Tentu saja tidak, emangnya Gereja Katolik mengkanonkan seperti agama tetangga, kitabnya bisa "bersinar"?
Nah, ini satu lagi bukti bahwa mindset kita memang berbeda. Saya ulangi lagi, kewibawaan mengandung arti bahwa ketika satu kitab ditulis oleh murid2 Yesus (para Rasul), atau orang2 dekat para Rasul, maka secara otomatis kitab tersebut bisa "dipercaya" sebagai Firman Tuhan.
Berarti Alkitab sekarang bisa berubah (bertambah)?
Kalau faktanya ditemukan kitab yang "berwibawa" kenapa tidak? Tapi untuk sekarang ini, diyakini bahwa ke-66 kitab (PL dan PB) sudah final.
Mengapa ikut Konsili Katolik untuk PB dan Konsili Yahudi untuk PL?
Bro, tolong deh jangan diulang-ulang... Sudah saya katakan bahwa kami tidak mengakui konsilinya melainkan kanon-nya (sekali lagi ini bukti bahwa mind-set kita memang berbeda).
Oke, saya katakan dengan cara lain.
Konsili Jamnia hanyalah salah satu referensi, ada banyak referensi lain yang dipakai sebagai acuan (termasuk konsili Kartago sebagai referensi untuk PB). Referensi lain:
- Yesus sendiri mengacu bahwa kedatanganNya menggenapi apa yang tertulis dalam Taurat Musa, kitab nabi-nabi, dan kitab Mazmur (Lukas 24:44, bd. Matius 5:17; Lukas 11:50-51). Ini mengacu kepada Tanakh Yahudi (Torat, Neviim dan Ketubim) yang terdiri dari 22 Kitab, sama dengan 39 kitab PL yang diakui Protestan sekarang, tanpa tambahan Deuterokanonika.
- Ahli sejarah Yahudi, Josephus (37-100 AD) mendaftarkan 22 Kitab yang dipakai dan diakui oleh orang Yahudi (sama dengan 39 kitab PL tanpa Deuterokanonika).
- Kanon oleh Konsili Jamnia menegaskan kitab2 yang mereka akui sebagai kanon, dan tanpa Deuterokanonika. Ketika mereka menolak Deuterokanonika tentunya tidak ada urusannya dengan Yesus, karena seandainya mereka menerimapun tidak akan membuat kehadiran Yesus menjadi legal sebagai Mesias di mata mereka.
Padahal Konsili Yahudi untuk memerangi kekeristenan!
Seandainya MUI bersidang, kemudian salah satu hasil sidangnya mengharamkan narkoba, saya bisa saja mengakui dan menerima bahwa mengkonsumsi narkoba itu tidak baik dengan (salah satunya) merefer hasil sidang MUI, tanpa harus mengakui hasil sidang lainnya, apalagi mengakui bahwa MUI dipimpin Roh Kudus.
Kalau bisa berubah, redefinisi atau aoapun itu namanya, kenapa Kanon lain disebut bidat?Maksud bro:
1. Mengapa Konsili dengan inspirasi roh jahat yaitu memerangi kekristenan anda ikuti?
2. Mengapa pada pengkanonan yang sama, PL salah dan PB benar????????
3. Mengapa anda lebih percaya kanon dari konspirasi jahat untuk memerangi kekristenan ketimbang kanon dari Konsili Kristen itu sendiri?
4. Apakah karena Gereja Katolik maka anda menolak Kanon Kartago?
Tidak ada yang menyebut kanon lain sebagai bidat. ketika saya menyebut Marcion, saya maksudkan ajaran Marcion yang dianggap bidat, bukan kanonnya.
Gereja Protestan tidak mengakui Deuterokanonika bukan karena Deuterokanonika tidak bermanfaat, hanya saja nilai kewibawaannya dianggap tidak setara dengan kitab2 PL lainnya untuk bisa digolongkan sebagai Firman Tuhan, sehingga tidak dimasukkan dalam kanon Alkitab.
Kalau orang Kristen mau membacanya sebagai referensi, boleh2 saja, tidak dilarang. Tetapi tidak boleh memperlakukannya setara dengan 39 kitab PL dan 27 kitab PB.
Sekali lagi, ini bukan masalah karena Katolik memakainya, bukan masalah konsilinya atau apa. Saya sudah banyak menjelaskan tentang hal ini.
Pernyataan anda menunjukkan betapa anda hanya mempunyai Alkitab, selain Alkitab maka tidak ada pengetahuan sama sekali.
Apa yang anda sampaikan mengenai sida2 Etiopia berasal dari tradisi (dan katolik meyakini tradisi sebagai kebenaran), sementara Protestan masih mempertanyakan kebenaran tradisi.
Tapi baiklah, anggaplah saya hanya tahu Alkitab. Apa boleh buat, saya hanyalah orang awam (pekerja kantoran biasa) yang menaruh minat terhadap hal-hal rohani dan teologia. Tapi orang2 Protestan bukanlah orang2 bodoh semua yang tidak mau belajar sejarah.
Mengenai pencurahan Roh Kudus, jika anda mengatakan bahwa pencurahan Roh Kudus hanya bisa melalui tumpang tangan para Rasul (dan penerusnya), itu hak anda. Tetapi bagi kami, jika hal itu memang sangat penting dan berpengaruh kepada keselamatan, mengapa hal sepenting ini tidak diinformasikan di Alkitab. Mengapa penulis Injil, Petrus dan Paulus (juga Yohanes) tidak pernah menyebut-nyebut hal itu? lagipula jika tumpang tangan sepenting itu (karena berkaitan pemberian Roh Kudus), mengapa Filipus tidak melakukannya sejak semula? Bukankah sebagai salah satu Rasul, harusnya ia juga punya kuasa untuk itu?
Injil hanya mensyaratkan iman (percaya) kepada Kristus untuk keselamatan. Dan seiring dengan iman Roh Kudus hadir pada diri orang percaya yang memintanya. Mungkin saja orang2 Samaria belum memiliki pemahaman mengenai Roh Kudus karena singkatnya pengajaran terhadap mereka, sehingga Roh Kudus belum hadir di antara mereka.
Mengapa Gereja Katolik Orthodox yang terpisah dengan Gereje Katolik Roma sedemikian lama, terutama di Afrika dan Asia jauh, hampir semua doktrin, dogma dan ritualnya tidak berbeda, namun SANGAT BERBEDA dengan Protestan?
Sedangkan Gereja Katolik Orthodox "hampir" tidak "terkontaminasi" pada "masalah" abad pertengahan, bagaimana dengan semua perbedaan tersebut antara Gereja Katolik Orthodox dengan Protestan?
Saya tidak ingat anda pernah menanyakan itu. Namanya juga perkembangan pengajaran dan perkembangan zaman, tentu akan berpengaruh juga terhadap perubahan doktrin, dogma, ritual.
Dan jangan bilang bahwa Katolik Roma dan Katolik Ortodox tidak berbeda sama sekali, pasti tetap ada bedanya. saya juga tidak percaya ritual Katolik sekarang ini sama persis dengan ritual ibadah Gereja perdana, pasti berbeda (dalam pengertian ada perkembangan).
Salam