Kembali ke Topik:
Ini renungan Martin Luther tentang Maria terkait Magnificat Maria, (Setelah jadi protestan)
“Perawan terberkati, Bunda Allah, engkau tadinya bukan apa-apa dan terhina; namun Tuhan dalam belas kasihNya melihat engkau dan mengerjakan hal-hal begitu besar dalam dirimu. Engkau tidak pantas untuk semua itu, tetapi rahmat Allah kaya dan limpah datang padamu, lebih daripada kepantasanmu. Salam kepadamu! Terpujilah engkau, mulai hari ini dan untuk selanjutnya, karena engkau menemukan Tuhan begitu mulia (3)”.
“Apakah persamaan dari para dayang istana, bangsawan, raja, ratu, pangeran dan Kaisar dunia bila dibandingkan dengan Perawan Maria, Putri Daud. Ia adalah Bunda dari Allah kita(*2), Pribadi yang amat agung di bumi ini. Setelah Kristus, dialah permata terindah dalam kekristenan. Sang Ratu yang ditinggikan di atas segala kebijaksanaan, kesucian dan ke¬agungan ini tak akan pernah cukup dipuji”.(*1)
“Sungguh pantas apabila sebuah kereta kencana emas mengiringi dia, dengan ditarik oleh empat ribu kuda dengan abdi utusan yang meniup sangkakala serta dengan lantang ber¬seru: "Lihatlah dia, Bunda Yang Agung, Putri Umat Manusia"(*1) tetapi yang ada hanyalah: seorang Perawan berjalan kaki dalam sebuah perjalanan jauh untuk mengunjungi Elisabet. Perjalanan ini ditempuhnya walaupun saat itu ia sudah menjadi Bunda Allah. Bukan merupakan sebuah keajaiban apabila kerendahan hatinya dapat membuat gunung-gunung melonjak menari sukacita”.
“Melalui perkataannya sendiri dalam Magnificat (Lukas 1:46-55), dan melalui pengalamannya, Maria mengajar kita bagaimana caranya mengenal, mengasihi dan memuji Allah(*2)... Sejak awal, umat manusia telah menyimpulkan segala kemuliaan yang diberikan kepada Maria di dalam sebuah kalimat: "Bunda Allah"(*2). Sekalipun manusia mempunyai lidah sebanyak daun di Pohon, rumput di padang, bintang di langit atau pasir di lautan, tak seorangpun mampu mengatakan hal yang lebih agung kepada Maria atau mengenai Maria. Perlu direnungkan dalam hati apakah artinya menjadi seorang Bunda Allah”.
Martin Luther, dan para tokoh protestan awal lainnya, tidak melihat doa 'Salam Maria' sebagai sesuatu yang salah. Terlebih lagi bagi orang Kristen, yang selalu merasa perlu untuk mengikuti wasiat Kristus pada salib: "inilah ibumu" akan menganggap doa Salam Maria sebagai sarana sederhana memahami Karya Keselamatan Allah secara utuh bagi manusia.
1. Doa Salam Maria dimulai dengan salam hormat Malaikat kepada Maria, suatu kejanggalan dalam seluruh Alkitab, hanya kepada manusia ragawi Maria saja satu makhluk rohani memberi salam hormat. kemudian ibu dari laki-laki terbesar yang pernah dilahirkan memuji dia dan buah tubuhnya. Tulisan singkat dalam Lukas ini punya aspek teologis yang besar! Maria adalah Hawa Baru, pembawa Buah Kehidupan yang terbebas dari dosa Hawa asali; sebagaimana Yesus adalah Adam Baru yang menebus manusia dari maut karena dosa Adam asali, menarik juga kalau cari tahu tradisi Yahudi soal tengkorak adam. dst... Hermenutika 6 sks. Martin Luther katakan, Maria sepantasnya naik kereta dan abdi2 berseru di depannya, apakah seorang Kristen, pengikut Putra Maria tidak pantas mengucapkan hormat: Salam Maria Penuh Rahmat... (catatan serius untuk GB)
2. Maria adalah Bunda Allah kita. Renungan Luther ini menunjukan suatu keteguhan iman yang mengakar pada pemahaman misteri Tritunggal dan pengenalan akan Yesus sebagai saudara sesamaku manusia dan Allah sekaligus. dst... Kristologi 8 sks... Tanpa pengakuan ini, saya sangat meragukan iman akan Yesus yang sungguh Allah dan sungguh manusia. (Suatu catatan serius atas pernyataan SoliDG).
3. Marthin Luther bahkan lebih daripada berdoa, dia memuji Maria selama-lamanya usai mengucap salam pada Maria, yang tetap Hidup karena kuasa sabda Kristus. Kristeria hidup dan mati harus secara tegas mengakar pada iman Kristus! Kristus tidak bangkitkan Lazarus untuk menjadi seorang cacat stroke yang hanya menunggu pelayanan dan belaskasih orang lain tapi untuk menjadi saksi... (**) (catatan serius untuk GB, Djo, SoliDG dll - Terlebih catatan serius untuk SoliDG untuk pelajari baik-baik catatan Dantono, dan renungkan Yoh 11:25-26. Orang Kristen tidak pernah berdoa kepada orang mati, orang Kristen berdoa dan bersaksi bagi jiwa-jiwa dalam pemurnian (yang meninggal dunia dalam rahmat Tuhan) dan bersekutu dalam batin serta doa bersama jiwa-jiwa mulia yang sudah bersatu dengan Kristus dalam Kemuliaan Allah. Demikianlah Gereja Kristus bukan saja yang kelihatan di dunia ini tapi juga Gereja yang ada dalam Kekekalan. Jika anda sudah beriman kepada Kristus, syukurilah itu sebagai rahmat Roh Kudus, sehingga dengan rendah hati bisa percaya peneguhan para pewaris wewenang rasuli menyatakan Jiwa-Jiwa Orang Kudus di sekitar anda dan saya terus berdoa bersama dan bagi (anda &) kami, yang juga mendoakan Jiwa-Jiwa Beriman yang masih memerlukan pemurnian. Keyakinan ini semua hanya bisa dilakukan dalam Roh Kudus, mengandalkan budi saja tidak akan cukup sebagaimana sepintar-pintar Dantono menjelaskan ada saja orang yang masih tetap tidak mengerti...
Jika Martin Luther, pencetus sola criptura saja masih punya sikap yang demikian hormat kepada Maria apalagi kami yang merasa gede rasa, karena Kristus telah memberikan BundaNya sebagai ibu kami.