Nah disini-lah kita berbeda ... hehehe .
Seperti ilustrasi komputer di post saya sebelumnya,
opsi yg ditawarkan komputer itu BUKAN : kamu mau kehilangan hasil kerjamu atau tidak ? sambil ditampilkan tombol Yes/No .... melainkan komputer memberikan informasi (SebabAkibat), Continue? ketika ditampilkan dua tombol Yes dan No tsb.
Salesman memberikan informasi2 muluk dgn syarat.
Opsi yang ditawarkan adalah ngerujuk ke Yes/No -nya syarat tsb terpenuhi ataukah tidak terpenuhi ... bukan ngerujuk ke "muluk"nya informasi tsb.
Salesman tidak menawarkan opsi : "bapak mau hidup sengsara tanpa benda ini atau tidak ?" .
Coba deh budi perhatiin kalimat budi sbb :
Saya ajukan pertanyaan :
Apakah Tuhan JUGA memberikan will untuk memilih Iblis ?
Entah jawaban budi, jawaban dalam pengertian saya adalah : Tuhan tidak memberikan will untuk memilih siapa2. Tuhan memberikan will, YA. .... Tuhan memberikan informasi, YA ... ini masing2 "berdiri sendiri" .
Kalau saya lihat yg merah itu, sepertinya apa yg biasa terjadi di antara kita terjadi lagi: redaksionalnya beda, ujung-ujungnya sama....hehehehe
Kalau bro oda:
will dan
informasi diberikan
sendiri-sendiri.
Kalau saya:
will dan informasi diberikan.
IMO, ujung2nya sama: sso menerima
will dan informasi dari Tuhan sehingga ia mengambil pilihan yg sedemikian.
Thus, pertimbangan dan keputusannya tidak "keluar" dari yg bold itu.
Hmmm... kok jadi seperti predestinasi juga yah?
Anyway, kata "free" (imo.... setidaknya bagi odading) sangat sulit utk diterapkan (utk saya mengertikan) apabila pilihannya itu cuma ada dua buah yg saling bertolakbelakang.
Sekalipun masih tidak bisa dibilang "free", namun setidaknya keliatannya cenderung "lebih free" ... maka yang agak pas, ilustrasi utk "free" ini adalah : tersedianya sejumlah aliran kepercayaan : adanya aliran A, B, C, D dan E misalnya. Nah disini si pemilih "bebas" utk mao pilih yang mana ... fokusnya bukan dikarenakan adanya informasi ujung akibat dari memilih A/B/C/D - melainkan kenyamanan si pemilih pada pilihannya ---> ini masih bisa disebut "free"
Dan kembali lagi menjadi komedi puter, ketika diantara ke 5 buah tsb - dicanangkan cuma satu yang berujung/berakibat positif, 4 lainnya berujung/berakibat negatif ---> karena dengan demikian ya kembali lagi mengerucut ke dua pilihan yg saling berlawanan .
Iya. Saya juga lama-kelamaan jadi semakin suspicious sama konsep "free" dalam konsep "freewill". KAlau "free" ya seharusnya seperti yg bro oda bilang itu (opsinya banyak).
Lha kalau ujung-ujungnya opsinya cuma "bahagia kekal atau sengsara kekal". Ya nggak free lagi namanya... (sebab siapa sih yg mau sengsara kekal?)
Ini membuat saya berpikir apakah kita masih bisa memakai konsep freewill ketika berbicara ttg keselamatan, mengingat keselamatan adalah soal "bahagia kekal atau sengsara kekal"?
Cheers