Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertai FIKers sekalian.
Mohon ijin berbagi pemikiran.
Memang diakui, ada beberapa orang yg menggunakan ayat yg ditulis oleh rasul Paulus itu untuk membenarkan harus ada terjadi perpecahan.
Menurut pemahaman saya, adalah mustahil menyatukan pemikiran semua orang. Sering saya contohkan, bahkan orang yang kembar sekalipun, pemikirannya pasti bervariasi di sana-sini, apalagi kalau orang yang beda orang tua, beda lingkungan, beda budaya, dan beda-beda lainnya.
Namun, saya pikir, ada nilai-nilai universal yang berterima bagi semua yang berpikiran normal. Meski selalu ada anomali, misalnya karena kelainan jiwa atau apalah. Contoh ekstrim, ternyata ada juga pengidap sakit jiwa yang merasa puas kalau disakiti, misalnya digigit sampai berdarah, atau dicambuk sampai bilur-bilur, dll. Namun, nilai universal, kayaknya bisa berterima bagi semua.
Jadi, perbedaan pemikiran adalah suatu keniscayaan. Hanya saja, semestinya, atau idealnya, atau sewajarnya, perbedaan pemikiran itu tidak sampai memisahkan haluan dan tujuan, seperti pepatah yang sering terdengar,
Banyak jalan menuju Roma, yang secara sederhana, mengakui adanya perbedaan, tetapi tujuan hanya satu.
Sy pribadi menginterpretasikannya demikian, perpecahan terjadi diantara jemaat untuk mengetahui siapa yg benar dan siapa yg salah dengan Alkitab sebagai tolak ukur penilaian itu (Sola Scriptura)
Nah, tentang ini juga, mungkin Duke dengan orang lain, termasuk saya belum tentu sepemahaman.
Maksud saya begini. Tentang keniscayaan perbedaan pemikiran itu, kita sepemahaman, bahwa memang tidak akan mungkin pemikiran seseorang identik dengan orang lain. Demikian juga, bila memaknai Alkitab adalah satu-satunya tolok ukur penilaian, belum tentu semua PENGIKUT KRISTUS memahami sedemikian itu. Sebab, ada orang, termasuk saya, yang tidak membatasi bahwa Firman Tuhan hanya yang tertulis di Alkitab saja. Berkat ajaran Gereja, saya memahami bahwa Alkitab merupakan Firman Tuhan yang tertulis, dan selain itu masih ada Firman Tuhan yang tidak tertulis. Jadi, kalau untuk menilai kebenaran atau kesalahan suatu pemikiran Pengikut Kristus, menurut saya, tidak cukup hanya dengan Alkitab.
Klo mengenai bersatunya Protestan dan Katholik Roma dalam satu wadah, seperti memang sulit terwujud karena perbedaaan theologi diantara keduanya sangat besar.
Tapi, seperti yang Duke sampaikan sebelumnya,
Setelah lebih dari 500 tahun Gereja (Katolik dan Protestan) kembali saling bertemu. Setelah sejarah Gereja yang cukup pahit, dimana Gereja harus terpecah pada tanggal 31 Oktober 1517. Puji Tuhan kedua Gereja kembali bertemu dalam anugerah Tuhan Yesus sebagai Kepala Gereja pada tanggal 31 Oktober 1999.[/u]
apakah pertemuan yang begitu itu kurang kuat sebagai awal persatuan, untuk mencapai
Ut Omnes Unum Sint?
Damai, damai, damai.