Author Topic: Tentang Kehendak Manusia dan Iman Kristen  (Read 4364 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline SworDPen

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 108
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Departement of Philosophy
Re: Tentang Kehendak Manusia dan Iman Kristen
« Reply #60 on: August 28, 2012, 07:39:35 PM »
Setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, semua orang berdosa. Semua orang harus mati. Ini adalah Keadilan Allah/Hukum Allah.

Tapi, bukan begitu rencana Allah dari awal (Penciptaan), dan rencana Allah tidak mungkin digagalkan oleh kesalahan manusia. Oleh sebab itu, Allah tetap membawa manusia-manusia rancanganNya ke Surga dengan cara menyelamatkan mereka dari tuntutan Keadilan Allah, dengan cara mengorbankan diriNya sendiri.

Jadi, Keadilan Allah tetap berjalan, dan Kasih Allah juga tetap terwujud.

Post saya kepada bro odading di atas menjelaskan secara lebih detil ttg rencana Allah atas manusia sejak kekekalan. Akan banyak membantu, kalo bro sword juga membacanya (sori nggak saya tulis lagi di sini. Panjang euy)

Salam

Oke Bro, saya minta waktu baca dulu. Sorry lama, g bisa online terus terusan.

Salam
fides quaerens intellectum

Offline pinoq

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 223
  • Reputation Power:
  • Denominasi: belum pasti
Re: Tentang Kehendak Manusia dan Iman Kristen
« Reply #61 on: August 29, 2012, 01:08:24 AM »
@odading dan juga rekan-rekan lain

Bro oda, sebelum saya merespon post-post bro oda yg terbaru, saya tanya dulu: bro oda memegang Pandangan 1 ya? Bisa dijelaskan dulu alasan mengapa bro oda memegang Pandangan 1?

Hal ini saya perlukan supaya saya bisa mengetahui apa dan bagaimana saya musti membalas pertanyaan-pertanyaan bro oda. Sebab, sejauh ini saya merasa bahwa jawaban-jawaban utk pertanyaan-pertanyaan bro oda sebenarnya sudah ada di tulisan2 saya di post-post sebelumnya. Ini membuat saya berpikir bahwa mungkin penyampaian ide-ide saya kurang baik/pas sehingga masih menyisakan ketidakpastian/kebingungan di pihak pembaca.

Terus terang, saya merasa sulit apabila harus membalas pertanyaan yang pecah-pecah. Kalo boleh usul, bagaimana jika kita menentukan semacam cara diskusi/debat supaya kita masing-masing bisa tahu sejauh mana lawan diskusi/debat kita sudah paham pandangan kita sehingga kita bisa memberikan respon yang pas (tidak ditanya-tanya lagi)?

Usul saya begini:
Kita mulai dari menyebutkan posisi kita (Pandangan 1 atau Pandangan 2),
Kita jelaskan bagaimana kita bisa mengambil posisi tsb, mungkin dengan menuliskan sebuah artikel pendek yang berasaskan logis dan alkitabiah (krn ini forum diskusi Kristen)
Kita jelaskan mengapa kita tidak mengambil posisi yg lain.

Setelah kita menyampaikan 3 hal tsb, kita bisa masuk dalam sesi tanya-jawab. Dalam post tanya-jawab, kita batasi jumlah pertanyaan menjadi paling banyak 3 pertanyaan saja.

Supaya berjalan rapi dan teratur, kita harus mempersilahkan lawan diskusi/debat kita untuk menandakan bahwa post kita sudah bisa direspon (misal: “Ok bro oda demikian respon saya. Sekarang silahkan giliran bro oda posting”). Kalau belum dipersilahkan berarti post kita belum selesai dan lawan diskusi/debat kita belum boleh memberikan respon.

Dengan ada metode diskusi/debat yang jelas, saya pikir kita akan dapat berdiskusi/debat dengan lebih nyaman dan serius. Diskusi/debat ini juga bisa bermanfaat dng menjadi semacam sumber informasi yang mudah dibaca.

Kalo bro oda setuju, saya akan mulai lagi dari depan


Salam



« Last Edit: August 29, 2012, 06:44:17 AM by bruce »

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: Tentang Kehendak Manusia dan Iman Kristen
« Reply #62 on: August 29, 2012, 12:40:33 PM »
Bro oda, sebelum saya merespon post-post bro oda yg terbaru, saya tanya dulu: bro oda memegang Pandangan 1 ya?
pinoq,

saya bukan Kristen, jadi saya tidak berada di pandangan-1 atopun pandangan-2 secara sakelek.

Quote
Bisa dijelaskan dulu alasan mengapa bro oda memegang Pandangan 1?
Yang pinoq katakan, kalo gak ditarik Bapa - ya ampe mampus saya jumpalitan baca Alkitab, ikut Forum, baca2 internet, saya gak akan bisa jadi Kristen ...:).

utk yg ijo, saya sependapat.
utk yg merah, IMO - bisa dikatakan demikian (sesuai dgn pendapat-2 pinoq) ... namun IMO, bisa juga dari pertumbuhan tali-hubungan saya pribadi dgn keTuhanan secara spiritual ... DAN selain itu bisa juga dari pendapat teman2 --- bhw masih ada terbuka kemungkinan bhw sso itu tidak mau.

Quote
Sebab, sejauh ini saya merasa bahwa jawaban-jawaban utk pertanyaan-pertanyaan bro oda sebenarnya sudah ada di tulisan2 saya di post-post sebelumnya.
Mungkin sudah ada... tapi mungkin saya yang masih belon bisa 'nangkep' penjelasan pinoq.

Quote
Kalo boleh usul, bagaimana jika kita menentukan semacam cara diskusi/debat supaya kita masing-masing bisa tahu sejauh mana lawan diskusi/debat kita sudah paham pandangan kita sehingga kita bisa memberikan respon yang pas
Kondisi saya sekarang kan adalah "lagi belajar".
Dan pinoq bisa liat sendiri, saya tidak mempunyai ke konsistenan pada warna merah (pendapat-1) dan warna biru (pendapat-2) --- bahkan saya mengeluarkan pendapat sendiri di warna ungu.

Quote
Usul saya begini:
Kita mulai dari menyebutkan posisi kita (Pandangan 1 atau Pandangan 2)
Jadi sekali lagi, saya tidak ada di pandangan1 atopun pandangan2 secara sakelek.

=================

Kalo pinoq sakelek di pandangan-2, maka saya memposisikan diri saya juga dalam pandangan-2 --- dan dari ayat2 yg saya baca, menurut saya : tarikan Bapa itu jelas berdaulat dan nggak bisa dikutak-kutik lagi.

Namun, tarikan tsb mempunyai alasan ybs dgn pribadi sso. Dan penilaian "alasan" tsb tidak ada seorangpun yang tau, hanya Bapa yg tau.

Sedangkan menurut pinoq, tarikan Bapa tsb tanpa alasan ... suka2 Dia mao mengasihi ke siapa2 yg dia inginkan ---tanpa alasan ybs dgn pribadi sso tsb---.

Disini saya TIDAKsedang berpendapat bahwa "alasan" tsb adalah dikarenakan usaha2 atopun kehendak2 manusia ... BUKAN. Sekali lagi ... "alasan" tsb hanya Bapa yg tau.

================

Dan kalo temen2 sakelek pada pandangan-1, maka saya memposisikan diri pada pandangan-1 juga. Dan dari ayat2 yg saya baca - TIDAK SELALU begitu yg menurut pandangan-1 : sso bisa menolak utk mau percaya atopun utk tidak mau percaya berdasarkan kehendak bebasnya.... tidak selalu begitu.

================

Pandangan ungu saya adalah pandangan yang untuk sementara saya pegang. Pandangan ungu, tidak sakelek berada di pandangan-1 maupun pandangan-2... melainkan kombinasinya.

Perumpamaan Penabur,

versi pinoq berpendapat bhw saat itu Yesus TIDAK SEDANG MENGAJAR orang banyak tsb .. krn orang banyak (menurut pinoq) adalah HANYA terdiri dari ParisiSadukiYahudi yg sama sekali tidak ada punya keinginan utk belajar/mengerti/menerima/percaya.

versi saya berpendapat, saat itu Yesus SEDANG MENGAJAR orang banyak tsb... krn org banyak tsb terdiri dari yg coklat diatas dan kebalikan dari yg coklat.

sakelek pada pandangan-2, otomatis mengabaikan bhw saat itu JELAS Yesus sedang mengajar, menyuruh, memberi tahu : "barangsiapa", "jikalau", dlsb dihadapan orang banyak tsb.

Namun, --imo-- pada yg sakelek pandangan-1 --- itu tidak serta merta pula artinya orang2 yg bertanya tanya ttg pengajaran Yesus saat itu bisa semudah balik tangan dgn berKehendak dalam memilih mao percaya ato tidak percaya.

Nah dari situ pinoq bisa melihat, bahwa saya "menentang" baik pada yg sakelek di pandangan-1 maupun pada yg sakelek di pandangan-2 ... hehehe.  :giggle:

Mohon jangan lupa, saya nonK (belum dibaptis) - dan saya tidak perlu utk sakelek dibawah suatu garis denom yg mengHARUSkan apa yg harus dimengertikan menurut denom2 tsb.

:)
salam.

Offline pinoq

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 223
  • Reputation Power:
  • Denominasi: belum pasti
Re: Tentang Kehendak Manusia dan Iman Kristen
« Reply #63 on: August 29, 2012, 08:22:33 PM »
pinoq,

saya bukan Kristen, jadi saya tidak berada di pandangan-1 atopun pandangan-2 secara sakelek.
...
 Kondisi saya sekarang kan adalah "lagi belajar".
....

Pandangan ungu saya adalah pandangan yang untuk sementara saya pegang. Pandangan ungu, tidak sakelek berada di pandangan-1 maupun pandangan-2... melainkan kombinasinya.

Ooo begitu ceritanya. Kalo gitu, kita bisa melanjutkan diskusi kita seperti biasa (tadinya saya kira bro oda sedang mendebat posisi saya)

Baiklah sekarang saya akan merespon post-post bro oda sebelumnya dengan tulisan saya di bawah ini:

Mengapa saya percaya begitu bahwa keselamatan adalah sepenuhnya pekerjaan Allah. Manusia tidak berperan apapun bagi keselamatannya.?
Keselamatan diberikan bagi orang-orang yang percaya padaNya (Yoh 3:16, Yoh 17). Orang-orang yg percaya padaNya ini adalah Manusia yang dikehendaki Allah sejak kekekalan (Efesus 1:4). Namun, Manusia ini terlahir ke dalam dunia ini melalui Adam dan Hawa yang jatuh ke dalam dosa sehingga di dunia ini, Manusia yang dikehendaki Allah ini pun terlahir menjadi orang-orang yg berdosa.

Dosa membuat semua keturunan Adam dan Hawa menjadi Manusia berlawanan dng kehendak Allah, sehingga mereka pun harus musnah. Namun, karena begitu besar Kasih Allah kepada dunia ciptaanNya ini, Allah mengorbankan AnakNya yg Tunggal untuk menanggung hukum kemusnahan itu. Dengan demikian, keselamatan pun dijaminkan Allah bagi orang-orang yg percaya padaNya, yaitu Manusia yg sejak kekekalan memang tidak pernah dikehendakiNya untuk musnah.

Orang yang berdosa adalah orang yang mati di hadapan Allah. Apapun yg dilakukan orang yang mati di hadapan Allah tidak akan membuahkan hasil apapun yg baik dan yg benar di hadapan Allah. Oleh sebab itu, Yesus berkata bahwa tidak ada seorangpun yg datang kepadaNya kalau Bapa tidak menarik orang itu kepadaNya. Orang yang ditarik Bapa adalah orang yang telah mendengar dan menerima firmanNya. Mereka adalah milik Bapa sejak kekekalan (Yoh 17) Jadi, orang mendapatkan keselamatan bukan karena ada jasa/usaha dari mereka sendiri selama hidup di dunia ini, melainkan semata-mata karena ia adalah milik Bapa sejak kekekalan. Ia adalah ciptaan yang dikasihiNya.

Dengan demikian, bila dirinci ke dalam kerangka ruang dan waktu, urutan peristiwa keselamatan manusia (domba-domba Allah di dunia ini) adl sbb:

Manusia berdosa dilahirbarukan Allah → Manusia berdosa percaya kepada Allah Sang Juruselamat → Manusia berdosa berkehendak untuk bertobat dan menjalani sisa hidup dalam iman kepada Allah → Jasmani manusia berdosa yg beriman kepada Allah mati → ketika Hari Penghakiman, kasus manusia berdosa yg beriman dimenangkan oleh karena imannya → manusia yg telah bebas dari Hukuman Kekal dikuduskan sehingga menjadi suci → manusia suci ini ikut dalam Perjamuan Allah di sebuah dunia yang baru.

Mengapa saya tidak percaya bahwa manusia selamat/tidak selamat karena kehendaknya sendiri?
Karena pandangan yang mengatakan demikian logically tidak sejalan dengan sifat Allah dan sifat manusia, dan biblically tidak konsisten dengan keseluruhan sistem keselamatan yang diajarkan Alkitab.

Manusia keturunan Adam dan Hawa dilahirkan dalam kondisi berdosa. Artinya, ia adalah budak dosa. Kehendaknya, kepercayaannya, pola pikirnya tidak bisa sesuai dengan kehendak Allah (note: dosa berarti melenceng). Manusia jatuh ke dalam dosa karena ia ingin menjadi seperti Allah. Ia ingin menempatkan dirinya sebagai pusat kehendaknya, kepercayaannya, dan pola pikirnya. Dng kata lain, ia men-Tuhan-kan dirinya sendiri (theisme egosentris).

Apabila orang percaya bahwa keselamatan adalah tergantung kehendaknya sendiri, maka ia harus percaya bahwa ia bisa selamat oleh kehendaknya sendiri. Artinya, orang tsb harus percaya bahwa dirinya penentu masa depannya (surga/neraka). Dengan kata lain, pandangan ini mengatakan bahwa perilaku manusia yang men-Tuhan-kan dirinya adalah perilaku yang sah/natural. Padahal, periliku seperti itulah yang membuat Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa.

Apabila manusia bisa selamat oleh karena kehendaknya sendiri, itu berarti ada manusia yg tidak selamat oleh karena kehendaknya sendiri. Padahal, Allah itu MahaTahu. Artinya, Allah tahu bila nanti ada manusia yang tidak selamat gara-gara kehendaknya sendiri. Apabila Allah sudah tahu dan Ia tidak membiarkan itu terjadi, berarti Allah bukan MahaKasih. Dan, itu juga berarti Allah bukan MahaAdil karena Ia tahu dari semula kehendak macam apa yang tidak menyelamatkan dan siapasaja yang punya kehendak macam itu tapi Ia tidak beritahu orang itu sejak semula.

Tapi, seandainya Allah mau beritahu orang itu (bahwa kehendaknya akan membuat dia tidak selamat), maka Allah juga harus beritahu ke semua orang tanpa kecuali (karena sifat MahaAdil-Nya). Kalau Ia beritahu semua orang, maka semua orang pasti selamat. Kalau semua orang pasti selamat, maka seharusnya Yesus tidak bicara soal kambing, atau neraka. Padahal, Alkitab menunjukan bahwa Yesus bicara soal domba dan kambing, surga dan neraka.

Quote
Perumpamaan Penabur,

versi pinoq berpendapat bhw saat itu Yesus TIDAK SEDANG MENGAJAR orang banyak tsb .. krn orang banyak (menurut pinoq) adalah HANYA terdiri dari ParisiSadukiYahudi yg sama sekali tidak ada punya keinginan utk belajar/mengerti/menerima/percaya.

versi saya berpendapat, saat itu Yesus SEDANG MENGAJAR orang banyak tsb... krn org banyak tsb terdiri dari yg coklat diatas dan kebalikan dari yg coklat.

sakelek pada pandangan-2, otomatis mengabaikan bhw saat itu JELAS Yesus sedang mengajar, menyuruh, memberi tahu : "barangsiapa", "jikalau", dlsb dihadapan orang banyak tsb.

Namun, --imo-- pada yg sakelek pandangan-1 --- itu tidak serta merta pula artinya orang2 yg bertanya tanya ttg pengajaran Yesus saat itu bisa semudah balik tangan dgn berKehendak dalam memilih mao percaya ato tidak percaya.

Nah dari situ pinoq bisa melihat, bahwa saya "menentang" baik pada yg sakelek di pandangan-1 maupun pada yg sakelek di pandangan-2 ... hehehe.  :giggle:

Tidak begitu bro. Saya tidak mengatakan bahwa yg terlibat percakapan di scene tsb hanya Farisi dan Saduki. Yang saya bilang, Yesus bicara seperti itu kepada orang Farisi dan Saduki yg cari-cari Dia.

Lagipula, keinginan/kehendak orang-orang yang mendengar kata-kata Yesus dalam percakapan tsb tidak mengubah intensi Yesus ketika mengucapkan kata-katanya. (Yesus tidak sedang menyuruh karena Ia tahu ada yg ingin belajar). Ia hanya mengungkapkan fakta-fakta.

Namun, katakanlah Yesus memang berintensi menyuruh (seperti dalam Amanat Agung, misalnya), itu bukan berarti Ia sedang menunggu-nunggu kehendak/keinginan orang yg disuruh (mau menerima atau tidak), yg kemudian menjadi bahan pertimbanganNya untuk menyelamatkan atau tidak menyelamatkan orang tsb. Sebab, dombaNya mengenal suaraNYa dan mengikutiNya.

Dalam perumpamaan Penabur Benih, mau dikatakan Sang Penabur itu adalah Yesus, bisa. Mau dikatakan Sang Penabur adalah murid-murid Yesus, juga bisa. Sebab, toh murid juga melakukan pekerjaan Sang Guru (menabur). Tapi, siapa/apakah Benih? Benih adalah Yesus saja. Sebab, meski bisa melakukan pekerjaan Sang Guru (menabur), pekerjaan murid tidak lebih tinggi dari pekerjaan Sang Guru (benih).

Salam

Offline pinoq

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 223
  • Reputation Power:
  • Denominasi: belum pasti
Re: Tentang Kehendak Manusia dan Iman Kristen
« Reply #64 on: August 29, 2012, 10:10:10 PM »

Apabila manusia bisa selamat oleh karena kehendaknya sendiri, itu berarti ada manusia yg tidak selamat oleh karena kehendaknya sendiri. Padahal, Allah itu MahaTahu. Artinya, Allah tahu bila nanti ada manusia yang tidak selamat gara-gara kehendaknya sendiri. Apabila Allah sudah tahu dan Ia tidak membiarkan itu terjadi, berarti Allah bukan MahaKasih. Dan, itu juga berarti Allah bukan MahaAdil karena Ia tahu dari semula kehendak macam apa yang tidak menyelamatkan dan siapasaja yang punya kehendak macam itu tapi Ia tidak beritahu orang itu sejak semula.


Ups ada kesalahan ketik. Kalimat yg saya bold salah. Seharusnya "..dan Ia membiarkan itu terjadi"

Sorry.

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: Tentang Kehendak Manusia dan Iman Kristen
« Reply #65 on: August 30, 2012, 02:05:10 AM »
Mengapa saya percaya begitu bahwa keselamatan adalah sepenuhnya pekerjaan Allah. Manusia tidak berperan apapun bagi keselamatannya.
pinoq,

gara2 kita berdua ngobrolon domba ama mbek terus (padahal mending ngobrolin : "enaknya diapain yah ? di sate ato di gule ?" :D) --- saya sempet kepikiran terus, saya ada bikin thread baru ttg para domba.

Untuk sementara, balasan2 saya dibawah ini masih terlepas dari thread baru saya tsb (karena berdasarkan thread tsb, pendapat2 disitu akan berlawanan dgn pendapat2 saya dibawah ini).

Untuk yang saya warna coklat diatas --- apabila di mengertikan ibarat analogi2 kalimat sbb : "saya berkehendak makan, maka saya makan", "saya ingin percaya, maka saya percaya" --- saya sependapat dgn pinoq ... sekalipun manusia bisa seperti orange diatas, namun itu tidak serta merta artinya mempunyai peran pada keselamatan. Namun...

Namun pada yang ungu --- sepenuhnya pekerjaan Allah-nya itu, saya sependapat. Btw, Pinoq belon respond pd post saya yg ttg "alasan". saya masih tetap berpendapat bhw ---"sepenuhnya pekerjaan Allah" itu--- ada alasan yang bersangkutan dgn pribadi masing2 manusia. (sekali lagi, ini tidak ada sangkut pautnya pada kalimat2 orange diatas).

Quote
Keselamatan diberikan bagi orang-orang yang percaya padaNya (Yoh 3:16, Yoh 17). Orang-orang yg percaya padaNya ini adalah Manusia yang dikehendaki Allah sejak kekekalan (Efesus 1:4).
Nah disinilah "benturan"nya ... :).
Untuk yang di bold itu, pada thread baru saya ada "analisa" saya berdasarkan ayat lain (bukan Efesus). Bagi saya terasa lebih logis ketimbang dikehendaki Allah sejak keKekalan... :)

Quote
Lagipula, keinginan/kehendak orang-orang yang mendengar kata-kata Yesus dalam percakapan tsb tidak mengubah intensi Yesus ketika mengucapkan kata-katanya. (Yesus tidak sedang menyuruh karena Ia tahu ada yg ingin belajar). Ia hanya mengungkapkan fakta-fakta.
Ya... mungkin terlalu ekstrim saya gunakan kata "nyuruh2" :) --- namun apapun itu juga, saya tetep berpendapat : Yesus sedang mengajar orang banyak tsb ... adalah tidak mungkin kalimat2 yg diucapkan Yesus saat itu, Dia maksudkan KHUSUS utk manusia jaman sekarang ...:)

Quote
Namun, katakanlah Yesus memang berintensi menyuruh (seperti dalam Amanat Agung, misalnya), itu bukan berarti Ia sedang menunggu-nunggu kehendak/keinginan orang yg disuruh (mau menerima atau tidak), yg kemudian menjadi bahan pertimbanganNya untuk menyelamatkan atau tidak menyelamatkan orang tsb.
YA, saya kan juga udah kemukakan pendapat yg sama diatas dan di post sebelumnya ? :)

Quote
Dalam perumpamaan Penabur Benih, mau dikatakan Sang Penabur itu adalah Yesus, bisa. Mau dikatakan Sang Penabur adalah murid-murid Yesus, juga bisa.
utk tentang perumpamaan Penabur ini, mungkin nanti kalo ada kesempatan lain, kita ngobrol apabila ada thread khususnya yah ... :)

Selanjutnya, beberapa quote pinoq sisanya, nanti saya "bawa" ke thread baru saya yah.
Biar lebih enak ngobrolin-nya : bagusnya di sate ato di gule ... hehehe. :D

Makasih pinoq atas masukan2 dan penjelasan2nya.

:)
salam.
PS : saya udah lumayan ngantuk ... udah jam 3 pagi.
Urusan yg di thread baru saya itu, besok aja yah...

Offline pinoq

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 223
  • Reputation Power:
  • Denominasi: belum pasti
Re: Tentang Kehendak Manusia dan Iman Kristen
« Reply #66 on: August 30, 2012, 02:48:30 AM »

Namun pada yang ungu --- sepenuhnya pekerjaan Allah-nya itu, saya sependapat. Btw, Pinoq belon respond pd post saya yg ttg "alasan". saya masih tetap berpendapat bhw ---"sepenuhnya pekerjaan Allah" itu--- ada alasan yang bersangkutan dgn pribadi masing2 manusia. (sekali lagi, ini tidak ada sangkut pautnya pada kalimat2 orange diatas).
 

Oiya saya lupa. :swt:

Mengapa Bapa mau menyelamatkan domba-dombaNya? Alasan: karena mereka adalah milikNya dan Bapa mengasihi milikNya. Dunia ini (kosmos ciptaan ini) juga milik Bapa maka Bapa juga akan menyelamatkan dunia ini melalui karya keselamatan yg dikerjakan Yesus. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,...."

Apabila yg bro oda tanyakan adalah alasan yg berkaitan dng pribadi masing-masing manusia, jawab saya: tidak ada. Karena pribadi masing-masing manusia sudah jatuh dalam dosa. Artinya, tidak ada sesuatu yang cukup baik dalam pribadi manusia itu sendiri di mata Allah sehingga Allah tergerak untuk menyelamatkannya. (Tubuh pun nanti akan diganti dng tubuh kemuliaan).

Sedikit catatan ttg "ditarik Bapa". Dalam bahasa greek, makna kata "ditarik" tidak mengimplikasikan respon terhadap sinyal-sinyal yg dikeluarkan oleh objek yang ditarik, seperti dalam peristiwa berikut: Joni jatuh ke sungai. Joni megap-megap dan berteriak minta tolong. Siti datang dan menarik Joni.

Kata "ditarik" dalam "ditarik Bapa" adalah seperti dalam "pedang ditarik dari sarungnya", atau "kereta ditarik kuda", atau "menarik nafas", atau "menarik jala". Jadi, makna kata "ditarik" mengimplikasikan bahwa objek yang ditarik adalah seperti benda mati (tidak melakukan apa-apa terlebih dulu untuk ditarik).

Jadi, pada dirinya sendiri domba-domba itu memang tidak punya "alasan" (baik berupa kehendak atau yang lain) yg bisa jadi bahan pertimbangan Allah untuk menyelamatkanNya. Alasan yang ada adalah karena Allah mengasihi domba-dombaNya. (kembali ke definisi Allah itu Kasih: kasih Allah berangkat dari diriNya sendiri, bukan dari pengaruh di luar diriNya)
 

Salam




PS: mau disate atau digule, tetep saya ngga bisa ikut makan, mas... diharamkan dokter :doh:
« Last Edit: August 30, 2012, 02:50:14 AM by pinoq »

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: Tentang Kehendak Manusia dan Iman Kristen
« Reply #67 on: August 30, 2012, 12:32:42 PM »
Mengapa Bapa mau menyelamatkan domba-dombaNya? Alasan: karena mereka adalah milikNya dan Bapa mengasihi milikNya.
Ya... dan milikNYA itu adalah bangsa Israel, bangsa perjanjian. Bangsa perjanjian itu bukan bangsa cina, afrika atopun eropa. (nyambung ke thread baru saya aja yah ...:)).

Quote
Apabila yg bro oda tanyakan adalah alasan yg berkaitan dng pribadi masing-masing manusia, jawab saya: tidak ada.
Ya... spt yg saya wanti wanti ... bhw pendapat saya disini, akan berlawanan dgn thread baru tsb... :).

sisa quote pinoq, saya bawa ke thread saya yaa....  :)

salam.