokoh historis (nyata).”[17]
Sejarahwan Yale, Jaroslav Pelikan, mengatakan, “Apapun yang mungkin dipikirkan seseorang atau percaya mengenai Dia, Yesus dari Nazareth telah menjadi tokoh dominan dalam sejarah budaya Barat hampir selama dua puluh abad. … mulai dari kelahirannya, dimana sebagian besar manusia menandai kalendernya, atas namaNya jutaan orang mengutuki dan jutaan lainnya berdoa.”[18]
End Notes
1. Ellen Johnson and Larry King, “What Happens After We Die?” Larry King Live, CNN, April 14, 2005.
2. Bertrand Russell, Why I Am Not a Christian (New York: Simon & Schuster, 1957), 16.
3. Will Durant, Caesar and Christ, vol. 3 of The Story of Civilization (New York: Simon & Schuster, 1972), 553.
4. Ibid., 557.
5. D. James Kennedy, Skeptics Answered (Sisters, OR: Multnomah, 1997), 76.
6. The Gemaras are early rabbinical commentaries of the Jewish Talmud, a body of theological writings, dated a.d. 200–500.6 Quoted in Durant, 554.
7. Quoted in D. James Kennedy, Skeptics Answered, (Sisters Oregon: Multnomah Publishers Inc., 1997), 73.
8. Quoted in Durant, 281.
9. Norman Geisler and Peter Bocchino, Unshakable Foundations (Grand Rapids, MI: Bethany House, 2001), 269.
10. Quoted in Josh McDowell, Evidence That Demands a Verdict, vol. 1 (Nashville: Nelson, 1979), 87.
11. Quoted in Christopher Lee, This Sceptered Isle, 55 B.C.–1901 (London: Penguin, 1997), 1.
12. Will Durant, The Story of Philosophy (New York: Pocket, 1961), 428.
13. Quoted in Bernard Ramm, Protestant Christian Evidences (Chicago: Moody Press, 1957), 163.
14. Malcolm Muggeridge, Jesus Rediscovered (Bungay, Suffolk, U.K.: Fontana, 1969), 8.
15. David C. Downing, The Most Reluctant Convert (Downers Grove, IL: InterVarsity, 2002), 57.
16. Quoted in McDowell, 193.
17. Michael Grant, Jesus (London: Rigel, 2004), 200.
18. Jaroslav Pelikan, Jesus through the Centuries (New York: Harper & Row, 1987), 1Sumber :
http://y-jesus.org/indonesian/wwrj/1-apakah-Yesus-benar-benar-ada