Ijin ikut dalam diskusinya.
@Bro Yopi,
Mungkin perlu dibedakan dulu antara "berkata2 dalam bahasa roh" dengan "bernubuat dalam bahasa roh".
Paulus menyebutkan 2 karunia yg berbeda ini dalam 1 kor 14 : 4.
Paulus memang lebih menyukai karunia bernubuat, karena karunia ini tidak hanya membangun pribadi seseorang, tetapi juga membangun jemaat.
Tetapi Paulus jg memuji karunia berkata2 dalam roh, karena karunia ini sekalipun tidak dimengerti oleh orang lain dapat membangun rohani pribadi yang berkata2 dalam roh tersebut.
Paulus tidak pernah melarang seseorang utk berkata2/berdoa dalam bahasa roh.
Yang dilarang adalah mengeluarkan suara ketika berkata2/berdoa dalam bahasa roh ketika berada dalam pertemuan jemaat, tapi tetap diperbolehkan utk melakukannya dengan berdiam diri (berkata2 kepada dirinyaa sendiri dan kepada Allah), Kor 1 : 14 : 28. IMHO, dan berdasar pengalaman pribadi, hal ini dapat dilakukan dengan berbisik2 pada diri sendiri atau berbicara dalam ati.
Tapi lain lagi kasusnya kalo dalam jemaat itu ada yg memiliki karunia utk menerjemahkan, baik kata2 roh, maupun nubuat dalam bahasa roh. Dalam kasus ini, ya karunia berdoa/bernubuat itu harus diucapkan dengan lantang agar yg memiliki karunia itu dapat menerjemahkannya.
Kalo pengalamanku, biasa dalam P&W, ketika kita masuk dalam pujian/penyembahan dalam bahasa roh, kita mulai dengan berbicara secara lantang, kalo setelah bbrp menit tidak ada yg menafsirkan, ya lalu kita masuk ke saat hening, di mana tiap2 orang melanjutkan berkata2 dalam bahasa roh itu kepada diri sendiri dan kepada Allah, sampai moment2 dari karunia itu berlalu.
IMHO, ajaran Paulus di sini masih diikuti dan tidak dilanggar.
IMHO, mengejar dan mempraktekkan karunia bahasa roh itu TIDAK SAMA dengan ajaran sesat/praktek bidaat.