Saya punya artikel yang menarik tentang karunia bahasa Roh... oleh kalangan calvinist/reformed konservatif!!
PENGAJARAN CALVIN TENTANG BAHASA ROH
Natur Bahasa Roh
Calvin secara konsisten menafsirkan fenomena bahasa roh sebagai kemampuan untuk berbicara dalam bahasa asing yang sama sekali tidak pernah dipelajari oleh pembicara sebelumnya. Hal ini terlihat jelas dari komentarnya atas peristiwa dan pengajaran mengenai karunia bahasa roh yang tercatat dalam Alkitab, baik di Kisah Para... Rasul maupun 1 Korintus 12-14.
Mengomentari fenomena berbahasa roh yang terjadi pada hari Pentakosta, ia menulis:
He showeth that the effect did appear presently, and also to use their tongues were to be framed and applied. But because Luke setteth down shortly after, that strangers out of divers countries hear the apostles speaking in their own tongue. . . . I suppose that it doth manifestly appear hereby that the apostles had the variety and understanding to tongues given them, that they might speak unto the Greek in Greek, unto the Italians in the Italian tongue, and that they might have true communication (and conference) with their hearers
Hal yang sama diungkapkan dalam khotbahnya di hari Pentakosta:
How then were the Apostles, having always been isolated as foolish and unlearned people in this corner of Judea, able to publish the Gospel to all the world, unless God accomplished what He had previously promised: namely, that He would be known by all tongues and by all nations?
Terhadap kejadian serupa yang tercatat di rumah Kornelius (Kis. 10), Calvin hanya memberi dua kalimat untuk menjelaskan natur dari bahasa roh, yakni: “He expresseth what gifts of the Spirit were poured out upon them, and therewithal he noteth the use; to wit, that they had variety of tongues given them, so that they did glorify God with many tongues.”
Penafsiran yang sama ditunjukkan Calvin ketika ia mengomentari pengajaran rasul Paulus di 1 Korintus 12-14. Secara spesifik ia menuliskan bahwa “in the use of the word tongue, there is not a pleonasm (a figure of speech – involving a redundancy of expression). . . . The term denotes a foreign language.” Selanjutnya, berulang kali—dalam bagian Alkitab ini—ia mengartikan karunia bahasa roh sebagai kemampuan yang diberikan kepada Roh Kudus kepada seseorang untuk berbahasa asing tanpa terlebih dahulu mempelajarinya, misalnya: “karunia untuk berkatakata dengan bahasa roh” (12:10) ditafsirkan sebagai kemampuan untuk berbicara bahasa bangsa asing;“berdoa dengan bahasa roh” (14:14) diartikan sebagai“to frame a prayer in a foreign language”;dan bahasa roh bagi orang percaya di kota Korintus yang dianalogikan dengan bahasa Ibrani dan Yunani bagi Calvin dan orang sezamannya.8
Dengan penafsiran di atas, Calvin menyangkal kemungkinan untuk menafsirkan praktik bahasa roh sebagai suatu kepenuhan Roh Kudus yang menghasilkan fenomena ecstatic dengan mengucapkan bunyi-bunyian atau suku kata-suku kata yang sepenuhnya bukan bahasa manusia, sehingga menjadi asing bagi segala bangsa.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bagi Calvin, karunia berbahasa roh dalam Alkitab hanya memiliki satu makna, yakni sebuah karya Roh Kudus atas orang percaya sehingga mampu berbahasa asing tanpa terlebih dahulu mempelajarinya. Selanjutnya, pandangan ini yang mewakili pandangan Calvin dalam tulisan ini.
Fungsi Bahasa Roh
Di mata Calvin, bahasa roh adalah sebuah karunia yang diberikan oleh Roh Kudus kepada orang percaya.Namun, karunia ini—sama seperti karunia yang lainnya juga—tidak serta merta diberikan kepada semua orang pada setiap saat, tetapi hanya diberikan oleh Roh Kudus dalam kondisi tertentu dengan tujuan tertentu.Sesuai dengan keyakinannya, semua karunia roh diberikan Roh Kudus kepada orang percaya dengan satu tujuan utama, yakni untuk membangun tubuh Kristus, sehingga penerapan karunia apa pun kalau bukan bertujuan membangun tubuh Kristus adalah pelanggaran dari tujuan Roh Kudus memberikan karuniakarunia tersebut.
Sesuai dengan penjelasan di atas, karunia bahasa roh juga harus dipraktikkan demi pembangunan tubuh Kristus, yakni: pertama, karunia bahasa roh diberikan dalam hubungan yang sangat erat dengan pekabaran Injil. Tujuan karunia bahasa roh dalam aspek ini secara khusus ditemukan dalam catatan di Kisah Para Rasul. Pada saat itu, para rasul atau pekabar Injil di abad pertama mengalami keterbatasan karena faktor bahasa. Dengan memberikan kemampuan berbahasa asing kepada para rasul, Allah telah menghilangkan salah satu penghalang utama pekabaran Injil. Hal ini dapat dibaca lewat komentarnya atas peristiwa para murid berbahasa roh pada hari Pentakosta:
The diversity of tongues did hinder the gospel from being spread abroad any farther; so that, if the preachers of the gospel had spoken one language only, all men would have thought that Christ had been shut up in the small corner of Jewry.
Dalam khotbahnya di hari Pentakosta, ia juga mengungkapkan bahwa Roh Kudus memberikan manifestasi bahasa roh kepada para rasul dengan dua tujuan, yakni agar Injil dapat disampaikan kepada segala bangsa dalam bahasa mereka masing-masing dan agar konsep yang salah bahwa keselamatan hanya disediakan bagi bangsa Yahudi dapat dibuang, seperti yang dapat dibaca lewat kutipan berikut ini:
It is true that it is said that all will speak the Hebrew language in order to join in a true faith, but the truth is better declared to us when it is said that all believers, from whatever region they may be, will cry, “Abba, Father,”invoking God with one accord; although there may be diversity of language. That, then, is how the Spirit of God wished to display His power in these tongues, in order that the Name of God might be invoked by all and that we might together be made partakers of this covenant of salvation which belonged only to the Jews until the wall was torn down.
Pendapat di atas diperkuat dengan pernyataan dari rasul Paulus bahwa “karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman” (1Kor. 14:22). Bagi Calvin, kalimat di atas berarti karunia ini berfungsi sebagai sebuah mukjizat untuk dipertunjukkan kepada orang yang belum percaya agar mereka diyakinkan untuk menerima Injil, seperti yang dapat dibaca dari tulisannya:
The advantages derived from tongues were various. They provided against necessity— that diversity of tongues might not prevent the Apostles from disseminating the gospel over the whole world: there was, consequently, no nation with which they could not hold fellowship.
Hasil dari pekabaran Injil adalah bangsa-bangsa yang datang dari aneka ragam latar belakang dan bahasa dapat bersatu di hadapan Tuhan, seperti yang tertuang dalam pikirannya: “But God did furnish the apostles with the diversity of tongues now, that he may bring and call home, into a blessed unity, men which wander here and there.”
Konsep yang sama diungkapkannya ketika mengomentari kejadian di rumah Kornelius (Kis. 10:46) dengan mengatakan bahwa “that the tongues were given them . . . seeing the gospel to be preached to strangers and to men of another language.”
Kedua, praktik bahasa roh dalam pertemuan jemaat. Bagi Calvin, bahasa roh—sama dengan karunia yang lain—memiliki satu tujuan utama, yakni untuk membangun jemaat dan membawa berkat bagi semua orang (for the common benefit).Supaya dapat membangun jemaat, maka semua bentuk praktik bahasa roh harus dapat dimengerti oleh orang-orang yang hadir dalam pertemuan ibadah tersebut, seperti yang dapat dibaca dalam tulisannya:
For the gift of tongues was conferred— not for the mere purpose of uttering a sound, but, on the contrary, with the view of making a communication. For how ridiculous a thing it would be, that the tongue of a Roman should be framed by the Spirit of God to pronounce Greek words, which were altogether unknown to the speaker, as parrots, magpies, and crows, ar taught to mimic human voices!
(to be continued)