Kembali ke topik.
Sebenarnya justru para Theis yang lebih berkepentingan untuk membuktikan bahwa Tuhan itu ada, daripada Atheis untuk membuktikan Tuhan itu tidak ada. Para theis (agamawan) biasanya mengemban misi agama, menjaring pengikut sebanyak-banyaknya, sedangkan atheis biasanya tidak berkepentingan untuk menyebarkan ajarannya demi menarik pengikut sebanyak-banyaknya. Karena dengan menjaring pengikut, otomatis mereka menjadi penganut agama baru yaitu agama "tanpa Tuhan"
Sekalipun memiliki pendapat yang senada dengan Bro Shakes, yaitu bahwa para theist adalah yang seharusnya memiliki kewajiban (saya lebih suka menyebutnya compassion) membuktikan eksistensi Allah, namun saya berpandangan lain mengenai siapa yang yang seharusnya menanggung beban pembuktian secara rasional itu.
Bertahun tahun atheist telah melakukan berbagai upaya mementalkan argumentasi argumentasi yang dipakai theist untuk membuktikan eksistensi Allah (mereka tidak membuktikan bahwa Allah itu ada, yang mereka lakukan hanyalah menolak dan menyangkal secara filosofis rasional apa yang disampaikan para theist),
Tetapi mari kita berpikir ulang,
Tidak ada alasan yang bagus untuk mempercayai bahwa Allah itu tidak ada,
jika Allah itu ada, kita memilki penjelasan untuk segala hal
dari DIA, oleh DIA, dan untuk DIA
from HIM, by HIM, and for HIM
bandingkan dengan atheist
jika alam semesta dan kehidupan ini muncul dari kombinasi acak, maka hidup tak lebih dari awan awan elektron yang berjalan
himne mereka adalah
from nothing, by nothing, and for nothing
oleh sebab itu, beban untuk membuktikan ineksistensi Allah terletak di pundak seorang atheist,
karena tidak ada alasan yang bagus bagi kehidupan ini mengapa Allah harus tidak ada.
Syalom