Adalah wajar jika ibarat kita sedang membuat kue, dan bisa dipastikan bahwa kue tersebut salah resep, dan hasilnya pasti gagal, maka daripada membuang bahan selanjutnya, membuang bahan bakar, maka buang saja adonannya dan bikin adonan baru. Itu kue.
Bagaimana dengan manusia? Satu hal yang harus kita pahami adalah, masa depan seorang anak yang jelas jelas akan dilahirkan cacad mental tidak akan mudah. Bagaimana mereka menjalani hidup mereka kelak? Siapa yang akan menanggung beban mereka? Siapa yang akan mengurus mereka jika orang tua sudah tiada? Itu pikiran normal manusia.
Bagaimana dengan keputusan untuk melakukan aborsi bagi calon anak seperti ini?
Sungguh, suatu pertanyaan yang sangat sulit. Dan hanya bisa dijawab dengan dasar iman yang sangat kuat.
Sekedar kisah. Ada sepasang suami istri yang sangat mengidamkan anak, ketika akhirnya mereka dikaruniai anak, mereka terkejut karena dokter menyatakan anak yang telah dilahirkan mengidap down syndrome. Mereka terkejut tetapi menerima dengan pasrah. Mereka mengatakan, ibarat naik pesawat, mereka tidak tahu kemana pesawat itu akan mendarat, dan setelah mendarat, ternyata tempat tujuan yang tidak mereka rencanakan ternyata memiliki keindahannya tersendiri. Mereka sangat menyayangi aak mereka yang mengidap down syndrome itu. Dan mereka tidak bersedia menukar anak mereka dengan anak lain, walau kondisinya tidak cacad. Naah.
Jadi, jika disuruh memilih, apakah kita perlu mengetahui sebelumnya, dengan akibat memberi kesempatan kepada kita untuk membunuh anak yang mungkin akan sangat kita cintai kelak, jawaban secara iman adalah tidak perlu. Dalam setiap karya ciptaanNya, tercermin kasih Nya yan luar biasa. Terimalah apa adaya dan bersyukurlah.
Syalom