Hmm, islam sendiri juga versi kitab sucinya banyak, tapi dibakar sama utsman yang dipake yang punya utsman. Itu yang aku dengar.
kalau boleh sedikit menjelaskan mas:
Ketika Rasulullah SAW menyampaikan kembali ayat-ayat yang turun kepada beliau, para shahabat lantas mencatatnya, baik di pelepah kurma, tulang, batu atau pun media lainnya. Selain itu Rasulullah SAW juga punya seorang sektetaris pribadi yang secara khusus ditugaskan untuk mencatat setiap ayat yang turun. Seperti Zaid bin Tsabit dan lainnya.
Adapun tulisan tangan para shahabat nabi SAW itu kemudian mengalami standarisasi di zaman Khalifah Utsman bin Al-Affan. Tujuannya untuk menyamakan rasam (bentuk huruf dan tulisan), agar tidak terjadi kesalahan di kemudian hari. Dan tulisan-tulisan lainnya setelah standarisasi itu dikumpulkan lalu dibakar. Sebab umat Islam sudah punya satu mushaf standar yang telah dikerjakan oleh tim profesional. Mushaf standar inilah yang kemudian digandakan dan dikirim ke pusat-pusat peradanan Islam.
Seandainya Utsman mengorupsi ayat Al-Qur’an pada proses pembukuan, bisa dipastikan umat Islam akan ‘geger’ pada waktu itu, bahkan bisa terjadi konflik berdarah yang akan menggagalkan proses pembukuan Al-Qur’an. Jika berani mengorupsi ayat Al-Qur’an meskipun hanya satu ayat, pastilah Utsman akan menuai komplain dari para shahabat lainnya, karena sangat banyak shahabat yang hafal Al-Qur’an di luar kepala.
Setelah mushaf Al-Qur’an pada masa Utsman selesai dibukukan, naskah tersebut diverifikasi dan dicek dengan mushaf yang dari Hafshah, lalu dibacakan kepada para shahabat di depan Utsman. Ternyata tak satupun shahabat yang memprotes (komplain) terhadap mushaf Al-Qur’an tersebut.
Tak satupun ayat Al-Qur’an yang hilang, karena ayat-ayat itu langsung dihafal oleh para shaha¬bat setelah diwahyukan kepada Nabi SAW. Dan tidak pernah terjadi perbedaan naskah Al-Qur’an menurut Aisyah dengan naskah Al-Qur’an yang dibukukan oleh kepanitiaan yang dibentuk oleh Utsman bin Affan.
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Qs Al-Qalam 17, 22, 32, 40).
Itulah salah satu cara penjagaan Allah terhadap Al-Qur’an adalah menjadikannya sebagai mukjizat yang penuh dengan keindahan struktur sehingga mudah dihafalkan orang, meskipun orang itu tidak paham bahasa Arab.
Buah penjagaan Allah terhadap Kitab Suci-Nya adalah tidak adanya perbedaan Al-Qur’an yang beredar di seluruh dunia. Di negara manapun, Al-Qur’an tetap sama dan seragam, dalam bahasa Arab yang sudah dihafal oleh jutaan huffaz
(The History of Qur’anic Text, edisi Indonesia: Sejarah Teks Al-Qur’an, hlm. 105).