Author Topic: sexual desire VS sexual pleasure ?  (Read 16549 times)

0 Members and 8 Guests are viewing this topic.

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #210 on: April 24, 2013, 01:06:56 AM »
Origin of PROCREATE
Latin procreatus, past participle of procreare, from pro- forth + creare to create — more at pro-, create
First Known Use: 1536
iyah saya sempet baca... maksud saya ini loh : nggak ketemu antonym-nya contracreate :D.

Quote
Pake kontasepsi terus tapi akhirnya punya anak/keturunan juga ===> tidak Pro Kreasi
Oleh karena itulah medice, saya jadi mengertikannya procreate itu fokusnya bukan tentang ke niat, tapi CARA ... suatu cara yang masuk definisi yang disebut procreate.

Quote
Gak pernah pake kontrasepsi bahkan selalu di masa subur, tapi gak punya keturunan juga ==> Pro Kreasi.
nah kalo yang bold itu sudah benar caranya dan masuk definisi yang disebut procreate pada hubungan seksual pasutri ... setelah itu begimana, dapet anak ato kagak ...nggak ada kaitannya :).

IMO, hubungan seksual alami pasutri itu tidak harus berdasarkan niat punya/dapet anak.

Quote
Tidak dikatakan 'berniat' pun maka sudah jelas disana ada niat. Mudah melihatnya (niat atau tidak) dari sisi sebaliknya.
Mungkin kita gak bisa "saling ketemu", karena perbedaan kita dari pengertian kata "niat/ingin/kehendak" :).

odading : niat tidak harus pasti selalu terwujud berdasarkan bukti aksi real.
medice : dgn adanya bukti aksi real maka artinya ya jelas niatnya adalah utk melakukan aksi tsb.

Quote
- Kalau gak niat pasutri tidak akan melakukakannya; karena sudah diharuskan open to the procreation of children
Kembali lagi pada contoh KBA.
Mengapa ngitungin kalender dulu dikala mau melakukan aksi tsb ?
Bukankah artinya gak niat utk dapet/menambah anak ?

Setelah ngitungin kalender, pasutri tetap melakukan aksi union tsb.
1. Niat mereka tentu bukan utk dapet/menambah anak
2. Belum tentu juga niat mereka "patuh" pada kalimat ijo
3. Bisa terbuka kemungkinan, niat mereka adalah sexual pleasure tapi meminimalkan pada kemungkinan mendapat anak.

Oleh karena itu (imo) kalimat ijo itu nggak sedang fokus/berkaitan dgn niat (seperti pada contoh 1-2-3). Terserah pasutri mau ngitungin kalender ato kagak, pokok dikala hubungan seksual, maka caranya harus masuk pada definisi kalimat ijo tsb :).

Quote
- Kalau gak niat pasutri akan melakukannya dengan pengaman (kontrasepsi)
Ya kalo yang bold, ini artinya sudah tidak masuk lagi ke statement kalimat ijo.

Quote
Bagaimana kalau sudah dikunyah, ditelan, dan sampai di lambung lantas dimuntahkan?
ungu sudah masuk kedalam definisi kata kerja "makan". Kata kerja "makan" nggak ngurus apakah setelah makan muntah lagi, gak pernah dibuang aer besarin, lambungnya gak bisa mencerna, dlsb ---> ini sudah laen perkara lagi ... dan tidak pernah masuk definisi dari kata kerja "makan" :D.

Each marital act, each sexual encounter must be open to the procreation of children
Quote
Bagaimana kalau sudah terjadi pembuahan lantas diaborsi?
kalimat ijo tidak sedang ngurus : "setelah itu begimana ?" :D.

Kalimat ijo nggak sedang ngurus niat sebelonnya harus kayak begimana, dan setelahnya begimana ... pokok itulah CARAnya dalam aksi hubungan seksual pasutri pada Katolik.

Saya gak ngerti, kenapa kok perasaan pengertian saya masih nggak bener buat medice, ya ? hehehe :).

:)
salam.
« Last Edit: April 24, 2013, 01:13:00 AM by odading »

Offline Medice_curateipsum

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 389
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #211 on: April 25, 2013, 07:14:16 AM »
@bro medice:
Maaf, ijin interupsi dan ikutan dalam diskusi.
Menurut bro medice, apakah KBA dgn sistem kalender, yg ditujukan utk mencegah terjadinya kehamilan, hal ini dapat dibenarkan (justified) menurut moral katolik?
Kok sepertinya aku memahami bahwa bro medice mendukung contraception jika caranya adalah alami, i.e. sistem kalender? CMIIW.

Segala sesuatu dengan maksud mulia/baik/benar dan dengan cara mulia/baik/benar adalah tidak bertentangan dengan moral (Katolik). ===> terlepas apakah hasilnya menjadi benar/baik atau salah/buruk.

Jika KBA alamiah adalah dengan maksud tidak berketurunan sama sekali (tanpa sebab) ===> Ini salah.

Jika KBA alamiah adalah dengan maksud menunda (sementara atau tetap) karena alasan serius (kesejahteraan/ekonomi; kesehatan; etc) ===> ini tidak salah.


ENCYCLICAL LETTER
HUMANAE VITAE
OF THE SUPREME PONTIFF
PAUL VI


10. .....

.......


With regard to physical, economic, psychological and social conditions, responsible parenthood is exercised by those who prudently and generously decide to have more children, and by those who, for serious reasons and with due respect to moral precepts, decide not to have additional children for either a certain or an indefinite period of time
.

.......

16. ....

......

If therefore there are well-grounded reasons for spacing births, arising from the physical or psychological condition of husband or wife, or from external circumstances, the Church teaches that married people may then take advantage of the natural cycles immanent in the reproductive system and engage in marital intercourse only during those times that are infertile, thus controlling birth in a way which does not in the least offend the moral principles which We have just explained. (20)

http://www.vatican.va/holy_father/paul_vi/encyclicals/documents/hf_p-vi_enc_25071968_humanae-vitae_en.html


====

Salam,

Offline Medice_curateipsum

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 389
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #212 on: April 25, 2013, 07:35:00 AM »
Each marital act, each sexual encounter must be open to the procreation of children kalimat ijo tidak sedang ngurus : "setelah itu begimana ?" :D.

Kalimat ijo nggak sedang ngurus niat sebelonnya harus kayak begimana, dan setelahnya begimana ... pokok itulah CARAnya dalam aksi hubungan seksual pasutri pada Katolik.

Saya gak ngerti, kenapa kok perasaan pengertian saya masih nggak bener buat medice, ya ? hehehe :).

:)
salam.

Katolik tidak pernah memandang 'pro creation' hanya ketika 'marital act' sedang berlangsung.

Makanya, jika setelah konsepsi terjadi/berhasil lantas di-aborsi ..... ini tidaklah pro creation.

Pro creation yang tanpa pro vita bukanlah pro creation.

=====

Salam,

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #213 on: April 25, 2013, 01:13:50 PM »
Katolik tidak pernah memandang 'pro creation' hanya ketika 'marital act' sedang berlangsung
Iya... iya... saya ngerti, medice :).
Namun maksud saya disini, sedang membicarakan tentang point sexual-nya :D.

Secara medice menjelaskan bahwa
to Pro-create = suatu aksi yang mendukung lahirnya bayi
to Contra-create = suatu aksi yang tidak mendukung lahirnya bayi

Maka disitu melibatkan adanya suatu proses, kan ?
Proses awal-nya dimulai dari :

1. Menikah ---> suatu aksi yang mendukung lahirnya bayi
2. Union ---> ungu
3. Menjaga kehamilan ---> ungu
4. bayi lahir

Pada proses 1 dan 2 itu .... karena konsepsi itu sendiri belon ada / belon terjadi (belon terjadinya janin) maka (imo) ungu bukan satu2nya faktor-niat suatu pasangan melakukan aksi di proses 1 dan 2.

Proses-1:
Ungu secara simultan beserta faktor2-niat lainnya sehingga suatu pasangan menikah. Apakah pasangan menikah mlulu hanya dikarenakan untuk mendukung lahirnya bayi ? Nggak kaaan :).

Nah, pada proses berikutnya, proses-2 inilah yang saya fokuskan pada maksud pertanyaan saya : di keKristenan, apakah aksi union pasutri diharuskan hanya dikarenakan untuk mendukung lahirnya bayi ?

IMO, secara logika saya : pasutri bebas melakukan union TANPA diharuskan karena berniat hanya untuk mendukung lahirnya bayi ....., tapi.... pasutri jangan lupa ya, CARA ber-union itu sendiri tidaklah bebas :D.

Nah, sampe sini dulu ... bener nggak saya, medice ? :).

Seperti yang saya post sebelumnya, saya nggak ngerti - kenapa pengertian2 saya diatas itu sepertinya masih salah menurut medice ... :) ----> dan ini jadi menuntun saya bertanya-tanya : dimana salahnya ? ataukah jangan2 pasutri itu memang jadi seperti robot ?

Kalian dikala akan melakukan union HARUS berdasarkan niat untuk mendukung lahirnya bayi .... cara2 kegiatan mendukung lahirnya bayi dalam union adalah bla3x. Apabila kalian akan melakukan union DILUAR berdasarkan niat untuk mendukung lahirnya bayi, maka tidak boleh melakukan union. Itulah perintah Tuhan.

Saya tidak tahu, kalimat coklat diatas memang begitu atau tidak - diberlakukan pada pasutri Kristen --- tapi naluri saya sendiri mengatakan : nggak-lah sampe sebegitunya ... :) ---> nah lalu dimana salah nangkep/mengertikannya saya ?

Quote
Makanya, jika setelah konsepsi terjadi/berhasil lantas di-aborsi ..... ini tidaklah pro creation.
YA, pada proses-3 ... sudah terjadi konsepsi. Ada tanggung jawab lain bagi pasutri, selain tanggung jawab mereka each other. Dengan demikian, menjaga kehamilan s/d bayi lahir memang HARUS HANYA berdasarkan ungu.

:)
salam.

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #214 on: April 25, 2013, 10:18:38 PM »
Segala sesuatu dengan maksud mulia/baik/benar dan dengan cara mulia/baik/benar adalah tidak bertentangan dengan moral (Katolik). ===> terlepas apakah hasilnya menjadi benar/baik atau salah/buruk.

Jika KBA alamiah adalah dengan maksud tidak berketurunan sama sekali (tanpa sebab) ===> Ini salah.

Jika KBA alamiah adalah dengan maksud menunda (sementara atau tetap) karena alasan serius (kesejahteraan/ekonomi; kesehatan; etc) ===> ini tidak salah.


ENCYCLICAL LETTER
HUMANAE VITAE
OF THE SUPREME PONTIFF
PAUL VI


10. .....

.......


With regard to physical, economic, psychological and social conditions, responsible parenthood is exercised by those who prudently and generously decide to have more children, and by those who, for serious reasons and with due respect to moral precepts, decide not to have additional children for either a certain or an indefinite period of time
.

.......

16. ....

......

If therefore there are well-grounded reasons for spacing births, arising from the physical or psychological condition of husband or wife, or from external circumstances, the Church teaches that married people may then take advantage of the natural cycles immanent in the reproductive system and engage in marital intercourse only during those times that are infertile, thus controlling birth in a way which does not in the least offend the moral principles which We have just explained. (20)

http://www.vatican.va/holy_father/paul_vi/encyclicals/documents/hf_p-vi_enc_25071968_humanae-vitae_en.html


====

Salam,

Ic... thanks a lot atas infonya, bro medice!  :afro:

Jadi selama ini aku yg salah memahami ajaran GK ttg kontrasepsi.
Tadinya aku pikir, apapun caranya, segala bentuk tindakan dan niat utk kontrasepsi itu tidak dapat diterima menurut moral katolik, termasuk KBA sistem kalender.
Selama ini aku berpikir, kalopun memanfaatkan masa2 tidak subur dan tidak berhubungan di waktu2 subur, harus dilakukan tanpa niat utk berkontrasepsi.

Tapi ternyata dalam surat ensiklik Paus Paulus VI, dinyatakan boleh berkontrasepsi, diniatkan dan dijalankan, bahkan secara permanent sekalipun, selama dilakukan dgn cara yg benar dan dapat dipertanggung jawabkan menurut moral katolik.

... ... ... and by those who, for serious reasons and with due respect to moral precepts, decide not to have additional children for either a certain or an indefinite period of time

Kalo boleh aku simpulkan, sebenarnya Gereja tidak menentang kontrasepsi, melainkan Gereja menentang kontrasepsi yang bertentangan dgn prinsip2 moral  katolik.
CMIIW..
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Medice_curateipsum

  • FIK - Senior
  • ****
  • Posts: 389
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #215 on: April 26, 2013, 12:06:12 AM »
Kalo boleh aku simpulkan, sebenarnya Gereja tidak menentang kontrasepsi, melainkan Gereja menentang kontrasepsi yang bertentangan dgn prinsip2 moral  katolik.
CMIIW..

Afaik, Contraception is intrinsically evil.

Nah, saya pribadi gak setuju kalau KBA/NFP/Sistem kalender dikategorikan sebagai Kontrasepsi.

Kontrasepsi = melawan terjadinya konsepsi........ [Seandainya tidak digunakan kemungkinan akan terjadi pembuahan]

KBA/NFP = Tidak melawan konsepsi .... [Karena kemungkinan akan terjadi pembuahan pun tidak ada]

- ML disaat tidak subur: Sperma ada tapi Sel telur tidak ada===> Pembuahan: Nihil,

- Tidak ML disaat subur: Sel telur ada, tapi sperma tidak ada.==> Pembuahan: Nihil
====

Salam,
« Last Edit: April 26, 2013, 12:10:06 AM by Medice_curateipsum »

Offline Djo

  • Global Moderator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1503
  • Reputation Power:
  • Denominasi: kharismatik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #216 on: April 26, 2013, 01:56:43 PM »
Kontrasepsi = melawan terjadinya konsepsi........ [Seandainya tidak digunakan kemungkinan akan terjadi pembuahan]

KBA/NFP = Tidak melawan konsepsi .... [Karena kemungkinan akan terjadi pembuahan pun tidak ada]

- ML disaat tidak subur: Sperma ada tapi Sel telur tidak ada===> Pembuahan: Nihil,

- Tidak ML disaat subur: Sel telur ada, tapi sperma tidak ada.==> Pembuahan: Nihil
====

Salam,
Tapi yg perlu diingat adalah "tidak melawan konsepsi" bukan berarti  PASTI prokreasi bro.
"Pro" itu setuju,mendukung, bergerak aktif utk tujuan, berbeda dgn cara kerja KBA yg pasif dan cenderung tidak bekerja.
Jadi mungkin KBA memang tidak kontrasepsi, tapi juga tidak prokreasi.
Tapi tidak masalah, karena memang prokreasi dilihat dari kehidupan intim dalam keseluruhan pernikahan, dan bukan dinilai pada tiap kali berhubungan.

Salam.
Trust and Obey....!  Miracle is on the way !!

Offline sniperX

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1954
  • Reputation Power:
  • Denominasi: ****
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #217 on: April 26, 2013, 02:00:13 PM »
Masih pada belum bosan ya mengulas seperti ini terus?
Bacanya saja sudah bosan.
Hehhhhhhhhhhhhhh...


Offline Gavin Tuturuga

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1276
  • Reputation Power:
  • Denominasi: -
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #218 on: April 26, 2013, 06:01:31 PM »
Tapi yg perlu diingat adalah "tidak melawan konsepsi" bukan berarti  PASTI prokreasi bro.
"Pro" itu setuju,mendukung, bergerak aktif utk tujuan, berbeda dgn cara kerja KBA yg pasif dan cenderung tidak bekerja.
Jadi mungkin KBA memang tidak kontrasepsi, tapi juga tidak prokreasi.
Tapi tidak masalah, karena memang prokreasi dilihat dari kehidupan intim dalam keseluruhan pernikahan, dan bukan dinilai pada tiap kali berhubungan.

Salam.

Kalau yg saya pahami sih.

Ketika ML, harus OPEN to procreation.

KB non alami =CLOSED to procreation.
KB alami = OPEN to procreation. (kalau ML di masa subur).

Gimana kalau ML dimasa fertil ? ya tetap open, cuma ngga tepat waktu.

Gimana dengan niat ?

Dijawab sama yg quote berikut :

Quote
With regard to physical, economic, psychological and social conditions, responsible parenthood is exercised by those who prudently and generously decide to have more children, and by those who, for serious reasons and with due respect to moral precepts, decide not to have additional children for either a certain or an indefinite period of time.

.......

16. ....

......

If therefore there are well-grounded reasons for spacing births, arising from the physical or psychological condition of husband or wife, or from external circumstances, the Church teaches that married people may then take advantage of the natural cycles immanent in the reproductive system and engage in marital intercourse only during those times that are infertile, thus controlling birth in a way which does not in the least offend the moral principles which We have just explained. (20)
Back to TOPIC!

Offline cadangdata

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1065
  • Reputation Power:
  • Denominasi: -
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #219 on: April 26, 2013, 08:51:59 PM »
Masih pada belum bosan ya mengulas seperti ini terus?
Bacanya saja sudah bosan.
Hehhhhhhhhhhhhhh...

saya agak agak setuju dgn mas sniper nih...

mari kita NIKMATI saja ke-NIKMAT-an yang sudah dikaruniakan Tuhan sebagai kodrat manusia...
wong mau enak aja kok dibikin pusing.. ehehe...

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #220 on: April 26, 2013, 11:02:27 PM »
Afaik, Contraception is intrinsically evil.

Nah, saya pribadi gak setuju kalau KBA/NFP/Sistem kalender dikategorikan sebagai Kontrasepsi.

Kontrasepsi = melawan terjadinya konsepsi........ [Seandainya tidak digunakan kemungkinan akan terjadi pembuahan]

KBA/NFP = Tidak melawan konsepsi .... [Karena kemungkinan akan terjadi pembuahan pun tidak ada]

- ML disaat tidak subur: Sperma ada tapi Sel telur tidak ada===> Pembuahan: Nihil,

- Tidak ML disaat subur: Sel telur ada, tapi sperma tidak ada.==> Pembuahan: Nihil
====

Salam,

Thanks, bro Medice,
Penjelasan Anda sudah crystal clear, and I completely agree with what  you said.

IMHO, sekarang diskusinya sudah murni masalah semantik.

Kalo Gereja mengijinkan utk menunda memiliki anak, atau bahkan mengijinkan utk merencanakan tidak memiliki anak sama sekali karena alasan yg kuat berkaitan dgn ekonomi/psikologi/keadaan social.
Meskipun sepasang pasutri menggunakan KBA, pada intinya mereka telah menghindar terjadinya konsepsi dalam conjugal acts mereka. Dengan menghindari terjadinya conception, IMHO artinya mereka jg telah contra (melawan) kemungkinan terjadinya conception. Jadi IMHO tidak salah juga jika dikatakan hal ini adalah contraception.
Bedanya, seperti yg Anda bilang, contraception system kalender ini, kita secara pasif menghindari terjadinya pembuahan.
Kalo dgn condom/sterilisasi, kita secara aktif menghalangi terjadinya pembuahan.

Tepat sekali analogi Anda, kontrasepsi pasif (ini istilah yg aku pakai, mgkn Anda lebih  memilih istilah avoid-ception instead of contra-ception) itu dapat diterima menurut moral katolik, karena ibaratnya kita masuk ke ruangan ketika yg bakal ditemui itu tidak ada --> manusiawi.
Tapi dengan kontrasepsi aktif, ibaratnya kita masuk ke ruangan tapi orang yg bakal ditemui itu telah dipasung dulu agar tidak bertemu dgn kita --> tidak manusiawi / tidak bermoral.
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #221 on: April 26, 2013, 11:03:29 PM »
Masih pada belum bosan ya mengulas seperti ini terus?
Bacanya saja sudah bosan.
Hehhhhhhhhhhhhhh...
saya agak agak setuju dgn mas sniper nih...

mari kita NIKMATI saja ke-NIKMAT-an yang sudah dikaruniakan Tuhan sebagai kodrat manusia...
wong mau enak aja kok dibikin pusing.. ehehe...

Buat bujangan kaya Jenova, kok asyik banget ya diskusiin yg beginian....  :giggle: :doh:
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline Jenova

  • Administrator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1794
  • Reputation Power:
  • Joining in endless praise...
  • Denominasi: Catholic
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #222 on: April 26, 2013, 11:09:13 PM »
Btw, tiba2 aja kepikir...
Seorang wanita yg sedang tidak subur, bukankah itu berarti wanita itu sedang datang bulan ya?
Dari segi kesehatan, apakah dianjurkan utk melakukan hubungan intim?
Dari segi kesucian, bukankah menurut PL (yg jg diimani oleh saudara2 sepupu kita) wanita2 yg sedang datang bulan ini "najis / tidak bersih" dan tidak boleh "disentuh"?
Apakah ada aturan dalam kekristenan yg mengajarkan bahwa wanita yg sedang datang bulan itu tidak boleh "disentuh" oleh suami2 mereka?

Mohon bimbingan suhu2 di sini...  :m34:
Love is not merely a sentiment, it is an act of will.
(Benedict XVI)

Offline hanhalim2

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 4084
  • Reputation Power:
  • Denominasi: R.katholik
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #223 on: April 27, 2013, 07:34:13 AM »
Btw, tiba2 aja kepikir...
Seorang wanita yg sedang tidak subur, bukankah itu berarti wanita itu sedang datang bulan ya?
Dari segi kesehatan, apakah dianjurkan utk melakukan hubungan intim?
Dari segi kesucian, bukankah menurut PL (yg jg diimani oleh saudara2 sepupu kita) wanita2 yg sedang datang bulan ini "najis / tidak bersih" dan tidak boleh "disentuh"?
Apakah ada aturan dalam kekristenan yg mengajarkan bahwa wanita yg sedang datang bulan itu tidak boleh "disentuh" oleh suami2 mereka?

Mohon bimbingan suhu2 di sini...  :m34:


P. Baru: Lukas: 16
16:16 Hukum Taurat dan KITAB PARA NABI(PERJANJIAN LAMA) berlaku sampai kepada zaman Yohanes;

Tuhan Yesus memberkati

Han

Bukan semua nas/ayat  yang tertulis dalam Alkitab adalah Firman Allah dan juga Tidak seluruh Firman Allah tertulis lengkap dalam Alkitab.

( mudah mudahan dimengerti penjelasannya )

Offline Gavin Tuturuga

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1276
  • Reputation Power:
  • Denominasi: -
Re: sexual desire VS sexual pleasure ?
« Reply #224 on: April 27, 2013, 10:40:52 PM »
Btw, tiba2 aja kepikir...
Seorang wanita yg sedang tidak subur, bukankah itu berarti wanita itu sedang datang bulan ya?


Beda bro.

Masa kewanitaan ada 3:

1. Masa haid
2. Masa setelah haid dan masa setelah masa subur (infertil)
3. Masa subur (fertil)

Masa subur itu = 4 hari sebelum sel telur di lepas ke rahim DAN  2 hari setelah itu.
jadi masa subur = 6 hari saja.

4 Hari sebelum sel telur di lepas, cairan yg ada pada lubang si putri menjadi sangat pekat hal ini terjadi untuk mendukung si patrick bertahan lebih lama (kira-kira 5 hari bisa tahan hidup dalam saluran si putri ini).

Jadi kalau ML dalam masa ini maka pembuahan terjadi.

Bagi mereka yg menggunakan IUD, maka alat ini secara rutin melepas hormon yg membuat dinding rahim menjadi tidak konduktif (lemah) untuk menerima sel telur yg sudah dibuahi ini.

Ketika pembuahan terjadi, secara hukum kedokteran, kehidupan sudah terbentuk. Tetapi dinding rahim dibuat lemah oleh si ibu pemakai IUD ini. Sehingga ini sama saja dengan aborsi.

Bagi yg sudah punya anak dan memakai IUD, coba saja lihat raut muka anak-anak anda dan fikirkan cabang bayi yang kalian gugurkan karena memakai IUD.


KB ALAMI :

1. Holistik
2. Aman
3. hubungan sex pasutri menjadi lebih berkualitas. :afro1: :afro1: :afro1: :grining:



Back to TOPIC!