Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertai FIKers sekalian.
Saya pikir, hukum sebab akibat berjalan di sini.
Saya tidak tahu secara persis apa latar pikir kawan-kawan yang mempersalahkan penyaji postingan awal tersebut. Yang saya tahu, adalah alasan saya mengapa saya memposting yang saya punya. Menurut saya, antara kisah selumbar dan balok yang dijadikan acuan dasar postingan, kurang pas dengan judul.
Mengapa? Menurut pemahaman saya, kisah selumbar dan balok membandingkan dua kesalahan antara "saya" dan "kamu". Ketika "saya" melihat kesalahan "kamu" yang terhitung kecil, sementara "saya" mengabaikan kesalahan "saya" yang terhitung besar, disitu berlaku bila dikatakan kepada saya, "SELUMBAR DI MATA TEMANMU ENGKAU LIHAT, SEMENTARA BALOK DI PELUPUK MATAMU ENGKAU ABAIKAN".
Sementara pada postingan awal, saya tidak melihat perbandingan dua kesalahan dari pihak Budha terhadap Kristen, atau sebaliknya. Yang ada ialah sikap menyalahkan Kristen dimana Kristen dituduh mengkafirkan Non Kristen, atau menuduh Non Kristen sesat. Selain itu, postingan itu juga 'menantang' atau mempersalahkan Kristen yang 'hanya berani' menyebarkan kabar Injil kepada Non Muslim, dan tidak berani menyebarkan kabar Injil kepada Muslim.
Nah, dari hal-hal tersebut, saya menilai bahwa antara judul trit dengan kisah acuan trit, kurang sinkron. Karena itu, saya menduga si penyaji posting awal bukan Kristen, atau kalau dia Kristen maka dia belum menghayati kekristenannya. Pertimbangan lainnya, menurut hemat saya, kepada kebanyakan Kristen, sudah pernah mendengar atau malah ikut merenungkan kisah selumbar dan balok itu di khotbah atau kegiatan lingkungan.
Dengan demikian, maka saya menyimpulkan, bila kisah selumbar dan balok itu dikemukakan oleh seorang Kristen yang benar-benar Kristen, akan tersaji kisah yang sinkron dengan judul. Jadi, adalah fakta, bahwa trit ini sudah terpublikasi, dan saya menilai ada ketidaksinkronan antara judul trit dan posting awalnya, maka saya simpulkan bahwa penyaji atau TS dari trit ini bukan seorang Kristen, paling sedikit, kalaupun penyajinya adalah Kristen, dia belum menghayati kekristenannya. Tapi, semoga kesimpulan saya salah.
Damai, damai, damai.