Author Topic: TULIP  (Read 28227 times)

0 Members and 8 Guests are viewing this topic.

Offline 4L3X

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 37
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik Ritus Latin
Re: TULIP
« Reply #15 on: September 23, 2012, 02:04:30 PM »
Perservation of the Saints (Ketekunan Orang-orang Kudus)

Calvinists mengajarkan bahwa jika seseorang memasuki keadaan rahmat, dia tidak akan pernah meninggalkannya tetapi akan bertahan hingga akhir hidupnya. Doktrin ini biasanya disebut ketekunan orang-orang kudus. [Banyak Calvinists lebih suka frase "Pemeliharaan orang-orang kudus" semenjak menekanan pada pemeliharaan Tuhan atas orang-orang kudus daripada atas usaha orang kudus itu sendiri untuk bertahan (Yang seringkali akhirnya dianggap "Keselamatan oleh perbuatan"). Hal ini seringkali berakibat adanya sikap "lebih-suci-daripada-Engkau" (Lihat bagaimana sucinya saya; saya menekankan pada tindakan Tuhan, bukan tindakan manusia). Tetapi Alkitab biasanya memakai sudut pandang manusiawi. Memanggil manusia untuk bertobat, percaya, pindah keyakinan, dan bertekun. Saat ada seseorang yang bersikeras untuk menggunakan bahasa-pemeliharaan daripada bahasa-ketekunan, orang itu sebetulnya mengambil sikap lebih-suci-daripada-Engkau, karena yang menulis Alkitab menggunakan bahasa-ketekunan daripada bahasa-pemeliharaan. Akibatnya, seseorang bermain "lebih superior secara spiritual" dengan Alkitab dan yang menulis Alkitab.] Semua orang-orang yang setiap saat masuk ke dalam situasi orang-orang kudus (dalam keadaan rahmat pengudusan, untuk menggunakan terminologi Katolik) akan tetap demikian selamanya. Tidak peduli apapun ujian yang mereka hadapi, mereka akan selalu bertekun, sehingga keselamatan mereka selalu aman. [Ini berbeda dengan paham "sekali selamat, selalu selamat"(OSAS) yang umumnya diajarkan di kalangan Baptis. Menurut teori ini, seseorang tidak pernah bisa kehilangan keselamatan, tidak peduli apapun yang dilakukannya. Bahkan jika dia meninggalkan iman dan membuang Kristus ia akan diselamatkan. Ketekunan orang-orang kudus menyatakan bahwa, sementara seseorang akan kehilangan keselamatannya jika ia gagal untuk bertekun dalam iman dan kekudusan, semua yang datang kepada Tuhan akan bertahan. Jika seseorang tidak bertekun, itu menunjukkan bahwa awalnya ia memang tidak datang kepada Allah. Ayat-ayat seperti 1 Korintus 6:9-10 dan Galatia 5:19-21, yang mengatakan seseorang tidak akan mewarisi kerajaan jika ia melakukan dosa-dosa tertentu, dipahami dengan cara bahwa, jika seseorang terbiasa melakukan dosa-dosa itu, ia tidak pernah merupakan Kristen sejati, tidak peduli terlihat setulus apapun pertobatannya. Baik "sekali selamat, tetap selamat" dan ketekunan orang-orang kudus mengajarkan "keamanan abadi (atas keselamatan)" tetapi mereka tidak sama. Calvinisme mengakui ada dosa-dosa manusia yang mematikan, seperti kegagalan untuk bertahan, tetapi mengatakan bahwa tidak ada orang yang diselamatkan yang akan melakukan dosa ini. "Sekali selamat tetap selamat" mengatakan tidak akan ada dosa yang mematikan bagi orang Kristen, meskipun secara prinsip.]

Analogi digunakan untuk mendukung ajaran ini. Calvinis menekankan bahwa ketika kita menjadi orang Kristen kita menjadi anak-anak Allah. Mereka menyimpulkan bahwa, sama seperti posisi anak dalam keluarga sudah aman, posisi kita dalam keluarga Allah aman. Seorang ayah tidak akan mengusir anaknya keluar, sehingga Allah tidak akan mengusir kita keluar.

Penalaran ini keliru. Analogi ini tidak membuktikan apa yang seharusnya (maksudnya seharusnya dibuktikan oleh Calvinist). Anak-anak tidak memiliki "keamanan kekal" dalam keluarga mereka. Pertama, mereka bisa dikucilkan. Kedua, bahkan jika seorang ayah tidak akan mengusir anaknya keluar, seorang anak dapat meninggalkan rumah sendiri, tidak mengakui orangtuanya, dan memutuskan semua hubungannya dengan keluarga. Ketiga, anak-anak dapat mati; kita, sebagai anak-anak Allah, bisa mati kematian secara rohani setelah kita telah secara rohani "dilahirkan kembali." [unsur-unsur dari sanggahan ini dibawa bersama dalam Lukas 15, di mana si anak yang hilang dimulai sebagai anak, lalu meninggalkan keluarganya dan disebut oleh ayahnya sebagai "mati," lalu ketika hanya kembali ke keluarganya dapat disebut sebagai " hidup kembali "(Lukas 15:24, 32). Kristus mengajarkan bahwa kita bisa menjadi anak-anak, mati secara rohani oleh sebab kita memutus hubungan dengan keluarga, lalu kembali dan menjadi hidup kembali - secara rohani dibangkitkan].

Calvinis juga menggunakan ayat-ayat Alkitab untuk mengajarkan ketekunan orang-orang kudus. Yang utama adalah Yohanes 6:37-39, 10:27-29, dan Roma 8:35-39. Penafsiran Calvinis atas ayat-ayat ini diambil keluar dari konteks, [Yohanes 6:37-38 dan 10:27-29 diambil keluar dari konteksnya dengan Yohanes 15:1-6, yang menyatakan orang Kristen adalah ranting dari pokok anggur yang adalah Kristus ( ay. 5), bahwa Allah menebang setiap ranting Kristus yang tidak berbuah (ay. 2), dan bahwa nasib ranting-ranting ini adalah untuk dibakar (ay. 6). Roma 8:35-39 diambil keluar dari konteksnya dengan Roma 11:20-24, di mana Paulus membandingkan Israel rohani kepada pohon zaitun dan menyatakan bahwa semenjak cabang-cabang tertentu dari Israel rohani dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka dalam Kristus (ay. 20) , orang-orang Kristen juga tidak akan luput jika mereka jatuh ke dalam ketidakpercayaan (ay. 21), namun akan dipotong (ay. 22). Cabang-cabang yang telah patah dapat dicangkokkan lagi (vv. 23-24). Roma 8:35-39 juga diambil keluar dari konteksnya dengan Roma 8:12f, 17, dan 14:15, 20.], Dan ada sejumlah masalah penafsiran lain dengan interpretasi mereka [Untuk diskusi lebih lanjut lihat Robert shank, Life in the House (Minneapolis: Bethany House, 1989) dan Dale Moody, The Word of Truth (Grand Rapids: Eerdmans, 1981), 348ff. Kedua penulis adalah orang Baptis yang percaya keamanan bersyarat, bukan keamanan kekal].

Calvinis berasumsi bahwa ketekunan orang-orang kudus terkandung dalam gagasan tentang predestinasi. Jika seseorang dipredestinasikan untuk diselamatkan, bukankan itu berarti dia pasti bertahan hingga akhir? Ini melibatkan kebingungan mengenai orang itu dipredestinasikan untuk apa: Apakah predestinasi keselamatan awal atau keselamatan akhir? Keduanya tidaklah sama. Seseorang mungkin akan dipredestinasikan untuk yang satu, tetapi hal ini tidak perlu berarti dia selalu dipredesitinasikan untuk yang lain. [Sebagai contoh, jika seseorang sudah dipredestinasikan untuk masuk ke ruang tamu, itu tidak berarti dia dipredestinasikan untuk tetap di ruang tamu selamanya]. Seseorang harus menentukan jenis predestinasi yang mana yang sedang dibahas.

Bersambung...
In the Name of the Father, and the Son, and the Holy Spirit, One God. Amen.



Arabic Transliteration: Bisimil-Aabi wal-Ibni war-Roohil-Qudos, al-Ilaahil-waahid. Ameen.

Offline 4L3X

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 37
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik Ritus Latin
Re: TULIP
« Reply #16 on: September 23, 2012, 02:05:54 PM »
Jika seseorang berbicara tentang predestinasi mengenai keselamatan awal, maka fakta bahwa seseorang akan datang kepada Allah tidak dengan sendirinya berarti ia akan terus tinggal bersama Allah. Jika seseorang berbicara tentang predestinasi keselamatan akhir, maka orang yang dipredestinasikan akan terus tinggal bersama Allah, namun hal ini tidak berarti bahwa orang yang dipredestinasikan adalah satu-satunya orang yang mengalami keselamatan awal. Beberapa orang mungkin benar-benar datang kepada Allah (karena mereka dipredestinasikan untuk keselamatan awal) dan kemudian benar-benar meninggalkan Allah (karena mereka tidak dipredestinasikan untuk keselamatan akhir). [Teologi Katolik telah mendefinisikan "dipredestinasikan" berarti "dipredestinasikan untuk keselamatan akhir." Jadi mereka yang pada akhirnya bersama Allah di surgalah dikatakan sebagai "yang dipredestinasikan" atau "terpilih." Pengalaman seseorang atas keselamatan pada saat tertentu tidak berarti bahwa ia adalah di antara yang dipredestinasikan (yang Tuhan pilih untuk terus bertahan hingga akhir)]. Bagaimanapun, predestinasi untuk keselamatan awal tidak berarti predestinasi untuk keselamatan akhir. [Setelah masalah filosofis sudah beres, kita dapat mempelajari Alkitab secara objektif. Ketika kita melakukannya (mempelajari Alkitab), maka jelas ada banyak indikasi dalam Alkitab bahwa seseorang dapat kehilangan keselamatannya. Kita sudah menyinggung Yohanes 15:1-6, Roma 8:12 f, 17, 11:20-24, dan 14:15, 20. Masih ada banyak lagi. Robert shank memberikan daftar delapan puluh lima ayat yang dia percaya, jika ditafsirkan dengan hati-hati sesuai konteksnya, menunjukkan bahwa ada kemungkinan hilangnya keselamatan; bdk. Shank, 333-337]. Tidak ada alasan untuk percaya bahwa seseorang tidak bisa dipredestinasikan untuk "percaya sementara waktu" namun "jatuh pada saat pencobaan" (Lukas 8:13). [Saya mengenali fakta ini bahkan ketika saya adalah seorang Protestan yang penuh semangat].

Seorang Katolik harus menegaskan bahwa ada orang-orang yang mengalami keselamatan awal dan tidak melanjutkan hingga keselamatan akhir, tetapi ia (orang katolik) bebas untuk berpegang pada sebuah bentuk paham ketekunan para kudus. Pertanyaannya adalah bagaimana seseorang mendefinisikan istilah "orang kudus" - dalam cara Calvinis, yaitu semua orang yang pernah memasuki keadaan rahmat pengudusan ("sanctification"), atau dalam cara yang lebih Katolik, yaitu orang-orang yang akan terus menyelesaikan pengudusan mereka ("saintification") hingga selesai. ["Sanctification" dan "saintification" adalah kata yang sama dalam bahasa Yunani. Ketika seseorang telah sepenuhnya dikuduskan ("Sanctified"), orang itu telah menjadi Kudus ("saint") dalam arti sepenuhnya dari kata tersebut ("saint" = "Kudus"). Karena hal ini hanya terjadi di surga, itu sesuai dengan penggunaan umum istilah "kudus" yang dipakai Katolik]. Jika seseorang mendefinisikan "kudus" dalam pengertian yang terakhir, seorang Katolik dapat percaya pada ketekunan orang-orang kudus, karena seseorang dipredestinasikan untuk keselamatan akhir harus dalam pengertian bertahan hingga akhir. Katolik bahkan memiliki nama khusus atas rahmat Allah yang Dia berikan kepada orang-orang ini: "Karunia ketekunan akhir."

Gereja secara resmi mengajarkan bahwa ada suatu karunia ketekunan akhir. [Dekrit Trente tentang Pembenaran, kanon 16, mengenai "Karunia yang besar dan khusus dari ketekunan akhir," dan pasal 13 dari dektrit mengenai "karunia ketekunan dimana ada tertulis: 'orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.' [Matt. 10:22, 24:13], 'Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri.' [Rom. 14:4 ]."]. Aquinas (dan bahkan Molina) menyatakan rahmat ini selalu menjamin bahwa seseorang akan bertahan. [Aquinas mengatakan rahmat ini selalu menyelamatkan seseorang karena jenis dari rahmat itu sendiri; Molina mengatakan rahmat ini selalu menyelamatkan seseorang karena Allah hanya memberikannya kepada orang-orang yang Ia tahu akan menjawab rahmat itu. Tapi efeknya adalah sama: Karunia ketekunan akhir selalu bekerja]. Aquinas berkata, "Predestinasi [untuk keselamatan akhir] mempunyai efek secara pasti dan tidak dapat salah." [ST I:23:6.]. [ST I: 23:6.]. Tapi tidak semua orang yang datang kepada Allah menerima rahmat ini.

Bersambung...
In the Name of the Father, and the Son, and the Holy Spirit, One God. Amen.



Arabic Transliteration: Bisimil-Aabi wal-Ibni war-Roohil-Qudos, al-Ilaahil-waahid. Ameen.

Offline 4L3X

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 37
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik Ritus Latin
Re: TULIP
« Reply #17 on: September 23, 2012, 02:06:51 PM »
Aquinas mengatakan karunia ketekunan terakhir adalah "Diam dalam kebaikan hingga akhir kehidupan. Dalam rangka untuk memiliki ketekunan manusia ini... Dibutuhkan bantuan ilahi untuk membimbing dan menjaganya dari serangan hawa nafsu... Setelah seseorang telah dibenarkan oleh kasih karunia, ia masih harus memohon kepada Allah atas karunia ketekunan tersebut di atas, bahwa ia dapat diselamatkan dari kejahatan hingga akhir kehidupan. Karena kepada orang dimana banyak rahmat diberikan, rahmat ketekunan tidak diberikan. " [ST I:II:109:10]. [ST I: II: 109:10].

Gagasan bahwa seseorang dapat dipredestinasikan untuk datang kepada Allah namun bisa tidak dipredestinasikan untuk tetap pada jalan Keselamatan mungkin baru bagi Calvinis dan mungkin terdengar aneh bagi mereka, tetapi tidak terdengar aneh bagi Agustinus, Aquinas, atau bahkan Luther. Calvinis sering mengutip orang-orang ini (Agustinus, Aquinas, dan Luther) sebagai "Calvinis sebelum Calvin." Sementara mereka (Agustinus, Aquinas, dan Luther) memang berpegang pada pandangan predestinasi yang tinggi, mereka tidak menarik kesimpulan seperti Calvin bahwa semua orang yang pernah diselamatkan dipredestinasikan untuk tetap tinggal dalam rahmat. [Fakta bahwa Calvinis tidak menyadari hal ini menunjukkan kurangnya pendidikan. Teolog Presbiterian RC Sproul mendefinisikan Calvinisme sebagai pandangan "Agustinus." Sementara pandangan Calvin tentang predestinasi mungkin merupakan variasi dari pandangan Agustinus, keduanya tidaklah sama. Agustinus tidak mempercayai pemahaman Calvin tentang "ketekunan orang-orang kudus," dan begitu pula tradisi Augustinian pada umumnya. Pemahaman ini (Ketekunan orang-orang Kudus versi Calvinist) masih baru bersama Calvin. Untuk pembahasan sejarah yang akurat ketekunan orang-orang kudus, lihat artikel JJ Davis "Preseverence of the Saints: A History of the Doctrine," dalam Journal of the Evangelical Theological Society, 34 / 2 (Juni 1991), 213-228.   Davis sendiri adalah seorang Calvinis, dan sudah selayaknya seorang Calvinis membantu memperbaiki kekeliruan Calvinis lain tentang sejarah doktrin mereka]. Sebaliknya, mereka (Agustinus, Aquinas, dan Luther) mengimani ajaran Alkitab bahwa beberapa orang yang masuk dalam Rahmat pergi meninggalkan rahmat.

Jika seseorang mendefinisikan "kudus" sebagai seorang yang akan memiliki penyelesaian proses "pengudusan," seorang Katolik bisa mengatakan bahwa ia percaya pada paham "ketekunan orang-orang kudus" (semua dan hanya orang-orang dipredestinasikan untuk menjadi orang kudus yang akan bertahan). Namun mengingat sejarah frase tersebut, dianjurkan untuk membuat beberapa perubahan untuk menghindari kebingungan antara pemahaman Thomis dan Calvinis mengenai ketekunan. Semenjak dalam teologi Katolik, mereka yang akan bertahan disebut "yang dipredestinasikan" atau "yang terpilih," seseorang mungkin saja mengganti "ketekunan orang-orang kudus" dengan "ketekunan orang-orang yang dipredestinasikan" atau, lebih baik lagi, dengan "ketekunan orang-orang yang terpilih."


Dalam pandangan ini, kita dapat mengusulkan TULIP versi Thomis:

T = Total inability [total ketidakmampuan] (untuk menyenangkan Allah tanpa rahmat khusus);
U = Unconditional election [pemilihan tanpa syarat];
L = Limited intent [Maksud terbatas] (untuk efektifitas penebusan);
I = Intrinsically efficacious grace [Rahmat yang efektif secara intrinsik] (untuk keselamatan);
P = Perseverance of the elect [ketekunan orang-orang yang terpilih] (sampai akhir kehidupan).


Tentu saja ada cara lain untuk membangun sebuah versi TULIP dari Thomis, tetapi kenyataannya bahkan ada satu cara untuk menunjukkan bahwa Calvinis tidak perlu menolak pemahamannya tentang predestinasi dan rahmat untuk menjadi Katolik. Dia hanya harus punya keadilan yang lebih besar pada ajaran Kitab Suci dan harus memperbaiki pemahamannya tentang ketekunan. [Hal ini punya implikasi penting bagi Calvinis yang berpikir untuk masuk Gereja Katolik, dan memiliki implikasi bagi umat Katolik yang ingin tahu apa yang Gereja inginkan atas mereka (umat Katolik) untuk percayai dan bagaimana mereka bisa mempertahankan Gereja menghadapi Calvinist anti-Katolik. Contoh mengenai bagaimana Thomism dapat digunakan untuk menyanggah serangan Calvinis mengenai Misa, api penyucian, dan indulgensi, lihat artikel saya "Fatally Flawed Thinking" (This Rock, Juli 1993). Artikel ini mengkritik The Fatal Flaw, sebuah buku yang dibuat oleh James White, seorang Calvinis dan anti-Katolik profesional. Untuk bacaan lebih lanjut mengenai ajaran Katolik di bidang ini, lihat Predestination oleh Reginald Garrigou-Lagrange (St Louis: Herder, 1939). Paus Yohannes Paulus II mempelajari dan menulis disertasinya di bawah bimbingan Garrigou-Lagrange]

Selesai
In the Name of the Father, and the Son, and the Holy Spirit, One God. Amen.



Arabic Transliteration: Bisimil-Aabi wal-Ibni war-Roohil-Qudos, al-Ilaahil-waahid. Ameen.

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: TULIP
« Reply #18 on: September 23, 2012, 02:10:06 PM »
Kamu ngopi, saya minum energen coklat aja yah...
soalnya gak terlalu doyan kopi...hehehe :)

Dan, kedaulatan Allah yang "suka-suka gue" itu juga tidak melanggar hukum ini, kan?
pinoq,

Kedaulatan Allah yg seturut dgn hukumNYA sendiri --- tentu saya tidak sedang menganggap itu adalah bentuk kedaulatan yg "suka suka gue" :).

Quote
Allah mengasihi siapa yang mau Ia kasihi, dan membenci siapa yang Ia mau benci
Betul kalimat itu... namun sekali lagi, semua itu selalu didalam lingkup Law/Hukum/Order-NYA.

Seperti pada contoh Pendeta dihadapi 2 pengemis.
Misal kejadian itu diluar biara, si Pendeta ini kebetulan kepala Pendeta dari segala Pendeta-Pendeta penghuni biara tsb. Dia mengeluarkan "Order/Law/Hukum" : kalo ada pengemis YANG meminta makan, maka berilah makan.

Disaat Pendeta ini dihadapi dua pengemis yang kondisinya sama, yaitu minta makan - perut kelaparan ---> maka si Pendeta akan memberi makan kedua pengemis tsb ---> inilah bentuk kedaulatan yang benar.

Namun apabila si Pendeta hanya memberi makan ke salah seorang pengemis tanpa alasan atopun dgn alasan karena si pengemis ini memuji-muji dia ---> maka ini tidak bisa dikatakan sebuah bentuk kedaulatan, apalagi kedaulatan yang benar --- karena si Pendeta sudah tidak seturut dgn "Order/Law/Hukum" yang dia buat sendiri ---> si Pendeta telah bertindak "suka suka gue".

Di kasus lain, apabila ada dua orang pengemis - namun yang satu MINTA ke si Pendeta, sementara yang satunya lagi cuek-bebek malah sibuk berusaha utk nyuri makanan diluar biara ... maka adalah wajar apabila si Pendeta hanya memberi kepada si pengemis yang meminta ... karena semua itu masih seturut "Law"-nya (warna ungu diatas) yg dia keluarkan.

Quote
point A :
Ia mau benci orang YANG berdosa <--> Orang yang berdosa mati

point B :
Ia mau mengasihi orang YANG percaya kepadaNya <--> Orang yang percaya kepadaNya diselamatkanNya.

Klop, kan?
Ya tentu... KLOP.
Saya emang nggak sedang "cerewet" didalam hal ini koook... :)
"orang YANG" di quote atas itu setara dgn "pengemis YANG".
Di point B = pengemis YANG meminta
Di point A = pengemis YANG tidak meminta
Dan seperti di thread lain yg kita berdua "rame" diskusikan, saya kan udah sempet post --- bahwa KedaulatanNYA itu pasti didalam hukum SebabAkibat yg menyangkut being ciptaanNYA (dalam hal ini manusia) dimana Cause-nya bersumber dari manusia yang berada didalam hukum tsb --- setara dgn analogi Pendeta, dimana Cause-nya bersumber dari pengemis.

Namun saya tidak sedang berpendapat, bahwa "Hukum" yg dikeluarkan si Pendeta (warna ungu diatas) Cause-nya bersumber dari pengemis. Pengemis disini hanyalah katalis, karena Cause utama-nya adalah KASIH antar sesama manusia dari dalam diri si Pendeta --- setara dengan Allah mengeluarkan Firman (Hukum/Law/Order) itu Cause-nya adalah karena KASIH kepada ciptaanNYA.

:)
salam.
« Last Edit: September 23, 2012, 02:13:13 PM by odading »

Offline alithea

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 60
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Reformed
Re: TULIP
« Reply #19 on: September 23, 2012, 08:53:24 PM »

Terima kasih untul referensi ayat-ayatnya..


4 Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?
11 Sebab Allah tidak memandang bulu.



 Kalau boleh menanggapi..
Pemahaman saya atas ayat ini, secara konteks Paulus memberikan bbrp prinsip yang dipakai Allah dalam menghakimi manusia berdosa. Salah satunya adalah ayat 4 tsb, yaitu kesalahan manusia. Paulus benar2 mengingatkan orang Yahudi yang menganggap diri mereka telat luput dari penghakiman karena kehidupan moral dan rohani mereka yang tinggi (legalistik). Gambarannya seperti yang ditulis nabi Hosea.
Hosea 11:1, 3-4  Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.
Padahal Akulah yang mengajar Efraim berjalan dan mengangkat mereka di tangan-Ku, tetapi mereka tidak mau insaf, bahwa Aku menyembuhkan mereka.
Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan.
Balasannya justru penolakan dalam bentuk penyembahan berhala (ay 7).

Kelihatannya semakin dalam kasih karunia Allah kepada Israel, semakin mereka menolak Allah.

Yang menjadi bukti bahwa hanya oleh karena kasih karunia Allah bangsa Israel akan bertobat adalah oleh karena Allah sendiri melalui nubuatan Yehezkiel.
Yehezkiel 36:26  Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.
Inilah bentuk kemurahanNya yang diberikan kepada bangsa Israel, kelapangan hatiNya dlm menahan penghakiman atas Israel dan kesabaranNya menuggu pertobatan.



Offline alithea

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 60
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Reformed
Re: TULIP
« Reply #20 on: September 23, 2012, 09:02:45 PM »


2. Keselamatan ditawarkan: umat manusia selain orang pilihan



Pemahaman saya, mungkin belum sampai ke situ. Mohon bisa dijelaskan bila memungkinkan. Terima kasih.

Pengertian saya, Allah yang Omnipotent dan Omnscient dalam sifat kekekalannya tentu mengetahui seluruh ciptaanNya dengan baik. Bahkan ada ciptaanNya yg diciptakan dg tujuan utk dihancurkan/dibinasakan, termasuk manusia.
Kalau Allah menyerahkan pilihan keselamatan kepada manusia yang dikatakan 'tidak ada yang mencari Allah' (Rom3:11-12) secara naturnya, apakah mungkin ada kondisi dimana Allah menjadi pasif, seperti menanti, menunggu atau menerka siapa yang akan menerima keselamatan yang Dia tawarkan?

Bagaimana dengan anggota tubuh Kristus yang terdiri dari orang2 percaya, apakah artinya Allah jadi harus bertanya2 siapa yang akan menjadi anggotaNya?


(Maaf masih belajar mencari fungsi multi quote, barangkali ada bisa membantu? Terima kasih).

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: TULIP
« Reply #21 on: September 23, 2012, 10:58:59 PM »
Pengertian saya, Allah yang Omnipotent dan Omnscient dalam sifat kekekalannya tentu mengetahui seluruh ciptaanNya dengan baik. Bahkan ADA ciptaanNya yg diciptakan dg tujuan utk dihancurkan/dibinasakan, termasuk manusia.
alithea salam kenal :).

Maap saya nyelak...
Berfokus pada kata "ADA" dari yg warna ungu diatas, bisakah alithea tolong jabarkan pengertiannya keseluruhan kalimat ungu ?

salam.

bruce

  • Guest
Re: TULIP
« Reply #22 on: September 23, 2012, 11:43:07 PM »

Pemahaman saya, mungkin belum sampai ke situ. Mohon bisa dijelaskan bila memungkinkan. Terima kasih.

Pengertian saya, Allah yang Omnipotent dan Omnscient dalam sifat kekekalannya tentu mengetahui seluruh ciptaanNya dengan baik. Bahkan ada ciptaanNya yg diciptakan dg tujuan utk dihancurkan/dibinasakan, termasuk manusia.
Kalau Allah menyerahkan pilihan keselamatan kepada manusia yang dikatakan 'tidak ada yang mencari Allah' (Rom3:11-12) secara naturnya, apakah mungkin ada kondisi dimana Allah menjadi pasif, seperti menanti, menunggu atau menerka siapa yang akan menerima keselamatan yang Dia tawarkan?

Bagaimana dengan anggota tubuh Kristus yang terdiri dari orang2 percaya, apakah artinya Allah jadi harus bertanya2 siapa yang akan menjadi anggotaNya?


(Maaf masih belajar mencari fungsi multi quote, barangkali ada bisa membantu? Terima kasih).

Kejam sekali Allah itu ya? Menciptakan dengan tujuan dihancurkan.

Apa hubungannya dengan : 'Bagaimana dengan anggota tubuh Kristus yang terdiri dari orang2 percaya, apakah artinya Allah jadi harus bertanya2 siapa yang akan menjadi anggotaNya?'

Salam kenal

Syalom

Offline alithea

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 60
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Reformed
Re: TULIP
« Reply #23 on: September 24, 2012, 12:30:39 AM »
alithea salam kenal :).

Maap saya nyelak...
Berfokus pada kata "ADA" dari yg warna ungu diatas, bisakah alithea tolong jabarkan pengertiannya keseluruhan kalimat ungu ?

salam.


Salam kenal jg odading..

Dari peristiwa air bah, seperti yang tertulis dalam Alkitab :

Kejadian 8:21  Ketika Tuhan mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah Tuhan dalam hati-Nya: "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan.


Salam


Offline pinoq

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 223
  • Reputation Power:
  • Denominasi: belum pasti
Re: TULIP
« Reply #24 on: September 24, 2012, 12:46:07 AM »

Pengertian saya, Allah yang Omnipotent dan Omnscient dalam sifat kekekalannya tentu mengetahui seluruh ciptaanNya dengan baik. Bahkan ada ciptaanNya yg diciptakan dg tujuan utk dihancurkan/dibinasakan, termasuk manusia

Halo bro alithea, salam kenal.

Sejauh ini saya belum pernah menemukan referensi alkitabiah yang mengungkapkan bahwa Allah menciptakan ciptaan untuk dibinasakan.

Boleh saya tahu darimana bro alithea memperoleh kesimpulan tsb?


Salam


Offline alithea

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 60
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Reformed
Re: TULIP
« Reply #25 on: September 24, 2012, 12:55:25 AM »
Kejam sekali Allah itu ya? Menciptakan dengan tujuan dihancurkan.

Apa hubungannya dengan : 'Bagaimana dengan anggota tubuh Kristus yang terdiri dari orang2 percaya, apakah artinya Allah jadi harus bertanya2 siapa yang akan menjadi anggotaNya?'

Salam kenal

Syalom


Salam kenal jg bruce..

Memang terlihat kejam ya.. Tapi sbg manusia yg diciptaNya, saya percaya itulah otoritas dan
kedaulatan yang Allah miliki seperti yg dicatat dlm peristiwa air bah.
Dari pihak manusia tentu Allah terlihat begitu kejam dan sadis. Tetapi apabila kita mau mencoba
melihatnya dari 'pihak pencipta' yang begitu murka dan membenci perbuatan dosa manusia,
tentu kita bisa belajar memahami akan arti kekudusan hidup yang Allah inginkan bagi manusia.

Tentang hubungannya dgn pertanyaan diatas, maksud saya adalah tentang 'keselamatan ditawarkan' yang memang belum saya pahami, sehingga timbul 2 pertanyaan saya..

Kalau Allah menyerahkan pilihan keselamatan kepada manusia yang dikatakan 'tidak ada yang mencari Allah' (Rom3:11-12) secara naturnya, apakah mungkin ada kondisi dimana Allah menjadi pasif, seperti menanti, menunggu atau menerka siapa yang akan menerima keselamatan yang Dia tawarkan?

Bagaimana dengan anggota tubuh Kristus yang terdiri dari orang2 percaya, apakah artinya Allah jadi harus bertanya2 siapa yang akan menjadi anggotaNya?

Terima kasih

Offline alithea

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 60
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Reformed
Re: TULIP
« Reply #26 on: September 24, 2012, 01:03:35 AM »
Halo bro alithea, salam kenal.

Sejauh ini saya belum pernah menemukan referensi alkitabiah yang mengungkapkan bahwa Allah menciptakan ciptaan untuk dibinasakan.

Boleh saya tahu darimana bro alithea memperoleh kesimpulan tsb?


Salam


Salam kenal jg Pinoq..

Wah, sdh tengah malam makin rame ya..
Bisa dilihat postingan utk bro odading..

Terima kasih

Offline pinoq

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 223
  • Reputation Power:
  • Denominasi: belum pasti
Re: TULIP
« Reply #27 on: September 24, 2012, 03:01:55 AM »
Keselamatan: ditawarkan atau diberikan?

Why 22:17 "Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!"

Ayat di atas seolah-olah menungkapkan bahwa keselamatan ditawarkan sehingga keputusan berada ditangan manusia. Tapi bila kita mempelajari ayat tsb lebih jauh, kita akan melihat ungkapan yang berbeda.

Air kehidupan" dalam ayat tsb merujuk pada satu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Yesus, yakni percakapan Yesus dengan seorang perempuan Samaria yang tercatat di Yohanes 4. Menurut saya, kondisi kita sama seperti kondisi perempuan Samaria ini (bukan orang Yahudi). Namun dari Yohanes 4 kita bisa melihat bahwa Allah datang kepada bangsa non-Yahudi dan menariknya juga.

Dari percakapan yang terjadi antara Yesus dan perempuan Samaria, kita bisa melihat bahwa Yesus mendominasi dan menuntun arah percakapan. Dari sini, kita sebenarnya sudah bisa melihat bahwa intensi Allah adalah menarik umatNya, bukan sekedar menawarkan.

Melihat detil percakapan tsb, kita membaca perkataan Yesus, "If you knew the gift of God, and who it is that is saying to you, ‘Give me a drink,’ you would have asked him, and he would have given you living water." Yesus bukan sedang mengajukan suatu penawaran di situ, melainkan sedang memberikan pemberitahuan.

“Everyone who drinks of this water will be thirsty again, but whoever drinks of the water that I will give him will never be thirsty forever. The water that I will give him will become in him a spring of water welling up to eternal life.” Di kalimat ini Yesus juga tidak sedang menawarkan air hidup itu kepada perempuan Samaria. Ia sedang memberikan informasi ttg air hidup itu.

Namun, setelah kalimat tsb, tiba-tiba Perempuan Samaria berkata,"Sir, give me this water, so that I will not be thirsty or have to come here to draw water.” Yesus tidak menawarkan, tapi perempuan Samarian itu meminta. Ada sesuatu yang telah terjadi dalam diri perempuan Samaria di sini. Ini adalah sebuah usaha di pihak perempuan Samaria. Apakah Yesus meluluskan permintaannya? Tidak.

Yesus merespon usaha permintaan perempuan Samaria itu dengan melakukan suatu tindakan: melahirbarukan perempuan Samaria tsb (Sebuah tindakan ilahi yang baru saja dijelaskan oleh Yohanes di bab 3. Jadi, bila ditilik secara struktural, Yohanes bab 3 dan bab 4 memiliki hubungan retorik yang jelas: di bab 4, Yohanes memberikan contoh dari penjelasan di bab 3)

Kelahiran baru perempuan Samaria membawa  si perempuan tsb kepada pengakuan dosa. Bila di katakan "pengakuan dosa" maka seolah-olah itu merupakan usaha manusia. Tapi dari detil percakapan tsb, kita bisa melihat bahwa pengakuan dosa itu sebenarnya adalah pengungkapan dosa oleh Allah. Perempuan itu cuma bilang "I have no husband". Dan Yesus menjawab "“You are right in saying, ‘I have no husband’; for you have had five husbands, and the one you now have is not your husband. What you have said is true.” Dengan demikian, Allah lah yang bekerja mengakukan dosa bagi si perempuan Samaria.

Setelah Yesus mengungkapkan bahwa Ia tahu soal dosa si perempuan Samaria itu, ada sesuatu yang terjadi lagi dalam diri perempuan Samaria tsb. Dia bilang "“Sir, I perceive that you are a prophet..." Perempuan tsb mulai mempercayai keluarbiasaan Yesus. Namun, apakah usaha si perempuan selanjutnya? Bukan bersungkur, tapi malah "ngetest" Yesus. Ia bilang "...Our fathers worshiped on this mountain, but you say that in Jerusalem is the place where people ought to worship.” Perempuan itu "menantang" Yesus, "menabrakkan" Yesus dengan ajaran tradisi bangsanya.

Yesus menjawab "tantangan" tsb dng bilang, "Woman, believe me, the hour is coming when...." Sampai di sini, apakah usaha perempuan itu? Adakah ia percaya? Ternyata belum juga. Perempuan itu bilang, "  The woman said to him, “I know that Messiah is coming (he who is called Christ). When he comes, he will tell us all things.” Akhirnya Yesus menjawabnya "I who speak to you am he.

Sampai di sini, adakah perempuan itu percaya? Well, perempuan itu masih bilang “Come, see a man who told me all that I ever did. Can this be the Christ?” Pertanyaan tsb menunjukan adanya suatu pergumulan. Di dalam pergumulan ada usaha. Dan, usaha si perempuan Samaria itu terungkap di ayat 39 - 42: Many Samaritans from that town believed in him because of the woman's testimony, “He told me all that I ever did.” So when the Samaritans came to him, they asked him to stay with them, and he stayed there two days. And many more believed because of his word. They said to the woman, “It is no longer because of what you said that we believe, for we have heard for ourselves, and we know that this is indeed John the Savior See of the world.”

Dari penelaahan di atas, terlihat jelas bahwa Allah memegang kendali keselamatan. Begitulah cara Allah menyelamatkan umatNya: bukan dengan menawarkan dan membiarkan si manusia memutuskan sendiri, melainkan dengan menarik manusia ke dalam suatu kondisi kehidupan yang membuat si manusia bisa menemukan dan minum air kehidupan itu secara "natural" (istilah ini saya pinjam dari bro odading). Allah menyelamatkan manusia dengan membuatnya haus akan air kehidupan, meminta air kehidupan, dan minum air kehidupan.

Jadi, "keselamatan adalah sepenuhnya anugerah Allah" bukan berarti Allah memaksa manusia secara coercive, melainkan Allah memampukan manusia untuk menerimaNya (beriman). Manusia sendiri tetap tidak kehilangan perannya/usahanya. If you knew the gift of God, and who it is that is saying to you, ‘Give me a drink,’ you would have asked him, and he would have given you living water. Jadi, manusiapun tetap berusaha.

Kata-kata "you would have asked him" mengungkapkan usaha manusia. Namun, usaha itu merupakan hasil/akibat dari tindakan Allah yang terlebih dulu. Jika Allah tidak pernah menarik manusia, manusia would not have asked him. Jika Yesus tidak pernah mendatangi perempuan Samaria itu, maka usaha perempuan Samaria itu hanya menimba dan minum air sumur untuk menekan kehausan yang tidak akan pernah hilang (sia-sia). Allah adalah memprakarsai sekaligus memberikan keselamatan, bukan memprakarsai dan menawarkan.

=========

Wahyu 22:11-13 "Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat ; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya! "Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir."

Jadi, dalam wacana kehidupan orang Kristen:
1. Allah yang menyelamatkan
2. Manusia mewujudkan imannya dalam perbuatan (mengerjakan keselamatan) --> pun ini pekerjaan Allah (Fil 2:13)
3. Allah mengganjar menurut perbuatan.


Salam

Offline pinoq

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 223
  • Reputation Power:
  • Denominasi: belum pasti
Re: TULIP
« Reply #28 on: September 24, 2012, 03:06:09 AM »

Salam kenal jg Pinoq..

Wah, sdh tengah malam makin rame ya..
Bisa dilihat postingan utk bro odading..

Terima kasih

Maaf saya belum paham, bro.

Bagaimana dari ayat "Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan." bisa muncul kesimpulan bahwa Allah menciptakan ciptaan (manusia) yang untuk dibinasakan?

Salam


Note: dalam hal ini, saya percaya bahwa Allah tidak pernah menciptakan ciptaan (manusia) untuk dibinasakan. Sebab, setelah selesai penciptaan Allah berkata bahwa segala sesuatu yang telah dijadikanNya "sungguh amat baik". Kalau ciptaan dimusnahkan berarti ciptaan itu tidak baik, apalagi amat baik
« Last Edit: September 24, 2012, 03:09:22 AM by pinoq »

bruce

  • Guest
Re: TULIP
« Reply #29 on: September 24, 2012, 06:54:48 AM »

Salam kenal jg bruce..

Memang terlihat kejam ya.. Tapi sbg manusia yg diciptaNya, saya percaya itulah otoritas dan
kedaulatan yang Allah miliki seperti yg dicatat dlm peristiwa air bah.

Apa saat air bah itu, manusia sengaja diciptakan untuk mati terbenam?

Quote
Dari pihak manusia tentu Allah terlihat begitu kejam dan sadis. Tetapi apabila kita mau mencoba
melihatnya dari 'pihak pencipta' yang begitu murka dan membenci perbuatan dosa manusia,
tentu kita bisa belajar memahami akan arti kekudusan hidup yang Allah inginkan bagi manusia.

Jika Allah begitu kejam dari pandangan manusia, apakah kemudian tidak menjadi bertentangan yang dilakukan oleh Jesus yang rela mati disalibkan untuk menyelamatkan manusia?

Quote
Tentang hubungannya dgn pertanyaan diatas, maksud saya adalah tentang 'keselamatan ditawarkan' yang memang belum saya pahami, sehingga timbul 2 pertanyaan saya..

Kalau Allah menyerahkan pilihan keselamatan kepada manusia yang dikatakan 'tidak ada yang mencari Allah' (Rom3:11-12) secara naturnya, apakah mungkin ada kondisi dimana Allah menjadi pasif, seperti menanti, menunggu atau menerka siapa yang akan menerima keselamatan yang Dia tawarkan?

Bagaimana dengan anggota tubuh Kristus yang terdiri dari orang2 percaya, apakah artinya Allah jadi harus bertanya2 siapa yang akan menjadi anggotaNya?

Terima kasih

Allah tidak menerka, Allah tidak menunggu, Allah tidak meanti proses terjadinya suatu peristiwa untuk mengetahui, karena Allah selalu ada pada setiap proses.

Allah sudah tahu siapa saja yang akan menjadi pengikutNya sejak dunia belum dijadikan.

Syalom