Bro pinoq,
dengan pejelasan diatas om jadinya memahami apa yang disebut sesuatu zona nyaman dan aman itu..
Om sendiri merasa betapa sulitnya , om memberitakan kabar baik yaitu Taurat telah batal bagi para pengikut Yesus yang menghargai mahalnya,darah Yesus (cukup nilainya untuk membatalkan taurat melalui kematiannya)
betapa gigihnya orang mempertahankan taurat untuk tetap berlaku, walaupun lukas telah menentukan batas ahir msa berlakunya itu.
Rupanya ada suatu zona nyaman yang ingin dipertahankan yaitu untuk memperoleh uang /harta tanpa harus kerja keras ,tinggal mungutin aja jika taurat masih berlaku terus.
Tuhan Yesus memberkati
Han
Saya kurang paham dng yang dimaksud om Han itu. ("memperoleh uang/harta tanpa harus kerja keras, tinggal mungutin aja jika taurat masih berlaku terus")
Kalo menurut saya, "zona nyaman/aman" tsb tidak berkaitan dengan uang atau harta, tapi lebih pada suatu "sikap hidup".
Sikap hidup ini bersifat sangat mendasar dalam diri orang. Sikap hidup ini membuat orang nyaman/aman dengan dirinya sendiri, meskipun ia harus menjalani tantangan2 hidup yang beragam.
Secara natural, tantangan2 hidup sebenarnya tidak menjadi masalah bagi orang.Yang menjadi masalah adalah apakah orang kehilangan dirinya atau tidak (baik dalam artian kehilangan nyawa atau kehilangan martabat). Orang sebenarnya masih bisa tahan bila kehilangan uang/harta, tapi ia tidak akan tahan bila kehilangan nyawa/martabat. Bila dirinya terancam, manusia akan berontak (baik secara fisik maupun secara intelektual).
Sementara itu, keselamatan dalam kekristenan membuat orang "kehilangan dirinya" (tumbuh kehendak untuk menyangkal diri). Jadi, orang Kristen adalah orang yang kehilangan
diri karena mendapatkan
diri. (Warnanya sengaja saya bedakan untuk menunjukan perbedaan makna).
Diri adalah diri yang nyaman/aman dalam zonanya.
Diri adalah diri yang tidak nyaman/aman lagi dengan zonanya.
Diri berasal dari dunia (pola pikirnya, pola motivasinya).
Diri tidak berasal dari dunia.
Diri hidup dengan iman kepada dirinya sendiri.
Diri hidup dengan iman kepada Yesus Kristus.
Semua orang tidak rela kehilangan
diri-nya. Orang Kristen berusaha menghilangkan/menyangkal
diri-nya, dengan cara menghidupi
diri-nya.
Contoh2 kasus:
Kain dan Habil sama-sama mendapatkan pengajaran dan perintah untuk melaksanakan persembahan kurban. Habil melakukan persembahan kurban sesuai dengan yang diajarkan kepadanya. Kain memilih untuk pakai caranya sendiri. --> Kain tidak mau kehilangan pandangannya ttg bagaimana persembahan kurban dilakukan.
Sara, istri Abraham, tertawa ketika Allah beritahu bahwa dia akan punya anak --> Sara tidak mau kehilangan logikanya (aku kan sudah tua, sudah menopause).
Istri Lot menjadi tiang garam karena menoleh ke belakang ke kota itu --> "menoleh ke belakang" berarti ada sesuatu yang tidak rela ia tinggalkan.
Ada orang-orang Israel yang, ketika di padang pasir, bersungut-sungut ingin pulang ke Mesir --> tidak mau kehilangan kehidupannya di Mesir, meskipun ia menghadapi tantangan hidup di sana (jadi budak)
Petrus, tidak lama setelah Yesus "mentahbiskan"nya sebagai batu karang pondasi Gereja, berkata, "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." -->Petrus tidak mau kehilangan keyakinan
diri-nya akan Yesus
dan masih banyak lagi contoh lain.....
Dari contoh-contoh tsb, kita dapat melihat suatu pola "tidak mau kehilangan
diri" karena
diri tsb begitu penting, begitu mendasar, begitu primordial dalam diri manusia.
Darimana asal
diri itu? Menurut saya, ia tercipta ketika Adam dan Hawa percaya bahwa perkataan si ular benar, dan/maka menganggap bahwa perkataan Allah salah.
Oleh sebab itu, keselamatan diberikan melalui iman, sesuatu yang seolah-olah sederhana namun sebenarnya tidak sederhana, seolah-olah gampang -- bahkan terlalu gampang -- namun sebenarnya sulit, bahkan sangat sulit karena iman tsb harus terwujud dalam setiap aspek kehidupan manusia (hati, pikiran, perbuatan). Iman tsb "berbahaya" dan "subversif" karena ia menuntut penyangkalan
diri.
Salam