Author Topic: Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katolik) dalam PB  (Read 2588 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline Heylene

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 30
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katholik
Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katolik) dalam PB
« on: August 15, 2012, 04:08:53 PM »
Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katholik) dalam PB

Part I:

Apakah Gereja Katholik adalah bayang-bayang dari Kerajaan Daud di Perjanjian Lama? Marilah kita lihat bersama-sama sebelum ini dikatan hanya menjadi klaim kosong saja.


Kerajaan Daud

Daud adalah penulis Mazmur, raja dan leluhur Yesus Kristus dan sebagai orang yang “Tuhan telah berkenan memilih seseorang yang berkenan di hatiNya” (1Sam 13:14). Bintang Daud dalam Kitab Suci melambangkan kisal penyesalan, situasi setelah perselingkuhannya dengan Batsyeba. Namun Daud lebih dari itu, dalam Kitab Suci ia adalah orang yang menentukan seperti apa posisi raja – jabatan raja yang sesungguhnya telah ditunjukkan dalam cerita penciptaan dan Keluaran. Ia mendirikan dinasti rajawi satu-satunya yang abadi dalam Perjanjian Lama dan dinasti yang berlangsung paling lama dalam dunia kuno.

Lebih dari tujuh puluh Mazmur diduga berasal dari dirinya. Kenangan yang hidup tentang Daud dan kerajaannya adalah penting bagi Injil Yesus Kristus namun mungkin lebih penting lagi bagi arah dan pemaknaan Perjanjian Lama. Ketika bangsa Israel kuno yang selanjutnya bangsa Yahudi, bicara tentang “kerajaan”, pemerintahan Daud merupakan satu-satunya rujukan sejarah bagi mereka.

Jika cerita Adam, Abraham dan Musa menubuatkan pemerintahan seorang raja-imam, raja-imam itu adalah Daud- dan pada gilirannya, wangsanya, keturunannya, “putra”-nya. 

Wangsa Matahari Terbit

Kita Suci mengisahkan Daud sebagai orang yang berkenan di hati Allah (1Sam 13:14) dan berbeda dengan Saul yang tampak gagah dan agung, Daud sungguh muda dan kecil badannya (1Sam 16:7). Namun ketika “Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya...sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud” (1Sam 16:13)

Pada waktu yang sama, Roh Allah meninggalkan Saul yang kemudian disiksa oleh iblis. Iblis hanya menjadi tenang jika Daud memainkan harpa (serupa dengan itu, iblis suatu hari lari dari Yesus, setelah menyatakan bahwa Dia adalah yang terurapi, Kristus > Luk 4:41). Saul jatuh karena ia menentang kehendak Allah dengan berusaha membunuh Daud.

Sewaktu Daud naik tahta, ia memindahkan ibukota ke Yerusalem untuk menyatukan suku-suku Israel. Ia kemudian memindahkan Tabut Perjanjian ke kota ini. Tabut Perjanjian yang merupakan tempat suci untuk menyimpan loh hukum yang diberikan Tuhan kepada Israel, alat-alat keimaman Harun dan manna dari surga.

Kehadiran Tabut Perjanjian di Yerusalem membuat kota ini menjadi pusat ibadat dan agama, selain sebagai pusat pemerintahan dan politik Israel. Daud memimpin iring-iringan yang membawa Tabut Perjanjian, Daud sebagai raja tidak memakai pakaian kebesaran raja melainkan dalam jubah imam: efod dari kain lenan. Dan ketika sampai di tempat yang dituju, Daud sendiri menyampaikan kurban persembahan.

Mengapa Daud dapat bertindak sebagai imam, padahal ia bukan anggota suku Lewi? Padahal sewaktu Saul berusaha mempersembahkan kurban, ia dihukum berat. Perbedaannya karena persembahan Saul merupakan transaksi dengan Tuhan, sementara Daud menari-nari dan membuat persembahan karena cinta dan kegembiraan, bukan karena menginginkan sesuatu dari Tuhan.

Daud seorang raja-imami, seperti yang dikehendaki Allah dari Adam. Ia mempunyai status keimaman yang rajawi seperti yang dikehendaki Allah atas Israel. Daud dan puteranya Salomo, seperti Melkisedek, raja-raja imami yang berkuasa dan mempersembahkan kurban di [Yeru]Salem (Mzm 110:1-4).  Namun Daud tidak puas. Ia ingin membangun Bait Allah di Yerusalem lalu membicarakannya dengan nabi Natan: “Lihatlah, aku ini dia dalam rumah dari kayu aras, padahal Tabut Allah diam di bawah tenda” (2Sam 7:2). Namun Allah tidak menghendaki Daud untuk membangun Kenisah. Allah mengharapkan sesuatu yang lebih penting dari Daud. Natan menyampaikan perkataan Allah kepada Daud (2Sam 7:11-16).

Di sini Allah memperbaharui perjanjianNya dengan Israel melalui wangsa keluarga Daud. Allah mendirikan lagi ikatan keluargaNya dengan umatNya dengan menggunakan bahasa kekerabatan yang dekat. Sebagaimana Adam dan Israel seharusnya hidup sebagai “anak-anak sulung” Tuhan, begitu pula keturunan Daud akan menikmati hubungan ayah-anak dengan Yang Mahakuasa, namun kali ini dengan suatu jaminan kelangsungan untuk selama-lamanya.

Syarat-syarat perjanjiannya:
1. Tuhan akan memberikan keturunan: Daud bukan hanya seorang raja untuk suatu masa hidup, melainkan menjadi pendiri suatu  wangsa atau dinasti kerajaan.

2. Aku akan mengokohkan kerajaannya: Putra Daud akan menjadi penguasa kerajaan yang luas yang meliputi seluruh Israel dan seluruh dunia, “bangsa-bangsa” (Mzm 2:8, 72:11,16) Kitab Tawarikh lebih lanjut lagi menyebutnya “Kerajaan Yahwe” (1 Taw 28:5, 2 Taw 13:8)

3. Ia akan mendirikan rumah bagi namaKu: Putra Daud akan membangun Bait Allah sebagai tempat permanen bagi Tabut Perjanjian.

4 . Aku akan menjadi Bapanya, dan ia menjadi anakKu: Putra Daud akan diangkat menjadi anak Allah sendiri, inilah pertam kalinya secara eksplisit ke-putra-an ditetapkan untuk seorang pribadi. Sebelumnya keseluruhan bangsa Israel yang disebut sebagai putra sulung Allah (Kel 4:22), namun tak seorangpun yang disebut “anak Allah”

5. Aku akan menghukum dia... tetapi kasih setiaku tidak akan hilang dari padaNya: Allah tidak akan membuang keturunan Daud seperti yang dilakukanNya kepada Saul, betapapun keturunannya berdosa. Perjanjian itu bersifat permanen. Seperti seorang ayah yang mencinta, Allah akan menghukum putraNya demi kebaikan putraNya itu.

6. Tahtamu akan kokoh untuk selama-lamanya: Dinasti/wangsa Daud tidak akan berakhir. Jika dalam kerajaan yang lain di dunia ini dinasti timbul dan tenggelam, tahta Daud akan tetap diduduki oleh keturunan Daud sendiri.


Bersambung....

Sumber: Scott Hahn, Reason To Believe (How To Understand, Explain dan Defend the Catholic Faith)
Tidak lebih dari 100 orang di USA yang membenci Katholik, tetapi ada berjuta-juta orang yang membenci karena kesalahpahaman mereka mengenai Gereja Katholik - Ven. Archbishop Fulton Sheen

Offline Heylene

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 30
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katholik
Re: Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katolik) dalam PB
« Reply #1 on: August 27, 2012, 09:36:44 AM »
Part II

Kunci-kunci Daud

Karena kerajaan Daud akan kekal, maka dapat dikatakan bahwa “kerajaan” bagi generasi-generasi berikutnya akan didirikan atas Sabda Tuhan.

Seperti apa kerajaan Daud itu? Perlu kita ketahui seperti yang dijelaskan oleh Yesus sendiri, pola “kerajaan” itu mewarnai bentuk keselamatan kita. Ini dari pelayanan Yesus di dunia adalah pewartaan Kerajaan, dan kata yang digunakan olehNya hanya berarti satu hal bagi para pendengarNya. Mereka memahami Yesus yang bermaksud memulihkan kerajaan Daud, dan Yesus tidak menentang harapan mereka itu. Yang sebenarnya, Yesus mengukuhkan hal itu dan menegaskannya, tanpa mengurangi sifat-sifat khas yang berasal dari Daud.[/u]

Ada sepuluh sifat-sifat utama dari perjanjian Tuhan dengan wangsa keluarga Daud yang merupakan bagian yang integral dari drama dinasti dan juga karena mereka muncul kembali sebagai kunci-kunci dari identitas Yesus Kristus yang berwarna Daud (=Gereja yang didirikan Yesus Kristus di dunia) :

1. Kerajaan Daud didirikan atas suatu perjanjian ilahi, satu-satunya kerajaan insani di dalam PL yang memiliki hak khusus semacam itu (2Sam 8:11-16)

2. Raja yang berasal dari keturunan Daud itu adalah anak Allah (Mzm 2:7). Anak Daud memperoleh rahmat keputraan ilahi pada saat ia diurapi

3. Anak Daud itu adalah “Kristus” yaitu “Mesias” karena machiach dalam bahasa Ibrani secara harafiah berarti “dia yang diurapi” (1Sam 16:13, 1Raj 11:12, Mzm 89:20-39). Pengurapan menjadikan seseorang raja dan imam. Melkisedek adalah raja sekaligus imam di Yerusalem pada zaman Abraham (Kej 14:18, Mzm 76:2)

4. Wangsa keluarga Daud terkait terus dengan Yerusalem, utamanya Gunung Sion, yang merupakan milik pribadi Raja Daud dan ahli warisnya (2Sam 5:9), Yerusalem merupakan pusat rohani umat Allah dan tempat peziarahan Israel dari segala bangsa (Yes 2:1-3)

5. Kenisah (Bait Allah) merupakan tanda yang tampak dari Perjanjian Daud dan Kerajaan Allah. Pembangungn Bait Allah merupakan syarat pusat dari perjanjian dan kata Ibrani yang sama (baith) digunakan untuk dinasti keluarga Daud maupun tempat tinggal Allah yang merupakan “rumah dosa bagi segala bangsa” (Yes 56:7 ; Mat 21: 12-15)

6. Raja keturunan Daud akan memerintah keduabelas suku Israel (dan juga segala bangsa > Mzm2:8;72:1-17). Hanya di bawah Daud dan Salomo baik Yudea dan semua suku-suku utara dipersatukan sebagai suatu kerajaan dan bebas dari penindasan asing (2Sam 5:1-5 ; 1Raj4:1-19). Menerima kunjungan dari bangsa kafir ke Yerusalem (1raj8:41-43 ; 10:1-24) dari seluruh penjuru bumi. Kerajaan dari Daud di Sion dengan demikian untuk pertama kalinya menandari Israel yang dipanggil untuk menerima bangsa-bangsa lain sebagai bagian yang tak terpisahkan dari perjanjian dengan Allah.
[catatan: Perjanjian Musa di Sinai bersifat nasional dan eksklusif. Perjanjian Daud di Sion bersifat international dan serba inklusif. Sebagaimana perjanjian Musa termuat dalam Taurat, perjanjian Daud termuat dalam kitab-kita kelompok Kebijaksanaan—Amsal, Ayub, Pengkotbah—yang merupakan kitab-Kitab Suci  yang jangkauannya paling universal (bukan hanya menyangkut hukum Musa dan peraturan Israel, tapi juga penciptaan, hukum alam dan nilai-nilai keluarga dan tata hubungan yang mengandung pesan universal bagi semua orang.(Lihat KI Parker, Wisdom and Law in the Reign of Solomon, Lewiston, NY: Mellen Biblical Press, 1992)

7. Kerajaan itu kekal untuk selama-lamanya. Yang ditekankan dalam Mazmur dan kitab-kitab Sejarah (Samuel, Raja-raja, Tawarikh) adalah wangsa keluarga Daud itu abadi (2Sam 7:16). Bukan hanya dinastinya, tapi juga jangka kehidupan raja yang memerintah (Mzm 21:4)
   

Di atas adalah 7 sifat utama, dan dibawah ini adalah sifat sekunder yang ditemukan dalam sejarah dan lagu-lagu dari Dinasti Daud:

8. Ibu Suri menjadi suatu bagian yang penting dalam pemerintahan raja. Dimulai dari Raja Salomo (1Raj 2:19)
   
“Batsyeba masuk menghadap raja Salomo untuk membicarakan hal itu untuk Adonia. Lalu bangkitlah raja mendapatkannya serta tunduk menyembah kepadanya, kemudian duduklah ia di atas tahtanya dan ia menyuruh    meletakkan kursi untuk ibunda raja, lalu perempuan itu duduk di sisi kanannya.”
   
Perhatikan disini bahwa semua orang menyembah Salomo, tapi Salomo menyembah ibundanya. Sejak itu ibu suri (ibunda raja) menjadi suatu bagian permanen dalam kerajaan, simbol keberlangsungan garis keturunan raja Daud.
Ibu Suri juga bertindak sebagai salah seorang penasehat raja yang paling penting (Ams 31) > nasehat ibu suri Raja Lemuel: “Inilah perkataan Lemuel, raja Masa, yang diajarkan ibunya kepadanya.”
Ketika nabi Yeremia menegur raja, ia sekaligus juga menegur ibu suri, karena betapa besar wibawa perempuan itu: “Katakanlah kepada raja dan kepada ibu suri...” (Yer 13:18 ; 2Raj 24:15)
 
9. Perdana Menteri (=Menteri Kepala) menjadi suatu jabatan khusus dalam pemerintahan raja. Raja punya banyak pembantu (dua belas orang > 1Raj 4:7), tapi hanya ada satu yang mengepalai mereka. Kedudukannya di antara raja dan para menteri lain. Kira-kira dua abad setelah Daud, Yesaya menubuatkan suatu pergantian pemerintahan raja dimana seorang Perdana Menteri akan diganti (Yes 22:15-25). Tanda pengenal Perdana Menteri: “ia akan menjadi bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum Yehuda”.
Tanda dari jabatan Perdana Menteri ini: kunci-kunci kerajaan.

“Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya, apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup, apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka”
   
10. Persembahan syukur (=kurban syukur) menjadi liturgi utama yang dirayakan dalam Kenisah, lebih utama daripada persembahan penebus dosa (Mzm 50:13-14 ; 116:17-19).
Persembahan syukur (Im 7:12-15) meliputi roti tanpa ragi dan anggur yang dengan bebas disampaikan kepada Tuhan sebagai ungkapan terima kasih atas perlindunganNya. Para guru Yahudi kuno meramalkan bahwa ketika Mesias datang nanti tidak ada kurban lain yang dipersembahkan: hanya kurban syukur yang akan terus berlangsung.
Kata Ibrani untuk “persembahan syukur” adalah todah dan diterjemahkan dalam bahasa Yunani menjadi eucharistia di dalam KS maupun banyak tulisan Yahudi kuno (Philo, filsuf Yahudi, 13 SM – 54 M) dan Akuila.
Tidak lebih dari 100 orang di USA yang membenci Katholik, tetapi ada berjuta-juta orang yang membenci karena kesalahpahaman mereka mengenai Gereja Katholik - Ven. Archbishop Fulton Sheen

Offline Heylene

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 30
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katholik
Re: Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katolik) dalam PB
« Reply #2 on: August 27, 2012, 11:10:42 AM »
Part III

Tujuh sifat utama Kerajaan Daud yang dipenuhi oleh Yesus Kristus:

1. Kerajaan Daud didirikan di atas suatu perjanjian ilahi. Perjanjian Allah dengan Daud yang disampaikan oleh perkataan Natan (2Sam 7:9-16), memberikan semua isi uraian malaikat tentang Yeus di dalam Luk 1:32-33.
Yesus mengaitkan kedudukanNya sebagai raja dengan suatu “perjanjian baru” (Luk 22:20) dan menyatakan bahwa suatu kerajaan telah diserahkan (=dijanjikan) kepadaNya oleh Bapa (Luk 22:29)


2. Raja yang berasal dari keturunan Daud itu adalah anak Allah. Yesus bukan sekedar anak angkat, tapi Anak Allah sesungguhnya. Dan sebutan ini melekat padanya dalam PB. Dapat dilihat dari:
-   Mat 9:27, 20:30
-   Mat 15:22
-   Mat 21:9
-   Mat 22: 42
-   Mat 27:11.29.37)
-   Mat 27:40

Yesus tidak menolak dan tidak menyangkal sebutan-sebutan yang berkaitan khas dengan Daud, tapi justru menegaskan dengan pernyataanNya sendiri. Bahkan ada peristiwa dalam PL dimana Yesus membandingkan diriNya bersama para rasul dengan tindakan yang dilakukan oleh Daud dan rombongannya (Mat 12:3-4 dan 1Sam 21:1-6).
Kemudian di bab yang sama orang-orang saling bertanya, “Ia ini agaknya Anak Daud?” (Mat 12:23), dan Yesus menjawab, “Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Mat 12:28).
Injil-injil dengan jelas menunjukkan jati diri Yesus sebagai “Anak Allah” dan    sebagai “Anak Daud”, sebagai raja dan seorang yang diurapi. KerajaanNya adalah jelas Kerajaan Allah, tetapi juga Kerajaan Daud. Karena pemerintahan Yesus, menunjukkan ciri-ciri yang konsisten dari Kerajaan Daud.

3. Anak Daud itu adalah “Kristus”. Tentu saja “Kristus” lebih disukai sebagai sebutan Yesus sejak kalimat pertama PB dan seterusnya. Memang Yesus adalah “ Kristus (=Dia yang diurapi) Tuhan” (Luk 2:26), suatu sebutan yang hanya digunakan untuk raja-raja dalam PB.

4. Wangsa keluarga Daud terkait terus dengan Yerusalem.  Tempat-tempat pelayanan Yesus memuncak di Yerusalem (diadili, disiksa dan mati). Dalam Injil jelas tertulis bahwa Sabda Allah akan menyebar dari Yerusalem hingga ke ujung-ujung dunia (Luk 24:47)

5. Kerajaan juga terkait dengan Kenisah. Injil Lukas bermula dari Kenisah, masa kecil Yesus ditempatkan disana. Dalam sebagian besar Injil Ia sedang dalam perjalanan menuju ke Yerusalem (Luk 9:51-19:27), dan titik puncaknya ketika Ia sampai ke Yerusalem dimana ia menyucikan dan mengajar di dalam Bait Allah (Luk 19:45-21:38)

6. Raja keturunan Daud akan memerintah kedua belas suku Israel dan juga segala bangsa. Dalam Injil menunjukkan dengan berbagai tanda bahwa Yesus bermaksud memulihkan kesatuan kedua belas suku.
-   Mengangkat kedua belas rasul dan berjanji akan menjadi hakim atas “kedua belas suku-suku Israel” (Luk 22:30)
-   Nabi perempuan bernama Hana dari suku Asyer mewakili suatu sisa umat yang setia dari suku-suku utara yang “hilang” (Luk 2:36)
-   Yesus memperoleh pengikut (Luk 19:37) dalam jumlah besar dari tanah-tanah Israel yang bersatu dengan mengajar di Galilea, Samaria dan Yudea. Dengan memasuki Yerusalem, ia membentuk suatu kerajaan yang bersatu kembali. Namun kerajaan Kristus meliputi segala bangsa.
-   Simeon menyatakan bahwa Kristus akan menjadi “terang yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa lain” (Luk 2:32)
-   Lukas melacak silsilah Yesus hingga sampai pada Adam, bukan hanya pada Abraham saja.
-   Silsilah Matius dimulai dari Abraham, namun berpusat pada kerajaan Daud. Ada empat titik yang ditentukan yaitu Abraham,  pemerintahan Daud, jatuhnya dinasti Daud dalam pembuangan ke Babilonia dan kedatangan Yesus. Matius memadatkan generasi-generasi hingga dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, masing-masing terdiri dari empat belas tingkatan (angka yang dalam bahasa Ibrani menunjukkan nama Daud = DVD). Dalam bahasa Ibrani, seperti dalam Latin, huruf-huruf dapat dijadikan angka. Maka silsilah anak Daud berulang kali menekankan identitas dengan keluarga kerajaan.
-   Yesus menyembuhkan bangsa-bangsa lain dan bangsa Yahudi (Luk 7:1-10)
-   Ia meramalkan bahwa “orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah” (Luk 13:29)
-   Ia memerintahkan agar dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa disampaikan kepada segala bangsa, melalui Yerusalem (Luk 24:47)

7.   Kerajaan Daud itu kekal untuk selama-lamanya. Malaikat Gabriel menyatakan kepada Maria bahwa Yesus “akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya, dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan” (Luk 1:33)   

Sekarang kita masuk ke tiga sifat sekunder dari Kerajaan Daud yang dipenuhi dalam PB dalam Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus:

8. Maria tampak sebagai Ibu Suri ketika ia memberi nasehat kepada putranya yang adalah raja (Yoh 2:3), ketika ia bersama dengan putranya menerima kedatangan utusan-utusan terhormat dari negeri asing dan persembahan mereka (Mat 2:11) dan ketika ia berdiri di dekat tahta anaknya bersama dengan kedua belas menteri kerajaan (=para rasul) (Yoh 19:25, Kis 2:14)

9. Yesus menunjuk Petrus sebagai Perdana Menteri dengan menggunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam pengangkatan “pengurus” yang “mengatur rumah tangga Daud” sebagai “kepala istana” (Mat 16:19, Yes 22:15-25). Raja melimpahkan wewenang kekuasaan secara simbolis dengan kunci-kunci kerajaan.

10.   Yesus memperbaharui Persembahan Syukur atau todah dengan mempersembahkan roti dan anggur, eucharistia (=Ekaristi). Kapan saja kita menemukan Yesus sedang memecah-mecah roti, Ia selalu mengucap syukur (Luk 24:30-35, Yoh 5:11)
Tidak lebih dari 100 orang di USA yang membenci Katholik, tetapi ada berjuta-juta orang yang membenci karena kesalahpahaman mereka mengenai Gereja Katholik - Ven. Archbishop Fulton Sheen

Offline Heylene

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 30
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katholik
Re: Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katolik) dalam PB
« Reply #3 on: August 27, 2012, 11:24:37 AM »
Part IV

Tak seorangpun yang percaya kepada Injil akan menyangkal bahwa orang-orang sezaman dengan Yesus menunggu seorang raja-mesias dari Wangsa Daud. Tak seorangpun yang percaya kepada Injil akan menyangkal bahwa Yesus menyatakan diriNya sendiri sebagai raja dari Kerajaan Daud yang dinantikan.

Jika Yesus seorang raja dalam tradisi Daud, maka KerajaanNya dalam arti tertentu haruslah suatu kerajaan dalam tradisi Daud juga—Kerajaan Daud.

Kerajaan Allah dari Yesus bukanlah bentuk baru atau pengganti dari kerajaan yang kekal yang diciptakan melalui perjanjian dengan Daud. Kerajaan Yesus adalah kerajaan yang dahulu itu dan yang sekarang kerajaan itu dibawa kepada kepenuhannya. Sebab hanya kerajaan Daudlah yang disebut “Kerajaan Yahwe”, “Kerajaan Tuhan” (1Taw 28:5). Para pengarang PL memahami bahwa pemerintahan dinasti Daud didasarkan atas perjanjian ilahi dimana anak Daud juga dinyatakan sebagai Anak Allah (2Sam 7:14, Mzm 2:7).

Karena itu, Kerajaan Daud merupakan manifestasi dari pemerintahan Allah atas seluruh bumi—yaitu pemerintahan Allah yang kekal atas Israel dan bangsa-bangsa.

Nah, dimanakah kerajaan itu setelah sekian tahun kenaikan Yesus ke surga?


Gerejalah Kerajaan Itu


Ahli KS modernis Alfred Loisy meramalkan bahwa ia sendiri akan kehilangan iman dengan perkataan yang sinis: “Yesus mewartakan kerajaan, tapi yang muncul adalah Gereja”.

Namun Loisy tidak bicara bagi dirinya sendiri. Pada akhir abad ke-19 pemikiran tentang Gereja yang berdampingan dengan kerajaan adalah biasa dalam kalangan para ahli tertentu.

Pertimbangkanlah sikap kekecewaan yang mendalam dari para rasul setelah kematin Yesus: “Padahal kami dulu mengharapkan bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel” (Luk 24:21)

Mereka mengharapkan pembebasan itu terjadi dengan cara militer dengan merebut kembali kedaulatan negeri atau dengan campur tangan ajaib dari Surga. Pembebasan yang menuntut penderitaan, kematian dan kegagalan tidak diharapkan oleh mereka. Ketika mereka berdoa untuk kerajaan, mereka tidak berpikir sama sekali mengenai Gereja. Namun inilah yang mereka dapatkan.


Selama berabad-abad, orang Yahudi menyatakan “kegagalan” Yesus untuk menghasilkan kerajaan yang diharapkan itu sebagai bukti yang jelas untuk melawan pernyataan-pernyataan jemaat Kristiani.

Orang penyembah dewa-dewa menentang Kekristenan dengan garis argumentasi yang sama (Celsus, filsuf pengikut Plato yang hidup di Roma pada masa pemerintahan Kaisar Antonius di abad ke-2. Yulianus, kaisar Roma—361-363—yang meninggalkan kekristenan dan mendorong reinaissance kekafiran pada abad ke-4).

Namun pada abad ke-19 dan 20 malah orang Kristen tertentu menyatukan suara dengan mereka (orang Yahudi dan kafir) menjadi panduan yang aneh. Alfred Loisy dan seorang Jerman FC Baur menyatakan bahwa Paulus-lah yang mendirikan Kristianitas seperti yang kita kenal sekarang, untuk mengakomodasi tidak munculnya Kerajaan yang diwartakan itu.

C.I. Scofield yang beraliran dispensasional malah membuat argumen: Yesus menawarkan kerajaan kepada orang Yahudi, tapi mereka menolak Yesus, maka Yesus mendirikan Gereja, sebagai “kurung besar” diantara pelayanan Yesus dan kerajaan yang sebenarnya yang masih akan datang, yang belum akan datang sampai terjadinya kiamat.

Pada hari-hari sesudah kebangkitan Kristus, salah seorang murid bertanya: “Tuhan, pada masa ini maukah Engkau memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis 1:6). Sesudah sekian tahun lamanya, ada murid-murid yang tidak dapat menerima kesenjangan antara janji Allah dan apa yang didapatkan oleh umat Kristiani.

Namun perlu kita pertanyakan, apakah masalah ini lebih bersangkutan dengan penyelenggaraan Tuhan ataukah dengan harapan manusia?

Mari kita lihat dengan lebih teliti:

Kisah Lukas mengenai Perjamuan Terakhir merupakan teks kunci untuk menghubungkan identitas Yesus sebagai raja, “Anak Daud” dengan Gereja sebagai “Kerajaan Allah” dan tradisi Daud.

Di meja perjamuan itu Yesus menempatkan para rasul sebagai wakil-wakil pengurus, yaitu orang-orang yang sejak itu melaksanakan kuasa dalam namaNya. Dalam Kisah Para Rasul—yang juga ditulis oleh Lukas—kita lihat para Rasul melaksanakan kuasa yang diberikan Yesus kepada mereka, ketika mereka memimpin seluruh Gereja.

Lukas memadukan gambaran tentang kerajaan dengan kebersamaan dalam meja perjamuan. Para ahli menemukan sepuluh kali perjamuan dalam Lukas, yang semuanya dapat dipandang sebagai penggambaran awal dari Perjamuan Mesias yang dinubuatkan oleh para nabi PL (Yes 25:6-8, Za 8:7-8.19:23).

Terutama sangat jelas dalam perjamuan-perjamuan yang diadakan Mesias sendiri:
1.   Pemberian makan 5000 orang (Luk 9:10-17)
2.   Perjamuan Makan Malam Terakhir (Luk 22:7-28)
3.   Perjamuan Makan di Emaus (Luk 24:13-35)

Dalam tiga peristiwa ini dikatakan bahwa rotinya dipecah-pecahkan, ungkapan yang juga digunakan dalam Kis 2:42.46, 20:7.11, 27:35)

Motif-motif Kerajaan membedakan ketiga acara makan itu:
1.   5000 ribu orang semuanya “puas dikenyangkan” dan sisanya 12 bakul penuh (Luk 9:17), menggambarkan kepenuhan dari 12 suku Israel di bawah Anak Daud (1Raj 4:2-, 8:65-66)
2.   Perjamuan Makan Malam Terakhir sangat dekat hubungannya dengan kerajaan yang akan datang (Luk 22:16.18.29-30)
3.   Acara makan berikutnya di Emaus diawal dengan pernyataan muridNya bahwa mereka berharap Yesuslah yang akan memulihkan kerajaan Daud (Luk 1:68-69)


Dalam membagikan santapan, Yesus bertindak seperti raja leluhurNya. Daud menyatakan kesetiaan pada perjanjian melalui kebersamaan dalam meja perjamuan raja (2Sam 9:7.10.13, 1Raj 2:7).

Mazmur-mazmur Daud menggunakan gambaran makan dan minum untuk merayakan penyelenggaraan Allah, dan para nabi melukiskan pemulihan kota Daud (Yes 25:6-8, Yer 31: 12-14) dan pejanjian Daud (Yes 55:1-5) dengan gambaran pesta.Dalam Yehezkiel peran utama “gembala” dalam tradisi Daud adalah “menggembalakan/memberi makan” Israel (Yeh 34:23)

Maka ketika Yesus berkata kepada para rasul, dia menunjukkan karakter raja sejati (Luk 22:15-18). Disini Yesus menekankan bahwa Perjamuan itu berkaitan dengan kerajaan dan kedatanganNya dan kerajaan itu sekarang sedang datang. Ia mengaitkan kerajaan itu dengan makan dan minum, seperti yang dilakukanNya dalam beberapa ayat berikutnya, ketika Ia meyakinkan para murid bahwa mereka akan “makan dan minum...dalam kerajaanKu” (Luk 22:30).

Kedua pernyataan ini merupakan pigura kisah Perjamuan itu, dan ada suatu janji di dalamnya: makan dan minum bersama Yesus akan merupakan perwujudan kehadiran kerajaan. Beberapa hari kemudian, ketika Yesus telah bangkit makan bersama para murid, saat-saat itu memberikan jaminanNya bahwa kerajaan sungguh hadir.
Tidak lebih dari 100 orang di USA yang membenci Katholik, tetapi ada berjuta-juta orang yang membenci karena kesalahpahaman mereka mengenai Gereja Katholik - Ven. Archbishop Fulton Sheen

Offline Heylene

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 30
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katholik
Re: Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katolik) dalam PB
« Reply #4 on: August 27, 2012, 02:55:52 PM »
Part V:

Kabar Terbaru

Jika janji Yesus merupakan pigura bagi ceritanya, maka yang menjadi titik pusat adalah yang disebut “narasi tentang institusi/penetapan”. Yesus, raja dan mesias, menyamakan diriNya sendiri dengan roti yang dipecah-pecahkan dan anggur:

“Inilah tubuhKu... cawan ini adalah perjanjian oleh darahKu” (Luk 22:19-20).

Kemudian kita mendengar perintah Yesus untuk mengulang perjamuan ini (dalam kisah Lukas dan Paulus) “sebagai peringatan” akan Dia.

Perintah inilah yang disebut suatu narasi institusi/penetapan. Tanpa perintah ini, tidak akan ada yang diinstitusikan/penetapan:
1.   Yesus melakukan makan malam sebelum kematianNya
2.   Yesus memerintahkan agar Para Rasul melakukan kembali perjamuan ini ketika Dia sudah tidak lagi hadir ditengah-tengah mereka
3.   Cerita tentang Perjamuan Malam terakhir MENJADI DASAR dari suatu tindak kegiatan Gereja seperti yang kita lihat dalam
   Kis 2:42. 46; 20:7.11; 27:35


Ada yang berkata bahwa Yesus menggunakan roti dan anggur “sebagai kiasan” untuk menjelaskan pengorbanan yang akan dilaksanakanNya, dan ini menjadi tidak berguna seandainya demikian. Karena justru darah dan anggur itu yang memerlukan penjelasan, bukan kematianNya. Kata-kata Yesus bukanlah suatu penjelasan atau suatu ajaran tapi merupakan suatu “pernyataan-tindakan”, seperti “Hendaklah ada terang” atau setiap ucapan janji yang dinyatakan Allah.
Perkataan Yesus bukan datang SETELAH suatu kejadian, tetapi ucapan itulah yang menimbulkan peristiwanya.


Dan yang tersirat dalam Perjamuan Terakhir dipertegas dalam cerita di jalan Emaus, ketika Tuhan yang hadir dan kelihatan lalu lenyap menghilang ketika roti yang telah dipecah-pecahkan itu dibagikan (Luk 24:31).

Mengapa bisa? Karena berdasarkan Luk 22:19, kehadiran Tuhan kita identik dengan roti itu. Maka raja mesias itu “dikenali” oleh murid-muridNya “waktu memecahkan roti” (Luk 24:35).

Kemudian, Lukas mengaitkan pengalaman liturginya sendiri dengan Perjamuan Malam Terakhir Yesus dengan memasukkan dirinya sendiri diantara mereka yang berkumpul bersama pada hari pertama dalam pekan itu untuk “memecahkan roti” (Kis 20:7)

Dalam kisah Perjamuan Malam Terakhir dan Emaus, umat Kristiani—sepanjang sejarah—tahu bahwa Kristus yang telah bangkit sungguh-sungguh hadir dalam roti yang dipecahkan bersama-sama. Dimana ada Ekaristi, disitu sang Raja berada, dan dimana sang Raja berada, disitu hadir KerajaanNya.


Baru dan Lebih Baik


Dalam Injil Lukas Yesus menyebut cawan Ekaristi sebagai “darah Perjanjian Baru” (Luk 22:20). Yesus tentu mengingat kata-kata Musa dalam Kel 24:6-8, “Inilah darah perjanjian”.

Namun Yesus menggabungkannya dengan perkataan Yeremia—jauh di kemudian hari—yang menyuarakan janji Allah:

“Sesungguhnya akan datang waktunya, kata Tuhan, Aku akan mengadakan perjanjian yang baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda” –Yer 31:31
“Perjanjian Baru” yang dikatakan Yeremia berbeda dari perjanjian Sinai yang telah diingkari (Yer 31:32). Yeremia menjelaskan (Yer 31:30-33) bahwa “perjanjian baru” itu akan mencakup suatu hubungan yang lebih akrab dengan Tuhan (Yer 31:33-34) ditambah dengan penyatuan lagi kerajaan yang telah pecah (Yer 31:31) dan pemulihan Keluarga Daud (Yer 30:9; 33:14-26), serta pemulihan perjanjian Daud (Yer 33:19-21).


Inilah berita besar nan baru: Semuanya itu tercakup dalam perkataan Yesus sehubungan dengan institusi/penetapan di atas

Dikaitkan dengan perjanjian itu, Yesus menandai santapan itu sebagai santapan “pembaruan perjanjian”, sebagaimana Paskah merupakan santapan “pembaruan perjanjian” antara Allah dengan Musa.  Ketika jemaat Kristiani mengambil cawan Ekaristi, mereka menegaskan tempat mereka di dalam perjanjian itu: perjanjian yang memperbarui dan mentransformasi perjanjian Daud.

Dalam kerajaan yang diperbarui, Yesus membagikan kuasaNya dengan Para Rasul, namun ini dilakukan setelah ia mengoreksi pemahaman para murid yang keliru tentang kerajaan dan kekuasaan (Luk 22:28-30).

Yesus berkata kepada mereka: “Aku menentukan hak-hak kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa menentukannya bagiKu” (Luk 22:29). Kata “menentukan” dalam bahasa asli Yunaninya adalah  “diatithemai” yang terjemahan harafiahnya ”membuat janji”.

Maka bila mau diterjemahkan secara konsisten menjadi: “Aku menjanjikan hak-hak kerajaan bagi kamu, sama seperti yang dijanjikan Bapa bagiKu, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam kerajaanKu, dan kamu akan duduk di atas tahta untuk menghakimi kedua belas suku Israel” (Luk 22:29-30)

Penjelasan mengenai kata kerja tampak kecil, namun sungguh-sungguh menambahkan suatu unsur yang mengagumkan pada daftar hak-hak khusus yang sudah hebat dalam tradisi Daud yang disampaikan Yesus kepada Para Rasul:
Tahta, suku bangsa, hubungan bapa-anak, meja perjamuan raja – dan kini suatu perjanjian.

KS telah menyatakan kepada kita tentang satu-satunya kerajaan yang didirikan atas suatu perjanjian dengan Allah: kerajaan Daud (Mzm 89:3-4, 28-37). Hanya kerajaan Daudlah yang menikmati ikatan kekeluargaan dengan Allah sendiri. Dan oleh Yesus perjanjian itu diperluas ketika Ia memperbaruinya.

Luk 22:29 menjadi jelas: karena Yesus adalah Anak Daud, Dia adalah pewaris yang sah atas perjanjian Daud dan atas tahtanya.

Allah “menjanjikan” bagiNya suatu kerajaan. Maka oleh Yesus melalui “perjanjian baru oleh darah[Nya]” juga menjanjikan kepada para rasul kerajaan yang sama.

Ini bukan janji suatu suatu peanugerahan nanti (kalimat masa depan, future tense), melainkan suatu DEKLARASI, pernyataan suatu peanugerahan (kalimat masa sekarang, present tense).

Namun Yesus belum melepaskan kerajaan itu sepenuhnya. Ia terus menyebutkan “kerajaanKu”, jadi Para Rasul BUKAN menggantikan Dia. Tapi ikut berperan serta di dalam posisiNya sebagai raja maupun sebagai imam.

Maksud utama Yesus dari perjanjian baruNya, adalah membolehkan para rasul “makan dan minum semeja di dalam kerajaanKu”. Yesus BERBAGI pelaksanaan kuasa di dalam kerajaanNya dengan mereka yang berbagi dengan tubuhNya, perjanjianNya, hidupNya. Dan tanda yang membedakan kuasa itu adalah PELAYANAN. Yesus tidak duduk, melainkan melayani yang lain.

Tanda kerajaan itu adalah makan dan minum di meja raja. Perhatikan, Para Rasul sudah makan dan minum semeja bersama Yesus dalam Perjamuan Malam Terakhir dan Ia tidak membubarkan acara itu sampai suatu ketika di masa depan nanti. Tanda kerajaan itu sudah ada, sekarang, di Ruang Atas (senakel).

Artinya kerajaan sudah hadir dalam makan dan minum Ekaristis. Dan kehadiran kerajaan berlanjut ketika Para Rasul memecahkan roti sebagai kenangan akan Yesus, Perayaan Ekaristi mewujudkan kerajaan itu.

Kerajaan dan Ekaristi terjalin erat: kerajaan Allah adalah suatu kerajaan Ekaristis.

Yesus adalah pewaris perjanjian Daud dengan Allah. Dia adalah raja kekal bagi Israel dan bangsa-bangsa (Luk 1:32-33). Ia memberlakukan suatu perjanjian baru diantara Dia dan para muridNya, memperluas hak-hak khusus yang diberikan Allah itu melampaui wangsa keluarga Daud, kepada semua RasulNya.

Para Rasul, seperti Kristus, kini adalah pewaris kerajaan Daud. Dan karena mereka itu ahli waris, mereka menikmati hak-hak khusus dari anak-anak Allah: makan di meja raja dan duduk di tahta kerajaan, menghakimi kedua belas suku

Itulah tentang kerajaan Daud, juga menyangkut kerajaan Allah. Itu semua berkenaan dengan Gereja. Dan itu semua berkenaan dengan Anda dan saya.

Kristus telah membuatnya jelas: kerajaan Allah adalah Gereja, dan milik anak-anak Allah. Karena “anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging” (Ibr 2:4) Sang Raja yang Agung.
« Last Edit: August 27, 2012, 02:58:15 PM by Heylene »
Tidak lebih dari 100 orang di USA yang membenci Katholik, tetapi ada berjuta-juta orang yang membenci karena kesalahpahaman mereka mengenai Gereja Katholik - Ven. Archbishop Fulton Sheen

Offline Heylene

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 30
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katholik
Re: Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katolik) dalam PB
« Reply #5 on: August 27, 2012, 03:28:53 PM »
Part VI

Tindak Lanjut

Apa artinya bagi Gereja?

Janji Yesus mengenai warisan dan pemerintahan terpenuhi ketika Para Rasul melaksanakan kuasa dalam Gereja. Janji meja kebersamaan terpenuhi paling awal: dalam perjanjian pasca-kebangkitan dengan Yesus dan kemudian di dalam praktek Ekaristi yang terus berlanjut dalam Gereja.

Dalam ayat-ayat awal Kisah Para Rasul (Kis1:3.6), pokok pembicaraan Yesus dengan Para Rasul selama 40 hari adalah tentang Kerajaan Allah. “Kerajaan” akan tetap merupakan tema sentral di seluruh kitab yang diakhiri dengan Paulus yang mewartakan Kerajaan Allah di Roma (Kis 28:1).

Kis 1:4 membuat hubungan yang kini akrab antara kerajaan dan makan-minum—perjamuan mesianis—ketika dikatakan Yesus mengajar mereka dalam kurun 40 hari yang dikatakan [dalam bahasa aslinya] “sambil menjumput garam”.
“Sambil menjumput garam” adalah bahasa ‘gaul/slang’ waktu itu yang artinya “makan bersama”.

Ketika para murid bertanya kepada Yesus, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis 1:6), mereka merujuk pada janji Yesus dalam Luk 22:30, “kamu akan duduk di atas tahta”. Para Rasul itu menagih, “kapankah kami akan menerima kuasa yang Engkau janjikan kepada kami?”
Yesus melemahkan pemikiran mereka tentang penetapan waktunya (Kis 1:7), Ia juga menguraikan caranya dengan mana kerajaan akan dipulihkan, yaitu melalui kesaksian dari para Rasul yang dijiwai oleh Roh Kudus di seluruh bumi (Kis 1:8).
Yesus menguraikan misi mereka secara geografis, “ di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria sampai ke ujung bumi”.  Membantu kita mengenali perhatian seluruh kitab ini atas penyebaran kerajaan (bandingkan dengan Kis 28:31).

Di lain pihak, uraian ini juga merupakan peta dalam tradisi Daud yang mencerminkan geografi teologi dari janji Allah mengenai luasnya kerajaan Daud.

Yerusalem adalah kota Daud (2Sam 4:6-10), Yudea adalah tanah dari sukunya (2Sam 5:5; 1Raj 12:21), Samaria mewakili Israel utara, bangsa Daud (1Raj 12:16) dan ujung bumi mewakili bangsa-bangsa lain (bandingkan dengan Yes 49:6), negeri yang ditaklukkan Daud (Mzm 1:7-8; 72:8-12; 89:25-27)

Namun para rasul masih belum mengerti apa yang dikatakan Yesus. Mereka tidak tahu bahwa Yesus hendak mentransformasikan harapan mereka tentang suatu kerajaan duniawi yang bersifat nasil menjadi realisasi suatu kerajaan yang bersifat INTERNATIONAL, UNIVERSAL, KATOLIK—suatu kerajaan yang terwujud di dunia, namun pada dasarnya surgawi.

Roh Kudus masih harus dicurahkan lebih dahulu sebelum para rasul dapat memahami kerajaan hasil transformasi itu. Maka, hanya sesudah para murid menerima kekuatan dari Roh Kudus sajalah mereka dapat menjadi saksi yang sejati (Kis 1:8)

Di antara janji tentang Roh Kudus (Kis 1:8) dan Pentakosta (Kis 2:1-4), Lukas mencatat pemulihan lingkup Keduabelasan melalui pengganti Yudas dengan Matias. Begitu Keduabelasan itu dimantapkan kembali, peristiwa Pentakosta menandai pemulihan Israel sebagai suatu kerajaan di bawah Anak Daud dan permulaan pemerintahan Rasul sebagai WAKIL-WAKIL (WALI) atas kerajaan itu.

Lukas menunjukkan pemulihan kerajaan yang telah dijanjikan itu. Bukan hanya keseluruhan Keduabelasan (dan mungkin sekali keseratus duapuluh) “berkumpul di suatu tempat” (Kis 2:1), dengan demikian mewakili suatu inti Israel yang dipulihkan, dan juga menyampaikan pesan mereka kepada “orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit” (Kis 2:5). Lukas menyebutkan nama bangsa-bangsa itu (Kis 2:9-11). Dalam sekejap saja, karya para Rasul menjungkirbalikkan akibat dari pembuangan dan keterpencaran suku-suku.

Dengan demikian nubuat Yoel (Yl 2:28-32) dan lain-lain terpenuhi, Israel dipulihkan, namun belum secara tuntas—karena Gereja masih harus berkembang lebih besar lagi—namun setidaknya secara mendasar.

Tuhan telah menghimpun anak-anak Israel yang tersebar. Dan bagi umat pilihan itu, berada dalam himpunan kesatuan merupakan makna utama dari keselamatan.

Dalam Kisah Para Rasul, kita melihat Israel yang telah diperbarui itu mempunyai suatu bentuk dan struktur tertentu, bukan sebagai konfederasi suku-suku seperti di Sinai dulu, melainkan dari kedua belas suku yang berada di dalam kerajaan Daud.

Kotbah Rasul Petrus yang dipenuhi Roh Kudus dalam kesaksiannya menekankan:
1.   kesetiaan dalam tradisi Daud kepada Yesus Kristus (Kis 2:36).
2.   kepada himpunan Israel perantauan bahwa Yesus adalam penggenapan dari perjanjian Daud (Kis 2:30)
3.   pemenuhan atas nubuat Daud sendiri (Kis 2:25-28.34-35).
4.   menerapkan untuk Yesus kutipan dari Mazmur pentahtaan raja (Mzm 110)
5.   Yesuslah yang sekarang duduk di tahta surga (“ditinggikan oleh tangan kanan Allah”) dan telah mencurahkan Roh Kudus atas para rasul seperti yang disaksikan oleh banyak orang (Kis 2:33)
6.   Yesus sekarang memerintah di surga, dan hasil pemerintahanNya kini nyata dalam peristiwa-peristiwa yang “kamu lihat dan dengar di sini” (Kis 2:33)

Ketika para pendengar menerima fakta bawah Yesus adalah raja dalam tradisi Daud—dan demikian mengakui pemerintahanNya atas diri mereka—mereka menyatukan diri dengan Gereja melalui baptis (Kis 2:41-42; 4:32; 5:11).

Yang penting untuk diperhatikan bahwa kerajaan Daud bukan hanya dipulihkan, tetapi diubah juga:
1.   Anak Daud bukan bertahta di Yerusalem dunia, tapi di Yerusalem surgawi “ditinggikan oleh tangan kanan Allah”
2.   Kerajaan itu terangkat dari dunia ke surga, walaupun terus menyatakan dirinya di bumi sebagai Gereja
3.   Kerajaan itu—Gereja—berada sekaligus di dunia dan di surga
4.   Rajanya bertahta di surga, tapi para menteriNya (para rasul) aktif di bumi
5.   Raja surgawi itu dipersatukan dengan para pejabat duniawi dan rakyatNya oleh Roh Kudus dan melalui sakramen-sakramen, terutama Baptis dan Ekaristi (Kis 2:38-42)

Tidak lebih dari 100 orang di USA yang membenci Katholik, tetapi ada berjuta-juta orang yang membenci karena kesalahpahaman mereka mengenai Gereja Katholik - Ven. Archbishop Fulton Sheen

Offline Heylene

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 30
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katholik
Re: Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katolik) dalam PB
« Reply #6 on: August 27, 2012, 03:51:02 PM »
Part VII:

Kerajaan Daud mendapatkan pemenuhan historisnya di dalam Gereja Katolik.
[catatan: ayat-ayat lain yang dapat menegaskan identitas Kerajaan Daud dan Gereja, ada pada Kis 15 dimana Yakobus memperkuat keputusan konsili untuk merangkul pertobatan bangsa lain dengan mengutip Am 9:11-12 yang berbunyi. “Pada hari Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh, supaya semua orang lain dapat mencari Tuhan dan segala bangsa yang tidak mengenal Allah menjadi milikKu”. “Pondok” atau “kediaman Daud” yang disebut oleh Amos adalah kerajaan Daud, yang pada masa kejayaannya meliputi Edom (Am 9:12a) dan bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan (Ammon, Moab, Aram, dsb), yang mungkin “segala bangsa yang kusebut milikKu” (Am 9:12b).
Dengan kata lain Yakobus memperhatikan bahwa kerajaan Daud dulu merupakan kerajaan yang meliputi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan dan Amos menubuatkan bahwa hal ini akan dipulihkan pada akhirnya.  Yakobus memahami nubuat Amos itu dipenuhi—yaitu pemulihan kerajaan Daud—dengan penerimaan bangsa-bangsa yang dulu tidak mengenal Allah ke dalam Gereja seperti yang dikatakan oleh Simeon sebelum konsili.

David W. Pao, Acts and the Isaianic New Exodus, Tubingen: Mohr Siebeck, 2000, hal. 138:
“Janji untuk membangun kembali dan memugar kerajaan Daud itu secara eksplisit dinyatakan pada suatu titikd alam narasi Kisah Para Rasul yang memusatkan perhatian pada penentuan umat Allah. Kutipan dari Amos dalam Kis 15 menunjukkan bahwa... perkembangan komunitas Kristiani perdana juga dipahami dalam paradigma antisipasi atas kerajaan Daud. Fokus Kristologi dari tradisi Daud niscaya dilengkapkan oleh fokus eklesiologis”]

Namun kerajaan itu juga sedang mengalami peralihan dari situasi duniawi ke dalam yang surgawi. Yerusalem duniawi dan Kenisahnya kendati sungguh dihormati oleh Lukas, tidak mungkin menjadi pemenuhan kerajaan yang sepenuhnya (Kis 7:48-50; Luk 21:6). Petrus menjelaskan bahwa pemerintahan Yesus sekarang ini bukan dari Yerusalem duniawi, melainkan dari Yerusalem Surgawi (Kis 2:33). Sekalipun begitu, pemerintahanNya itu sendiri menyatakan diri di dalam realitas dunia melalui apa yang dapat “didengar dan dilihat” (Kis 2:33).

Kerajaan Daud yang diperbarui, yang darinya Gereja merupakan perwujudan yang tampak, berada sekaligus di surga dan di bumi, karena warganya berpindah dari situasi yang satu (dunia) ke situasi yang lain (surga). Namun keseluruhan kerajaan—keseluruhan Gereja—dipersatukan oleh Roh Kudus yang tinggal di dalamnya dan dengan perayaan Ekaristi. Di situ sang Raja hadir, kerajaanNya mewujud dan warganya yang duniawi ikut ambil bagian dalam perjamuan mesias abadi dari raja surgawi.


Harta Netto: Padang Impian

Semuanya jadi baru sekarang. Namun semuanya dulu sudah ada, sebagai benihnya, pada zaman Daud. Ahli KS abad 21, Raymond Brown, menunjukkan bahwa kesatuan kerajaan Israel di bawah Daud tetap merupakan institusi Israel satu-satunya yang paling relevan untuk mempelajari Gereja hari ini:

“ Kisah Daud itu mengemukakan semua kekuatan dan kelemahan pada permulaan pelembagaan kerajaan menjadi keagamaan bagi umat Allah...Kerajaan yang didirikan oleh Daud...merupakan paralel terdekat dari Perjanjian Lama pada Gereja dari Perjanjian Baru... Untuk membantu orang Kristiani mengambil keputusan [mengenai Gereja] berdasarkan KS, niscaya sangat membantu jika mereka tahu tentang Daud dan kerajaannya, yang adalah juga kerajaan Allah dan yang raja-rajanya, kendati dengan segala ketidaksempurnaannya, dijanjikan oleh Allah menjadi “anak-anak”Nya (2 Sam 6:14). “

Dan ketidaksempurnaan yang sama tentu saja dapat kita lihat pada Gereja. Semua pemerintahan duniawi tidak sempurna, sebagaimana Daud dan Petrus juga. Namun Gereja ini, dengan segala ketidaksempurnaannya, adalah satu-satunya Gereja yang cocok baik dengan kerajaan yang dijanjikan Yesus dan dengan “perumpamaan kerajaan” yang diceritakan Yesus dalam Injil Matius.[/b]

Dengan 7 perumpamaan (dalam Injil Matius) , Yesus menyiapkan para muridnya untuk mengakui kerajaan surga dan untuk mengakui bahwa kerajaan di dunia ini bisa merupakan campuran antara baik dan buruk—sama seperti kerajaan Daud yang asli. Jadi seumpama ladang yang ditaburi baik benih gandum maupun ilalang, suatu kolam dengan ikan yang baik dan sampah.
[catatan: Kata kerajaan muncul sekitar 60x dalam Injil Matius, sama banyaknya dengan Injil Lukas, sedang dalam Markus 30x. Sulit memastikan maknanya. Biasanya kata itu bukan berarti suatu kerajaan yang jauh dari dunia, suatu kerajaan di langit, suatu kerajaan pada akhir zaman, kerajaan Allah yang terakhir sesudah penghakiman terakhir, kerajaan di mana Kristus dengan mulia akan memerintah di antara para malaikat dan para kudus, tetapi kerajaan kebenaran dan rahmat, yang didirikanNya di dunia, yaitu Gereja Katolik.
Ada beberapa perumpamaan yang cocok:
1.   Kerajaan itu seperti lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh. Tetapi di surga tidak ada lagi orang yang bodoh. Orang bodoh hanya ada di dunia.
2.   Kerajaan itu seperti suatu ladang di mana ada benih gandum dan lalang, tetapi Kristus sendiri menjelaskan ‘ladang itu ada di dunia ini’. Kerajaan itu seperti menebarkan jala di laut, menangkap ikan yang baik dan yang buruk, tetapi ungkapan itu hanya ada di bumi...

Maka jika kita merenungkan semua perumpamaan di atas, tampak bahwa kerajaan Kristus itu suatu kerajaan manusiawi di dunia walaupun juga bersifat ilahi karena Kristus memerintah di dalamnya, jauh sebelum Ia datang lagi di atas awan surga. Kepada Petrus Ia memberikan kunci-kunci kerajaan itu, agar apa yang dilepaskan Petrus di bumi, terlepas di surga... Jelas bahwa kedatangan Anak Manusia dalam kerajaanNya dengan kuasa berarti pendirian secara jelas dan jaya Gereja Katolik dari Kristus...
JP Arendzen, Men and Manners in the Days of Christ, St. Louis: Herder, 1928, hal 34-35]

Perumpamaan-perumpamaan menjelaskan bahwa kerajaan yang dipulihkan itu terwujud dalam suatu bentuk yang mungkin tidak dikenali oleh banyak orang (Mat 13:11-15. 44-46). Tidak ditandai oleh kemegahan, tentara, penaklukan, kekuatan politik dan kemakmuran ekonomi kerajaan.

Ketika Yesus diperiksa oleh Pilatus (Yoh 18:36), Ia tidak mengatakan bahwa kerajaanNya tidak ada di dunia, tapi kerajaanNya tidak memperoleh kekuasaannya dari pedang atau persenjataan maupun dari suara mayoritas partai politik di dunia. Ia mendapat kuasa rajawiNya dari BapaNya di surga. Kerajaan itu bukan seperti yang dibayangkan oleh Kayafas atau Pilatus atau siapapun yang sejaman dengan mereka.

Dari perumpamaan tentang Kerajaan, dapat disimpulkan bahwa Yesus mendirikan suatu kerajaan di dunia bersamaan dengan kedatanganNya dulu. Pada abad ke-4, St. Agustinus menyatakan: “Gereja kini sudah merupakan Kerajaan Kristus dan Kerajaan Surga "
Kardinal Charles Journet, teolog modern, menggemakan kembali pernyataan St. Agustinus: “ Kerajaan itu sudah ada di bumi, dan Gereja sudah ada di surga. Mengabaikan nilai yang setara antara Gereja dan kerajaan itu berarti mengabaikan pewahyuan yang penting ini. “

Maka, jika kita tidak memandangnya secara duniawi sekaligus surgawi, kita tidak melihat Gereja (atau kerajaan) seperti yang dikehendaki Yesus. Karena tidak ada dua Gereja (satu di bumi, satunya lagi di surga). Juga tidak ada dua kerajaan (satu di bumi dan yang lain untuk saat ini berada di surga).

Gereja berada dalam dua keadaan, tetapi hanya ada satu Gereja saja. Yaitu satu kerajaan. Seperti yang kita nyatakan dalam Kredo: (hanya ada) Gereja yang SATU, KUDUS, KATOLIK dan APOSTOLIK

Tidak lebih dari 100 orang di USA yang membenci Katholik, tetapi ada berjuta-juta orang yang membenci karena kesalahpahaman mereka mengenai Gereja Katholik - Ven. Archbishop Fulton Sheen

Offline Heylene

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 30
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katholik
Re: Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katolik) dalam PB
« Reply #7 on: August 27, 2012, 04:53:23 PM »
Part VIII:

Kerajaan itu sudah datang, dan kerajaan itu adalah Gereja yang universal, Gereja Katolik, suatu padang dengan gandum dan ilalang, suatu jala dengan ikan yang baik dan yang buruk. Jika Yesus bermaksud mendirikan kerajaan yang sempurna, niscaya Ia tidak akan memasukkan ilalang di dalam ladang, atau ikan yang buruk di dalam jala. Perumpamaan hanya masuk akal jika kerajaan itu adalah Gereja yang kita kenal—satu, kudus, katolik dan apostolik—penuh dengan pendosa, yang sebagian darinya bertobat.
Hanya di surga nanti, pada akhir jaman, kita akan melihat kerajaan yang nyata mulia: “ketika Yesus menyatakan diriNya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya” (1Yoh 3:2). Hingga pada datangnya saat itulah, Dia masih bersama-sama dengan kita dalam kemulianNya, di dalam Gereja, kerajaan Ekaristis. Itu tidak berarti bahwa Dia kurang mulia sekarang ini, namun kitalah yang belum dapat melihat Dia dalam keadaan yang sebenarnya.
[catatan: “ Seperti yang diperlihatkan oleh wahyu kepada kita, Gereja adalah suatu Kerajaan, Kerajaan dimana Allah dalam Kristus menang atas kejahatan dunia, di mana Tuhan meraja atas orang-orang yang sudah berada di sini dibawah Salib Kristus dan kemudian nanti, dengan kemuliaan Kristus. Kerajaan itu tentu saja seperti Rajanya, mempunyai dua tahapan: yang satu sedang sengsara dan dalam perjalanan, dan yang lain sudah dimuliakan dan definitif.
Charles Cardinal Journet, The Theology of the Church, San Francisco: Ignatius Press, 2004, hal. 377]

Bagaimanapun, “sekarang kita adalah anak-anak Allah” (1 Yoh 3:2), berkat perjanjian. Kita adalah anak-anak Allah sesuai dengan “Anak-Allah” dalam tradisi Daud, raja penciptaan. Dan itu merupakan kegembiraan yang sangat besar dari sekarang hingga nanti ketika Putera Daud itu menyembuhkan kita, dan kita dapat melihat (Luk 18:41) dan dengan demikian mengetahui kemuliaanNya.

PL telah menubuatkan dan meramalkan masa kita. Bahkan pada masa Daud, Septuaginta (Kitab Suci PL dalam bahasa Yunani) menyatakan, ketika sang raja-imam menghimpun ibadat kesatuan Israel, ia ikut berhimpun di tengah-tengah ekklesia. Itulah kata yang digunakan PB untuk Gereja. Demikianlah, sang imam-rajawi ada bersama dengan Gereja saat ini. Tapi dimana?

Sekarang mestinya kita terkejut setelah mengetahui bahwa jika kita pergi menghadiri Misa, kita berada di kediaman Raja Daud: “kamu sudah datang ke Bukit Sion”, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem surgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, dan kepada jemaat (ekklesia, Gereja) anak-anak sulung” (Ibr 12:22-23).
[catatan: Berbagai tokoh dari masa Patristik awal (Ephiphanius, Eusebius) menganggap Sion sebagai bukit dimana Ruang Atas/Senakel terletak, dan dimana “bunda Gereja” berada, lolos dari kepungan Titus atas Yerusalem di tahun 70. Ruang Atas di Sion itu dengan demikian mengembangkan suatu simbolisme teologis yang mendalam (rangkap tiga):
1.   Sebagai suatu tempat (dimana Kristus mengesahkan PB dengan menetapkan Ekaristi (Luk 22)
2.   Dimana Kristus yang bangkita pertama kali menampakkan diri kepada para Rasul dan menetapkan Sakramen Pengakuan Dosa (Yoh 20:19-23)
3.   Dimana Roh Kudus turun atas Maria dan Para Rasul pada hari Pentakosta, yang menandai lahirnya Gereja PB (Kis 2)

K. Son, Zion Symbolism in Hebrews: Hebrew 12:18-24 as a Hermenuetical Key to Epistle, Waynesboro:GA; Paternoster Biblical Monograps, 2005]

Walaupun Yerusalem duniawi dan Bait Allahnya sudah hancur hanya selang satu generasi sesudah Yesus naik ke surga, Kristus sendiri memberikan kepada umatNya lebih dari sekedar penghiburan. Ia mewahyukan kepada kita Yerusalem surgawi: “Lalu, di dalam Roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar dan tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari surga, dari Allah. Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah” (Why 21:10-11), Yerusalem baru, yang turun dari surga dari Allahku” (Why 3:12).

Inilah yang terjadi ketika kita merayakan Ekaristi: Yerusalem baru turun dari Surga, Tuhan dan malaikat-malaikatNya mengangkat kita kepada kehidupan yang ilahi. Ketika kita merayakan Misa, kita berhimpun sebagai Gereja dari imam-rajawi, raja kekal, seperti Daud, seorang imam selamanya seperti Melkisedek, Raja Salem, Raja Perdamaian, masih memerintah dari tahtanya di mana roti dan anggur dipersembahkan kepada Allah dalam ucapan syukur, dalam todah, dalam eucharistia. Anak Daud sungguh hadi di antara kita, dan kita sungguh-sungguh hadir di dalam kerajaanNya.

Bukit Sion turun dari Surga! Yerusalem turun dengan rahmat ke tempat dimana kita menghadiri Misa, bahwa dalam suatu kapel yang sederhana sekalipun, bahwa di belakang medan tempur di suatu lapangan terbuka di negeri asing. Kita berada di rumah kita di Bukit Sion itu. Kerajaan surga turun kemanpun kita menghadiri Misa. Di sana kita dilayani oleh para pelayan apostolik, para wakil Kristus, yang ditahbiskan menurut adat apostolik (penumpangan tangan).

Gambaran kerajaan mendominasi kitab Wahyu dalam KS. Disana kita bertemu dengan Yesus sebagai:
1. “yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi” (Why 1:5), mengingatkan perkataan Daud dalam Mzm 89:28, “Aku pun juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung; menjadi yang Mahatinggi di antara raja-raja bumi”. Yesus ini telah “membuat kita menjadi suatu kerajaan” (Why 1:6).
2. Sebilah pedang yang keluar dari mulutNya (Why1:16) merujuk pada tradisi Daud dalam Yes 11:4, “[Tunas yang keluar dari tunggul Isai itu] akan menghajar bumi dengan tongkat yang keluar dari mulutnya dan dengan nafas yang berhembus dari bibirnya ia akan membunuh orang fasik”
3. Dalam Why 5:5 tampil sebagai “singa dari suku Yehuda, yaitu Tunas Daud”. Pemerintahan Kristus dari tradisi Daud bersifat universal dan kekal: “Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapiNya, dan ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya (Why 11:15)
4. Dalam Why 12:1-6, ibunda Kristus (seorang Anak laki-laki yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi, [ayat 5]; lihat Mzm 2:8-9) digambarkan begitu megah rajawi (berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya” (ayat 1), karena memenuhi perannya sebagai ibu suri Israel.


Tidak lebih dari 100 orang di USA yang membenci Katholik, tetapi ada berjuta-juta orang yang membenci karena kesalahpahaman mereka mengenai Gereja Katholik - Ven. Archbishop Fulton Sheen

Offline Heylene

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 30
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katholik
Re: Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katolik) dalam PB
« Reply #8 on: August 27, 2012, 04:56:32 PM »
Part IX:

Lalu bagaimana dengan Alfred Loisy dll yang berpendapat bahwa Gereja adalah pilar dalam yang buruk bagi kerajaan itu? Loisy mencari bukti bahwa Yesus bermaksud mendirikan suatu Gereja, tapi ia tidak cukup mendapatkannya. Namun kita juga dapat bertanya untuk menanggapinya:
Dimana buktinya bahwa Yesus bermaksud menghilangkan struktur-struktur dan tradisi Israel? Tidak ada!

Yesus sendiri menyatakan: “Janganlah kamu menyangka bahwa Aku akan datang untuk meniadakan hukum Taurat dan kita kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya, selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu barangsiapa meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkananya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Allah” (Mat 5:17-19).

Pertanyaan yang kita ajukan adalah: seperti apa jadinya tradisi dan struktur-struktur itu jika bentuknya yang khas Daud yang belum sempurna itu pada akhirnya dipenuhi dengan suatu cara yang memulihkan dan menyempurnakannya?

--END--
Sumber: Scott Hahn, Mengapa Beriman? Memahami, Menjelaskan dan Membela Iman Katolik (Reason To Believe: How to Understand, Explain and Defend the Catholic Church), Indonesia: Dioma, 2008, hal. 196-242

Selesaiiiiiii..... ^^v  :dance:  Semoga bermafaat

Tidak lebih dari 100 orang di USA yang membenci Katholik, tetapi ada berjuta-juta orang yang membenci karena kesalahpahaman mereka mengenai Gereja Katholik - Ven. Archbishop Fulton Sheen

bruce

  • Guest
Re: Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katolik) dalam PB
« Reply #9 on: August 27, 2012, 06:37:42 PM »
Bagus sekali sis Heylene, thankyou

Syalom

Offline detik

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1692
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katolik) dalam PB
« Reply #10 on: September 11, 2012, 12:09:58 PM »
bagus..

GBU sis heylene..

Offline CLAY

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 34
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Roma Katolik
Re: Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katolik) dalam PB
« Reply #11 on: December 12, 2012, 03:14:55 PM »
Aku ngak nyangka ternyata bukan aku sendiri yang pernah berpikiran seperti ini.

Offline John Paul III

  • Administrator
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 797
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katolik) dalam PB
« Reply #12 on: December 26, 2012, 04:27:21 AM »
Kalau ngga salah scott hahn pernah berkata bahwa saat pesta perjamuan itu kerajaan Allah turun ke bumi,

Offline slamet

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 7
  • Reputation Power:
  • Denominasi: katolik
Re: Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katolik) dalam PB
« Reply #13 on: February 05, 2013, 03:56:48 PM »
WOooow ...Kereeee...........eennn
Muantab......buanget  meeennn

Saya bersyukur ada dalam pangkuan GEREJA NYA. AMIIIIIIINNNNN


Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: Kerajaan Daud dalam PL = Gereja (Katolik) dalam PB
« Reply #14 on: August 22, 2013, 07:03:33 PM »
Mungkinkah Kerajaan Daud itu mempunyai ranting yang dinamai Ranting Daud?
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA