Hierarki dan Ormas Katolik Angkat Bicara Soal Parung

[bruce]

Hierarki dan Ormas Katolik Angkat Bicara Soal Parung
Kamis, 16 Agustus 2012


HIDUPKATOLIK.com - Menyikapi masalah penyegelan Paroki St Joannes Baptista Parung, Bogor, kepada HIDUP Sekretaris Eksekutif Komisi HAK Konferensi Waligereja Indonesia Pastor Antonius Benny Susetyo menyampaikan, masalah ini sebaiknya diselesaikan dengan pendekatan kultural dan dialog, serta kemauan untuk menciptakan win-win solution. Menurut Romo Benny, pendekatan hukum kadang tidak menyelesaikan masalah tetapi kerendahan hati serta kemauan untuk berdiolog dibutuhkan dalam kasus ini.

Sementara itu, Ketua Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Muliawan Margadana mengatakan hal yang senada. Ia menyikapi permasalahan ini sebagai berikut, sebagai Negara hukum, pendekatan penyelesaian masalah melalui jalur hukum harus diwacanakan dan dimungkinkan, tentunya setelah melalui kajian yang komprehensif dari segala aspek termasuk bagaimana “risk assessment”-nya. “Namun demikian penyelesaian jalur hukum ini sebaiknya tidak bersifat single solutions, harus ada multiple strategy dalam menyelesaiakan masalah sosial,” kata warga Paroki Blok B ini.

Menurut Muliawan, hal yang sangat penting dan banyak dilupakan adalah “social license”, yaitu izin sosial dari masayarakat di mana umat Katolik akan membangun gereja. Ia menguraikan lebih lanjut, pendekatan ini banyak dipraktikkan di Industri Esktraktif melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) sebelum suatu perusahaan membangun industrinya. Gereja, demikian Muliawan, tentu bukanlah sebuah bangunan di ruang hampa, melainkan sebuah organ hidup di tengah dinamika masyarakat yang memiliki hati, keinginan, kebutuhan sekaligus luka-luka sosial.

Untuk itu, Muliawan menegaskan perlu dilakukan “base line study” tentang demografi, sosiologi, dan psikologi sosial masyarakat. “Dengan melakukan stakeholder mapping tersebut, bisa dilakukan engagement strategy-nya untuk kemudian membangun mutual understanding and benefits sehingga Gereja menjadi milik masyarakat umum,” demikian harapan Muliawan.

A. Benny Sabdo

[Husada]

Saya sependapat dengan Pastor Antonius Benny Susetyo dan Muliawan Margadana. Mengingat bahwa pendirian gedung tidak di ruang hampa, maka berbagai kajian perlu dilaksanakan sebelum mendirikan gedung gereja. Mengingat bahwa negeri ini adalah negeri yang berdasar pada hukum positif, maka seluruh hasil kajian yang sudah dilaksanakan, sebaiknya dituangkan dalam dokumen tertulis yang diketahui oleh masyarakat sekitar gedung yang akan didirikan tersebut. Jika masyarakat sekitar lokasi pendirian gedung sudah mengetahui dan antara yang setuju dan tidak setuju didomonasi oleh yang setuju (yang abstain tidak diperhitungkan, dengan anggapan bahwa bagi mereka tidak masalah apakah ada atau tidak ada gedung di sana), saya kira cukup kuat memprosesnya sesuai hukum positif yang berlaku. 

[bruce]

Saya sependapat dengan Pastor Antonius Benny Susetyo dan Muliawan Margadana. Mengingat bahwa pendirian gedung tidak di ruang hampa, maka berbagai kajian perlu dilaksanakan sebelum mendirikan gedung gereja. Mengingat bahwa negeri ini adalah negeri yang berdasar pada hukum positif, maka seluruh hasil kajian yang sudah dilaksanakan, sebaiknya dituangkan dalam dokumen tertulis yang diketahui oleh masyarakat sekitar gedung yang akan didirikan tersebut. Jika masyarakat sekitar lokasi pendirian gedung sudah mengetahui dan antara yang setuju dan tidak setuju didomonasi oleh yang setuju (yang abstain tidak diperhitungkan, dengan anggapan bahwa bagi mereka tidak masalah apakah ada atau tidak ada gedung di sana), saya kira cukup kuat memprosesnya sesuai hukum positif yang berlaku.

Yang biasanya terjadi adalah, yang setuju cenderung diam, sementara yang tidak setuju bersuara. Sehingga walaupun jumlahnya lebih sedikit, suara mereka lebih keras, dan 'bodohnya' penguasa justru cenderung mendengar yang beruara keras, karena lebih terdengar.

Naaah

[Husada]

Yang biasanya terjadi adalah, yang setuju cenderung diam, sementara yang tidak setuju bersuara. Sehingga walaupun jumlahnya lebih sedikit, suara mereka lebih keras, dan 'bodohnya' penguasa justru cenderung mendengar yang beruara keras, karena lebih terdengar.

Naaah

Ou ou ou... kalau demikian itu memang jadi repot. Apalagi kalau yang bersuara tidak setuju minta bantuan dari orang luar yang bukan warga sekitar gedung.

Jika begitu, pendapat saya, minta bantuan instansi apa itu yang mewadahi kehidupan antaragama itu.

[roderick]

Yang biasanya terjadi adalah, yang setuju cenderung diam, sementara yang tidak setuju bersuara. Sehingga walaupun jumlahnya lebih sedikit, suara mereka lebih keras, dan 'bodohnya' penguasa justru cenderung mendengar yang beruara keras, karena lebih terdengar.

Naaah

Saya juga pernah mengalami hal seperti itu sewaktu mengadakan kegiatan sosial taman bacaan bagi anak-anak SD Negeri didekat tempat saya kerja. Sebenarnya Kepsek dan seluruh guru serta anak-anak sangat antusias memperoleh bacaan gratis dari instansi kami. Masalahnya, ada satu buku komik tentang kisah tokoh ternama, Thomas Alva Edison, yang didalamnya ada gambar gereja dan salib. Hanya dengan modal celah yang sangat tidak signifikan tersebut, satu orang yang ingin terpandang di kampung tersebut langsung teriak, "Kristenisasi!".

Itulah akhir pelayanan kami...
 

[bruce]

Saya juga pernah mengalami hal seperti itu sewaktu mengadakan kegiatan sosial taman bacaan bagi anak-anak SD Negeri didekat tempat saya kerja. Sebenarnya Kepsek dan seluruh guru serta anak-anak sangat antusias memperoleh bacaan gratis dari instansi kami. Masalahnya, ada satu buku komik tentang kisah tokoh ternama, Thomas Alva Edison, yang didalamnya ada gambar gereja dan salib. Hanya dengan modal celah yang sangat tidak signifikan tersebut, satu orang yang ingin terpandang di kampung tersebut langsung teriak, "Kristenisasi!".

Itulah akhir pelayanan kami...
 

Nah selama suara mayoritas mereka yang setuju masih diam saja, maka suara yang menolak akan mengambil alih dan mengatasnamakan mereka semua. Celakanya, itulah yang terjadi, celakanya, mereka sendiri tidak keberatan suara suara mereka diakuisisi oleh suara yang keras itu.

Entah sampai kapan mereka baru akan tersadar.

[hello kitty]

Nah selama suara mayoritas mereka yang setuju masih diam saja, maka suara yang menolak akan mengambil alih dan mengatasnamakan mereka semua. Celakanya, itulah yang terjadi, celakanya, mereka sendiri tidak keberatan suara suara mereka diakuisisi oleh suara yang keras itu.

Entah sampai kapan mereka baru akan tersadar.

andai tidak pernah sadar, juga silakan, Bro..
banyak kok yang tidak pernah sadar selama puluhan tahun
hehehehe..

justru dengan demikian, kelihatan jelas bahwa mereka tidak pernah peduli dengan tujuan hidup, pedoman hidup, dan keselamatan (rohani) mereka sendiri.
mungkin karena setiap hari sudah sibuk dengan kegiatan duniawi plus diberi doktrin2 khusus, maka jadilah mereka sekarang.
 

[bruce]

andai tidak pernah sadar, juga silakan, Bro..
banyak kok yang tidak pernah sadar selama puluhan tahun
hehehehe..

justru dengan demikian, kelihatan jelas bahwa mereka tidak pernah peduli dengan tujuan hidup, pedoman hidup, dan keselamatan (rohani) mereka sendiri.
mungkin karena setiap hari sudah sibuk dengan kegiatan duniawi plus diberi doktrin2 khusus, maka jadilah mereka sekarang.
 

Karena bagi mereka ibadah itu harus kelihatan, harus terdengar dan terlihat.

 

[hello kitty]

kok seperti orang Farisi ya Bro?
mungkin ada masalah dengan kepercayaan diri, jadi harus selalu mendapat pengakuan publik
kasihan

[roderick]

Nah selama suara mayoritas mereka yang setuju masih diam saja, maka suara yang menolak akan mengambil alih dan mengatasnamakan mereka semua. Celakanya, itulah yang terjadi, celakanya, mereka sendiri tidak keberatan suara suara mereka diakuisisi oleh suara yang keras itu.

Entah sampai kapan mereka baru akan tersadar.

Tapi kayaknya gak semua juga begitu bro. Buktinya NU punya banser yang siap melindungi kaum minoritas. Iya kan?

[bruce]

Tapi kayaknya gak semua juga begitu bro. Buktinya NU punya banser yang siap melindungi kaum minoritas. Iya kan?

Nah ini bisa dikatakan peran luar biasa dari Gus Dur. Sejak dia jadi ketua NU, NU menjadi jauh lebih toleran dan nasionalis.

Padahal anda tentu tahu bagaimana peran pemuda ansor saat pembasmian komunis tahun 1965an. Buasnya sama dengan FPI.

 

[John Paul III]

Bangun rumah sakit gratis aja bro,.. pengin tahu masih teriak kristenisasi ngga ya ...

[bruce]

Bangun rumah sakit gratis aja bro,.. pengin tahu masih teriak kristenisasi ngga ya ...

Kalau rumah sakit ngga tahu juga, tetapi kalau sekolah pun masih diganggu kan?

 

[hello kitty]

Bangun rumah sakit gratis aja bro,.. pengin tahu masih teriak kristenisasi ngga ya ...

wauw..dana operasional RS itu besar lo.
lebih masuk akal kalau mengadakan pengobatan gratis setiap hari Minggu di paroki.
kelihatannya sambutan cukup bagus, bahkan dari kaum tetangga

[bruce]

wauw..dana operasional RS itu besar lo.
lebih masuk akal kalau mengadakan pengobatan gratis setiap hari Minggu di paroki.
kelihatannya sambutan cukup bagus, bahkan dari kaum tetangga

Sejauh ini sih memang belum terdengar kristenisasi dengan obat ya, kalau kristenisasi dengan indomie sudah sering.