Maria adalah Fajar Penebusan
5. Maria berjalan di depan kita dan menyertai kita. Perjalanan hening yang dimulai dengan Perkandungannya yang Tanpa Dosa hingga "ya" Nazaret, yang menjadikannya Bunda Allah, mendapati di Kalvari suatu momen yang teristimewa penting. Di sana juga, dengan menerima dan mendukung kurban Putranya, Maria adalah fajar Penebusan; dan di sana Putranya mempercayakan BundaNya kepada kita sebagai Bunda kita: "Bunda melihat dengan mata pedih luka-luka Putranya, dari Siapa ia tahu penebusan dunia telah datang" (St Ambrosius, De Institutione Virginis, 49). Disalibkan secara rohani bersama Putranya yang tersalib, ia merenungkan dengan kasih yang gagah berani, kematian Allahnya, ia 'dengan penuh kasih menyetujui persembahan Kurban ini yang ia sendiri lahirkan' (Lumen Gentium, #58). Ia memenuhi kehendak Bapa atas nama kita dan menerima segenap kita sebagai anak-anaknya, dalam keutamaan kesaksian Kristus: 'Perempuan, lihatlah anakmu' (Yohanes 19:26).
"Lihatlah Bundamu," kata Yesus kepada St Yohanes, "Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya" (Yohanes 19:27). Sang murid terkasih menerima Bunda Perawan sebagai terangnya, harta pusakanya, kebajikannya, sebagai hadiah yang paling diinginkan yang diwarisikan Tuhan pada saat kematian-Nya. Hadiah BundaNya adalah hadiah terakhir yang Ia berikan kepada umat manusia sebelum menuntaskan kurban-Nya, hadiah yang diberikan kepada kita.
Akan tetapi keibuan Maria tidak hanya individual, melainkan memiliki nilai kolektif yang dinyatakan dalam gelar Bunda Gereja. Sesungguhnya, di Kalvari, Maria mempersatukan dirinya dengan kurban Putranya yang menghantar pada pondasi Gereja; hati keibuannya berbagi hingga ke lubuk yang paling dalam kehendak Kristus "untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai" (Yohanes 11:52). Dengan menderita bagi Gereja, Maria layak menjadi Bunda dari segenap murid Putranya, Bunda dari persatuan mereka. Untuk alasan ini, Konsili menegaskan bahwa "Seturut bimbingan Roh Kudus, Gereja Katolik menghormatinya penuh rasa kasih sayang sebagai Bundanya yang tercinta" (Lumen Gentium, #53). Bunda Gereja! Bunda kita semua!
6. Injil tidak menceritakan kepada kita mengenai penampakan Kristus yang bangkit kepada Maria. Namun demikian, sebagaimana Maria dalam suatu cara yang istimewa dekat dengan Salib Putranya, ia juga mendapatkan suatu pengalaman istimewa akan Kebangkitan-Nya. Sesungguhnya, peran Maria sebagai Co-redemptrix tidak berhenti dengan dimuliakannya Putranya.
Pentakosta berbicara kepada kita mengenai kehadiran Maria dalam Gereja yang masih bayi: kehadiran penuh doa dalam Gereja apostolik dan dalam Gereja sepanjang segala abad. Menjadi yang pertama - fajar - di antara kaum beriman, sebab ia adalah Bunda, ia menopang doa bersama kita.
Sebagaimana telah dicatat para Bapa Gereja, kehadiran sang Perawan ini penuh makna: "Karenanya Gereja tak dapat disebut Gereja, tanpa mengikutsertakan Maria Bunda Tuhan dan para saudara-Nya" (bdk Cromazio di Aquileia, Sermo XXX, 7; S. Ch. 164, p. 134; Marialis Cultus, #28).
Oleh karena itulah, saya ingat hampir dua tahun yang lalu di benua ini, "dari fajar iman dan di setiap tahap dalam pewartaan Injil, kelahiran setiap Gereja partikular, Perawan menempati tempat yang menjadi miliknya sebagai bunda dari para pengikut Yesus yang menjadikan Gereja" (Homili di Sanctuary of Suyapa, 8 Maret 1983). Ya, Maria hadir dalam perjalanan kita.
7. Maria terus menjadi fajar kita, buah pertama kita, pengharapan kita. Selama masa hidupnya di dunia, ia adalah suatu tanda dan janji akan hal-hal mendatang; sekarang, dimuliakan bersama Kristus Tuhan, ia adalah gambaran dan kegenapan dari Kerajaan Allah. Ia memanggil kita ke sana, menanti kita di sana.
Maria adalah yang pertama mengikuti Kristus "yang sulung, yang pertama dari antara banyak saudara" (bdk Kolose 1:18). Diangkat tubuh dan jiwanya ke surga, Maria adalah yang pertama dalam mewarisi kemuliaan yang sepenuhnya. Dan pemuliaan Maria ini merupakan peneguhan dari harapan tiap-tiap warga Gereja: "Bersama-sama dengan Kristus … dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga" (Efesus 2:6). Maria diangkat ke surga menyingkapkan masa depan definitif yang telah Kristus persiapkan bagi kita, orang-orang yang ditebus.
8. Di lain pihak, saudara dan saudari terkasih, Maria yang mulia di surga terus menggenapi misi keibuannya. Ia terus menjadi Bunda Kristus dan Bunda kita, Bunda Gereja semesta yang dalam diri Maria mendapati prototype dari keibuannya.
Maria dan Gereja adalah bait-bait yang hidup, dan alat-alat dengan mana Roh Kudus dinyatakan. Mereka secara perawan melahirkan Juruselamat yang sama: Maria secara perawan memberikan hidup dalam rahimnya dan melahirkannya; Gereja memberikan hidup dalam air Baptis, dalam sakramen-sakramen dan dalam pengakuan iman, melahirkannya dalam hati umat beriman.
Gereja percaya bahwa Santa Perawan Tersuci, diangkat ke surga, dekat dengan Kristus, yang hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara kita (bdk Ibrani 7:25), dan bahwa pada kepengantaraan Putra Ilahinya ada dipersatukan permohonan yang tiada putus dari Bunda atas nama manusia, putera-putera dan puteri-puterinya.
Maria adalah fajar, dan fajar tak kunjung henti memaklumkan kedatangan matahari. Oleh sebab itu saya menganjurkan kepada kalian semua … agar kalian menghormati dengan kasih mendalam dan memohon pertolongan kepada Bunda Kristus dan Gereja, "pemohon yang penuh daya kuasa (omnipotentia supplex)",agar ia menghantar kita semakin dekat kepada Kristus, Putranya dan Pengantara kita….
Kiranya kehadiran keibuan Maria, Putri Allah Bapa, Bunda Allah Putra, dan Mempelai Allah Roh Kudus, menjadi fajar Allah bagi semua orang. Amin.
* Homili di Sanctuary of Our Lady of Alborada, Guayaquil, Ecuador, 31 Januari 1985.
“diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”