Berikut adalah sembuah kisah nyata tentang tokoh besar bernama William Henry Harrison. siapakah dia ? Ia adalah presiden Amerika yang ke sembilan. Ia lahir di Berkeley, Charles City Co, Virginia, pada 9 Februari 1773.
Ketika masih kecil, ia melakukan sebuah pertunjukan yang aneh. Ia kerap kali pergi ke taman yang ramai dikunjungi orang-orang yang nongkrong di situ sambil melakukan sesuatu.
Orang-orang yang melewati taman ini dan melihat tindakan William pasti berpikir bahwa ia adalah anak yang dungu.
Setiap kali orang melemparkan pecahan satu dollar, lima dollar, dan sepuluh dollar, William selalu mengambil pecahan terkecil, yakni satu dollar.
Jelas, ini adalah pertunjukan anak yang dungu. Aneh sekaligus lucu bagi orang yang melihatnya. Orang-orang pun mulai berlomba menaruh uang satu dolar, lima dolar, sepuluh dolar. Seperti biasanya, William hanya mengambil pecahan satu dolar.
Orang-raong pun merasa bahwa William sangat bodoh. Dengan begitu semakin banyak orang yang tertarik untuk menguji kebodohan William.
Karena merasa bahwa William sangat aneh, sang guru pun mulai menerangkan kepada William bahwa uang sepuluh dolar lebih besar dari pada uang lima dolar, sedangkan sepuluh dolar dan lima dolar tentu lebih besar daripada uang satu dolar.
Sang guru pun berpesan, "Jadi kalo mau mengambil uang, ambillah uang yang nilainya paling besar."
William kecil yang sedari tadi mendengarkan dengan seksama pun menjawab, "saya mengerti, Bu Guru. Namun, jika saya mengambil uang yang sepuluh dolar, tak ada lagi prilaku lucu saya. Justru karena saya hanya mengambil uang satu dolar, mereka terus memberikan uang. Lihat ! Mereka senang, saya pun senang," Jawab William dengan tersenyum.
Refleksi
Hal yang dilakukan William sungguh luar biasa. Ia mungkin saja tampak bodoh, tetapi sebenarnya ia adalah anak yang lebih cerdas daripada gurunya. Darinya, kita belajar arti menjadi pandai dan cerdik. Banyak orang pandai, tetapi tidak cerdik. Apa artinya kita menunjukkan kepandaian, tetapi tanpa kita sadari, kita telah membuat hubungan menjadi rusak? Orang lain semakin tidak senang dan menjauh dari kita.
Itulah sebabnya dalam Alkitab tertulis
".... Sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" (Mat 10:16)
Adalah suatu hal yang baik jika kita tampak pandai di mata orang lain. Namun, alangkah jauh lebih baik jika secara cerdk kita mengetahui kapan dan dimana kita menunjukkan dan menyembunyikan kepandaian kita.
Akan tetapi, keegoisan dan rasa ingin menonjolkan diri mendorong seseorang untuk menunjukkan bahwa dirinya pintar.
Padahal, sikapnya itu terkadang merusak dan merigikan hubungan kita. Tanpa disadari, siapa diri kita sebenarnya juga akan terlihat.
Ada pribahasa yang berkata, "Diam itu emas". Artinya kita harus tahu waktu yang tepat untuk berbicara dan untuk diam. Tidak selamanya diam itu berarti tidak tahu apa-apa. Ada saatnya diam merupakan sikap yang bijaksana.
Socrates, seorang filsuf terkenal, merasa dirinya banyak belum tahu. Sementara teman sejawatnya merasa pintar dan serba tahu. Ia dianggap seperti orang gila dan bodoh. Ternyata ketika adu debat, baru tampak siapa yang lebih bijaksana. Itulah sebabnya Socrates berkata, "Saya tahu bahwa saya tidak tahu. Karena itu saya ingin tahu."
Pada mulanya, William ditertawakan. Namun pada akhirnya. William Henry Harrison yang tertawa paling keras. Mengapa? Karena ia sangat cerdas dan beruntung.
Gbu..
Sumber 57 Pilihan Hidup
(Pdt. Jonar T.H. Situmorang, M.A)