pengalaman saya:
disamperin, diajak ngobrol basa-basi (sebenarnya sudah basi), ujung2nya diberi majalah "sedarlah!" (edisi Watch Tower?). saya pun mengucapkan terimakasih (ikut basi juga).
setelah dia pulang, majalahnya saya buang ke tong sampah
btw, ketidaktulusan bukannya milik banyak orang, Bro?bukan cuma milik SSY
dalam pekerjaan sehari2, saya dituntut untuk menghadapi orang dengan sifat seperti itu.
saya sendiri juga dituntut untuk "bersikap profesional" (alias harus pandai tampak ramah, meski sebenarnya ingin marah--> ada unsur tidak tulus kan?)
Sepertinya ada beda antara tidak tulus dan bersikap profesional.
Kalau kita sedang kesal, jengkel, sebal, dan bad mood, kemudian kita bertemu dengan client atau tamu, maka kita wajib menampilkan wajah ramah. Itu profesional, dan jelas kita kesal, jengkel, sebal, dan bad mood bukan kepada si client ataupun tamu itu. Justru kalau kita membiarkan perasaan jengkel kita terbawa saat menghadapi tamu, itu yang tidak beres dan tidak profesional.
Tetapi, kalau dalam hal saya misalnya, tidak suka dengan cara anda mendekor rumah dan ruangan anda, tetapi dengan senyum dibuat buat, saya berkata 'Oooh, alangkah bagusnya cara anda mendekor ruang anda'. Atau ketika anda menyuguhi aqua gelas, saya mengatakan 'Aduh terima kasih sekali, anda begitu baik hati, begitu dermawan.', Masih untung tidak kemudian anda katakan 'Ooh, itu tidak gratis, satu gelasnya seribu rupiah.'
Begitu kan?